KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Secangkir Kopi

    Secangkir Kopi

    BY 18 Jan 2023 Dilihat: 175 kali

    Oleh : Ning Soniangsih

    Setelah menempuh perjalanan 1,5 jam dengan naik motor badan rasanya remuk, Aku merebahkan tubuh di atas kasur sekedar untuk meluruskan pinggang. 

    “Mi!, kopinya mana?” Terdengar suara paksu meminta secangkir kopi, ku langsung berlari ke dapur dan menyeduh kopi hitam kesukaannya.

    Sayup terdengar suara adzan dari masjid,  rupanya sudah masuk waktu asar, aku terbangun dan langsung berwudhu untuk menunaikan sholat ashar.

    Seperti biasa setelah ashar, tugas emak-emak menunggu di dapur, apalagi  setelah keluar rumah tentunya banyak pekerjaan rumah yang tertunda.

    Pekerjaan sambil-sambil itu biasa, masak sambil mandiin anak, menanak nasi sambil cuci piring, mencuci baju sambil nyapu, begitulah emak-emak terkadang semua kerja jadi sambilan.

    Sepintas terlihat paksu pulang dari masjid, dan langsung duduk di teras dengan secangkir kopi dingin yang isinya tinggal setengah masih terletak di meja.

    Kembali berjibaku dengan pekerjaan dapurku, hingga terakhir mengangkat anakku dari bak mandi kemudian mengenakan pakaiannya.

    Kulirik kembali paksu masih di tempat yang sama, tak ada reaksi apapun melihatku sibuk menangani anakku yang lari kesana kemari setiap kali mau dipakaikan baju.

    Hallo…ada apa gerangan…?? batinku bergumam, biasanya kalau paksu diam saja itu ada apa-apanya. ” Bi..mau makan sekarang?” Tanyaku sambil menunggu ekspresinya, “Ntar aja..” jawabnya singkat, hmm… Aku berpikir keras apa penyebab dari sikap diamnya itu.

    Setelah magrib kubawakan semua hidangan makan malam ke ruang tengah, tempat favorit biasanya kalau makan sambil nonton berita di tv, dan selama makan pun ekspresinya datar-datar saja.

    Kalau begini bisa dipastikan ada yang membuatnya marah, Suaminya kalau kesal atau marah itu biasanya diam seribu bahasa, tapi apa penyebabnya itu masih jadi tanda tanya besar di benakku.

    Baiklah…tunggu anak-anak tertidur baru bahas masalahnya, sementara kubiarkan saja, kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu kalau paksu lagi marah. Kembali ku bergumam dalam hati.

    Selepas shalat isya anak-anak sudah lelap tertidur, ku ikut duduk depan tv, “Abi mau kopi lagi..?” Tanyaku memancing pembicaraan, “Gak usah.” Jawabnya kembali singkat, “Abi lagi marah yah?” selidikku sambil coba mengajaknya tersenyum, “Emang abi kelihatan marah?” jawabnya malah balik bertanya, “Bangeeet!”sahutku.

    Aku melihat paksu menahan senyum, “Abi marah kenapa?” sambungku. “maafin umi kalau umi salah please!” lanjutku sambil merapatkan dua telapak tangan di dada. 

    “Umi tidak tahu apa yang membuat abi marah?” selidiknya, Aku menggeleng sambil mengacungkan dua jari, karena benar-benar tidak tahu apa yang membuatnya marah.

    “Abi nungguin kopi, umi malah tidur.” Jawabnya datar, “What???, jadi tadi umi nyeduh kopi itu mimpi yah??? Astaghfirullah!!!” Pekikku sambil menutup mulut.

     “Apa mi???” sahut paksu terlihat heran.  “Iya bi, tadi tuh umi ngerasa udah nyeduh kopi, terus umi tidur, rupanya saking ngantuknya umi tertidur sesaat setelah mendengar abi minta kopi, jadi kebawa mimpi deh nyeduh kopinya.” Jawabku sambil menahan tawa.

    “Umi…umi…” Paksu tertawa sambil mengacak rambutku, lalu kami sama-sama tertawa, dan yang lebih tepatnya aku menertawakan diri sendiri atas kekonyolan yang ku lakukan.

    Subhanallah, hal sepele saja bisa jadi masalah besar jika tidak diselesaikan dengan kepala dingin, bahkan secangkir kopi bisa jadi perang dunia dalan rumah tangga.

    Bagikan ke

    Comment Closed: Secangkir Kopi

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021