KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Sang Penyelamat Kekeringan

    Sang Penyelamat Kekeringan

    BY 11 Jan 2023 Dilihat: 301 kali

    Penulis : Patrisia Carolina (Member KMO Alineaku)

    Kajang Rabang, sebuah kelurahan di Indonesia Timur tepatnya di Maumere, Flores-NTT. Awal tahun 2016 orang tuaku membeli sebidang tanah di salah satu kelurahan di Kabupaten Sikka, jaraknya hanya 6-8 kilo dari pusat kota. Namun, daerah tersebut terdapat banyak batu, kering, tandus, dan susah air. Aku yang sudah biasa hidup di tanah yang rata dan tidak pernah melihat lahan dengan hamparan  batu yang luas, terkejut melihat pemandangan di depan.

    Tanah yang dibeli oleh orang tuaku dari ujung ke ujung penuh dengan batu besar. Aku, adik dan mama hanya saling pandang sedangkan bapak berbincang dengan pemilik tanah. 

    “Apa bisa kami bagun rumah ditanah ini? Hampir tidak ada tanah yang terlihat, semuanya batu. Dan air. Kami harus mengambil dari mana? Kalau beli, bagaimana caranya mobil tangki lewat? Tidak ada jalan. Sumur pun tidak ada. Mana kering dan rumah hanya ada beberapa, itu pun dengan jarak yang cukup jauh. Bagaimana kalau ada pencuri?” berbagai macam pertanyaan mengusik otakku. Karena penasaran aku mendekati mama dan bertanya kepadanya.

    “Mama, kenapa bapak harus beli tanah disini? tidak ada tempat lain. Batu semua in,” ucapku. Mama hanya tersenyum, merasa tidak enak karena pemilik tanah mendengar ucapanku. Setelah melakukan pembayaran kami kembali ke kota, tepatnya rumah kontrakan kami sejak aku kelas satu SMP hingga pada saat aku semester tiga.

    Sampai di kontrakan kami bertiga bertanya pada bapak akan masalah itu dan bapak hanya menjawab “bapak bisa beli tanah di kota, tapi resikonya kalian berdua tidak bisa melanjutkan sekolah kalian. Bapak membeli tanah disana karena murah, biar batu banyak tidak apa-apa. Nanti sepuluh atau dua puluh tahun kemudian pasti banyak rumahnya.” 

    Pertengahan tahun 2017 bapak dan mama sudah bolak-balik Kajang Rabang-Maumere. Pada saat itu di tanah yang penuh bebatuan bapak membangun rumah. Jika tidak kuliah saya akan membantu memasak untuk para tukang. Dan pada Akhir tahun 2018 kami sekeluarga mantap menetap di Kajang Rabang. 

    Pada awal kami tinggal di sana, saya dan adik selalu mengeluh tentang air. Karena kami tidak punya bak penampung permanen hanya bak penampung dari terpal yang berisi satu tengki. Itu pun hanya untuk mandi. Namun itu hanya awalnya saja, setelah itu kami setiap pagi dan sore hanrus mengangkut air dari sumur yang berjarak kurang lebih satu kilo.

    Kadang kami mulai jam 2 siang dan selesai jam 6 sore dengan berjalan kaki bolak-balik untuk di tampung di gentong berisi 500 liter. Belum lagi untuk disimpan di jerigen yang berisi 5 dan 50 liter. Tiap pagi sebelum ke kampus sekitar jam 5.30 kami harus ke sumur. Tentu bukan hanya kami saja yang mengambil air dari sumur tersebut, sekitar 20 lebih rumah mengambil air dari sana. Sumur itu dalamnya 12 meter tanpa menggunakan mesin. Itu pun bukan sumur dari pemerintah melainkan sumur penduduk setempat yang baik hati memberikan air ke pada kami dengan gratis.

    Hari Minggu adalah jadwal mencuci bagi kami. Sepulang dari gereja kami bergegas ke sumur untuk mencuci pakaian, tentu dengan tujuan agar mendapatkan tempat yang teduh. Selama tiga tahun kami melakukan kegiatan itu.

    Hingga suatu saat seorang tetangga kami sebut saja Pak Files, mengatakan akan membor sumur. Kami tentu bersyukur karena kami tidak akan terlalu jauh mengambil air. Awalnya mereka gagal karena tempat mata air terhalang batu yang menyebabkan alat bor rusak. Namun, Pak Files tidak patah semangat. Pak Files kembali mencari tempat mata air dan mendapatkanya. Uang ratusan juta habis untuk membor sumur dan membeli smua peralatan. Menariknya, ketika berhasil kekuatan air diukur menggunakan aplikasi di hp dan diatur oleh hp. Awalnya, air digunakan hanya untuk mengairi kebun tomat dengan sistem irigasi tetes milik mereka. Lama-kelamaan dan banyak permintaan dari warga setempat kepada Pak Files akhirnya beliau meminta dinask kesehatan untuk mengetes kelayakan air. Dari dinas pun menyatakan jika air tersebut layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Mulai dari saat itu Pak Files mulai berbisnis air.

    Pada awalnya Pak Files menggunakan sistem tarik selang (air dari penampungan dialiri menggunakan selang, namun bukan selang yang tanam atau permanen) setiap ada yang membutuhkan air Pak Files beserta anaknya akan ke rumah tersebut tentu dengan membawa serta selang. Melihat kegigihan dari Pak Files sebagian warga menyarankan agar Pak Files membuat seperti sistem PAM. Dimana tiap rumah hanya perluh memasang meteran air dan dibuat jadwal aliran air.  Hingga pada tahun 2020 Pak Files berhasil mengumpulkan semua alat dan bahan, percobaan pertama terjadi di lingkungan kami. Kini usaha air Pak Files bisa di rasakan hingga puluhan rumah di wilayah kelurahan kami. Dulu kami yang selalu kecapaian karena mengangkat air dari sumur dengan jarak yang cukup jauh, kini kami hanya perlu membuka meteran air di samping rumah.


    “Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”

    Bagikan ke

    Comment Closed: Sang Penyelamat Kekeringan

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021