Chapter 1 : Kelahiran dan Silsilah
Di suatu daerah terpencil, di sebuah dusun yang masih dikelilingi dengan hutan, di provinsi Jawa Timur paling barat yang merupakan daerah perbatasan dengan Jawa Tengah, tepatnya di Dusun Mantren, Desa Bader, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Lahirlah seorang bayi perempuan dari pasangan suami istri yaitu Kyai Nasrudin dan Bu Nyai Siti Tarwiyah.
Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara, Ibunya memberinya nama Siti Kholisatul Qolbiyah yang mana nama tersebut sudah diinginkan ibunya saat masih mondok sebelum menikah karena terinspirasi dengan nama temannya yg cantik dan cerdas.
Ibunya mengatakan, “Kalau saya nanti sudah menikah dan dikaruniai anak perempuan akan saya namakan Siti Kholisatul Qolbiyah.” Keinginan tersebut rupanya dikabulkan oleh Sang Pencipta.
Namun, Entah karena apa, rupanya Bapak punya keinginan lain, yaitu memberinya nama “Kholis Suryaningsih”. Dikarenakan Bapak merupakan pemimpin keluarga dan lebih berhak memberi nama, maka saat syukuran kelahiran yg diadakan di rumahnya, diumumkan lah di tengah masyarakat dengan nama pemberian Bapak yaitu Kholis Suryaningsih. Sehingga, nama itu yang akhirnya dipakai untuk kelengkapan administrasi di akte kelahiran, dan lain sebagainya.
Setelah beranjak dewasa untuk menghormati sang ibu, ia juga menggunakan nama pemberian beliau yaitu Kholisatul Qolbiyah sebagai nama kesehariannya di masyarakat dan biasanya orang-orang memanggilnya dengan panggilan “Lis”.
Ada kejadian lucu dalam pengurusan akta kelahiran Lis. Menurut keterangan Bapak, Lis dilahirkan pada tanggal 12 November tahun 1973. Tapi, menurut Ibu yang benar adalah Lis lahir pada tahun 1974. Namun, karena sudah terlanjur ditulis di seluruh dokumen, maka tahun 1973 lah yang sampai sekarang tertulis dalam akta dan administrasi lainnya.
Lis adalah satu satunya anak perempuan dari Kyai Nasrudin dan ibu Nyai Siti Tarwiyah, kakaknya bernama Nur Alfan Eko Nugroho dan adiknya bernama Nasichul Hadi Murtadlo.
Saat kecil, Ia hidup di lingkungan yang kental dengan pendidikan agama, apalagi bapaknya merupakan seorang tokoh agama yaitu seorang Kyai turun temurun. Sedangkan dari jalur ibunya, berasal dari keluarga besar pendakwah islam juga, ada yang memiliki pesantren di daerah Madiun bahkan ada yang santrinya mencapai ribuan yakni pesantren Thoriqot Naqsabandiyah.
Ia memang lahir dari keluarga para Kyai bahkan jika diurutkan ke atas dari jalur ibunya Siti Tarwiyah, ia termasuk keturunan dari Kyai Anom Besari Tegalsari. Dimana Pondok Tegalsari itu merupakan cikal bakal dari pondok-pondok besar di Jawa Timur, diantaranya Lirboyo, Tebuireng, Gontor Ponorogo, dan lain lain.
Bila diurutkan ke atas lagi Nyai Anom besari adalah keturunan Sunan Ampel sedangkan Sunan Ampel adalah keturunan dari Rasulullah ﷺ,
Selain itu, Lis juga merupakan keturunan dari Prabu Brawijaya, karena Kyai Anom Besari masih keturunan Kyai Ageng Abdul Mursyad yg merupakan putra dari Raden Ki Demang yang merupakan cucu dari Prabu brawijaya Kediri
Maka jika dilihat dari catatan Silsilah Keturunan, Lis, masih tercatat sebagai cucu keturunan yang ke-0 dari Nyai Anom Besari , keturunan yang ke-14 dari Prabu Brawijaya, keturunan yang ke-15 dari Sunan Giri , keturunan yang ke-16 dari Sunan Ampel , keturunan yang ke-17 dari Sunan Asmoro qondi, keturunan yang ke-18 dari Sunan Jumadil Kubro atau Sayid Jamaludin Akbar Al Husaini dan keturunan yang ke-38 dari Rasulullah ﷺ.
Namun Lis kecil belum faham hal seperti ini, setelah ia dewasa barulah ia mulai mengetahuinya dari catatan kakek-kakeknya terdahulu.
Kreator : Shofiyah Aisy
Comment Closed: Sang Ustadzah
Sorry, comment are closed for this post.