Penulis : Dudi Safari (Member KMO Alineaku)
Gelap mulai menyelimuti alam saat dua sosok manusia berjalan di dalam kegelapan malam menyusuri pinggiran kota, memeriksa rumah satu persatu berharap semua penghuni rumah tidur nyenyak dalam istirahatnya dan mendapatkan rasa aman di dalam keseharian.
Saat dia berjalan keluar pinggiran kota maka terlihat sebuah tenda yang berisi seorang ibu dan anaknya yang sedang menahan rasa lapar.
Dari pagi mereka belum makan, anak tersebut terus merajuk kepada orang tuanya, lantas pria itu bertanya.
“Apa yang kau masak itu wahai ibu?” Perempuan itu lantas menjawab, “Sebenarnya yang aku masak bukanlah makanan aku hanya mencoba membuat anak-anakku merasa tenang,” ujar sang ibu.
Dia sengaja membohongi anaknya dengan memasak sesuatu, ibunya sedang membuatkan makanan untuk mereka namun sebenarnya yang dia masak hanyalah batu-batuan saja.
“Astagfirullah,” ujar lelaki itu sambil berujar kaget. “Ini semua gara-gara Umar, iya Umar.”
“Memang kenapa Umar, ada apa dengan Umar?” tanya teman lelaki tersebut.
“Kami adalah rakyatnya, dia enak-enak tinggal di singgasana makan enak dengan keluarganya, tidurnya dan semua serba enak menikmati fasilitas negara. Sementara kami dan yang lainnya tetap tinggal dalam kedinginan dan kelaparan.”
Sesaat kemudian teman lelaki itu mau mengatakan sesuatu namun dicegahnya dan berisyarat agar tetap diam.
Mereka berdua kembali ke pusat kota tiba di suatu bangunan yang biasa disebut Baitul Maal tempat penyimpanan logistik negara.
Lantas dia mengambil dua buah karung yang berisi gandum dan langsung dipikul oleh dirinya sendiri.
“Aku saja yang memikul dua karung itu, apakah kamu mau memikul dosa-dosaku kelak di hari nanti.
Orang yang dipanggil oleh temannya itu ternyata dia adalah Amirul Mukminin, Umar Bin Khattab.
Temannya Lantas berdiam saja, kemudian keduanya pergi menemui Ibu tadi yang sedang memasak batu itu.
Sesampainya di tempat Umar bin Khattab meletakkan dua gandum di depannya seraya berkata, “Wahai ibu masaklah gandum-gandum ini dan biarkan Umar Bin Khattab bertanggung jawab kepada Tuhannya atas perbuatannya.”
“Tuan ini siapa”?
“Dia adalah Amirul Mukminin Umar bin Khattab,” kata orang di sampingnya.
“Wahai Amirul Mukminin Maafkan saya yang telah lancang berkata tentang sesuatu hal yang tidak, tidak,” Sela sang ibu.
“Tidak mengapa ibu, memang ini adalah tugas saya. Beban rakyat yang saya tanggung dan kaum mukminin semuanya adalah tanggung jawab saya.” Tukas Umar bin Khattab ra.
Kisah inspiratif ini selalu hadir dalam benak penulis karena penulis merindukan dan kita semua tentunya merindukan pemimpin yang adil pemimpin yang tahu dengan kondisi rakyatnya.
Pemimpin yang selalu blusukan siang dan malam di dalam benaknya yang terpikir hanyalah rakyatnya.
Bagaimana rakyatnya bisa makan kenyang, bisa tidur nyenyak, bisa berpakaian rapi nan layak dan bisa menempati sebuah rumah yang bisa membuat nyaman bagi seisi keluarga.
Pemimpin yang adil pemimpin yang tidak pernah menzalimi rakyatnya sendiri, pemimpin yang mengedepankan kepentingan dan kebutuhan rakyatnya daripada kepentingan pribadi.
Sosok Umar Bin Khattab adalah sosok pemimpin yang adil yang pernah ada dan yang pernah dimiliki oleh kaum muslimin di antara khalifah Rasul, Khulafaur Rasyidin.
Pada Kekuasaan Umarlah umat Islam tersebar ke timur dan barat, ke segala penjuru arah keluar Jazirah Arabia.
Umar ra. 10 tahun mengokohkan kekuasaannya dan menancapkan fondasinya.
Umar tak segan memikul gandum untuk rakyatnya dalam jarak yang jauh karena tidak mau dimintai pertanggungjawaban.
Jangan sampai ada rakyatnya yang kelaparan sementara dia masih mampu untuk menghidupi rakyatnya tersebut.
Sosok Umar merupakan sosok panutan bagi generasi masa kini, sosok panutan dalam ketegasan dan kebijaksanaannya serta kepiawaian dia dalam hukum Islam dan lain sebagainya.
Sosok yang ideal dalam memimpin Islam dunia, mampu sejajarkan kaum muslimin dengan orang-orang dunia.Saat itu Persia menjadi gentar, Romawi pun hilang keberaniannya ketika dihadapkan dengan nama Umar radhiyallahu anhu, rahimahullah sang Amirul Mukminin
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku,
isi naskah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.”
Comment Closed: Sang Pemikul Gandum itu Ternyata Pemimpin Besar
Sorry, comment are closed for this post.