“Ibuk … Ibuk ada di mana? Aku cari kok gak ada? Aku tadi dengar suara Ibuk tapi Ibuk di mana?” panggil Pampam yang baru masuk rumah mencari ibunya.
“Hai, hai, hai tayo… Ibuk di sini, di kamar belakang. Ibuk lagi menata baju di lemari.” Sahut Ibuk.
“Nduk tadi kemana aja sih, kok lama gak pulang-pulang? Main itu kalau dengar adzan harus pulang. Jangan sampai lama-lama kayak gini.” Lanjut ibunya menasehati Pampam yang sudah duduk di dekatnya.
“Iya, Buk. Aku tadi main ke rumahnya Giska. Pas sudah adzan, aku sama Giska lagi makan. Sebenarnya aku juga ingat kalau adzan waktunya pulang.” Jelas Pampam merespon nasehat ibunya.
“Owh ya, makan apa di sana?” tanya ibunya.
“Wah, Ibuk kepo ya? Aku tadi di sana makan nasi kuning. Mama Giska bancaan hari kelahirannya Ayah Giska. Oh ya, Buk, kalau aku, lahirnya hari apa? Nanti kalau hari lahirku Ibuk juga bancaan bikin nasi kuning gak, Buk?” jawab Pampam.
“Owh, iya ding. lahirnya Enduk itu hari Senin loh. Jadi, setiap hari Senin Enduk bersedekah. Sedekah di hari lahirnya. Jadi tidak harus membuat nasi kuning kemudian bancaan, tidak harus begitu. Itu mamanya Giska juga sedekah di hari lahir. Tetapi sedekahnya berupa nasi kuning. Tapi tidak harus nasi kuning. Yang penting sedekah. Boleh nasi, boleh uang, boleh berupa barang, yang penting sedekah. Besuk Enduk sedekah loh ya. Sedekah hari lahirmu.” Saran ibunya kepada Pampam.
“Aku mau sedekah, Buk. Tapi, aku gak punya uang.” Jawab Pampam singkat.
“Lha, uangmu yang dapat dari mudik kemarin, apakah sudah habis?” tanya ibunya.
“Sudah habis, Buk. Aku buat beli jajan dan mainan, juga makanan kucing. Kalau sedekah senyum boleh gak, Buk?” tanya Pampam kembali. Dengan senyum ringan ibunya menjawab boleh.
Kreator : Endah Suryani
Comment Closed: SEDEKAH HARI LAHIR
Sorry, comment are closed for this post.