Penulis : Dhien Novita Sani (Member KMO Alineaku)
Suara di handphone ku berdering, nama seseorang yang sangat kukenal muncul disana. Aku tersenyum, senang rasanya mendapat telepon darinya.
Sebelum bunyi ketiga kalinya, aku mengangkat telepon dan langsung bersuara, “Hallooo…” sapaku dengan khas, jangan mengira bahwa hallo itu bernada biasa, itu ada intonasinya seperti suara yang terdengar napas saja, istilah kami suara angsa, gak jelas dan aneh, lalu dia akan menjawab dengan suara yang sama, lalu kami akan tertawa, begitu setiap awal sebelum pembicaraan dimulai, sebuah pembukaan yang menyenangkan.
Selanjutnya bisa ditebak kami akan ngobrol panjang lebar yang berdurasi lebih dari satu jam dengan tema yang berbeda beda, kadang serius, selebihnya cekikan, kalau curhat wajib, pokoknya paket komplit dan off the record, begitulah aku dan Nadira sahabat sejati ku.
”Eh say, kamu kenal gak si Boim?” tanyanya tiba-tiba, setelah ngobrol panjang lebar.
” Gak kenal” jawabku asal, aku tipe orang yang kurang hafal dengan nama.
”Teman kita SMA, tapi lain kelas” ulangnya lagi
”Itu nama di sekolahnya atau nama panggilan?” aku penasaran
”Nama panggilan, nama sekolahnya aku gak tau”
”Kalau nama panggilan, jelas aku gak tau, nama sekolah aja kadang gak kenal” jawabku lagi yang membuat dia kesal
”Dasar kuper” ejek nya
Kami cekikan.
”Emang kenapa dengan si Boim tadi?” aku masih penasaran, pasti ada sesuatu kalau dia menyebut nama seseorang.
”Sekarang dia hebat, jadi pengusaha kaya, kemaren aku dikenalkan dengan sama si Indra waktu kami lagi makan di restoran wak EM” Nadira mulai bercerita
”Cie yang lagi kencan dengan Indra, asik tuh” aku meledaknya
”Cuma teman kok, tapi gak taulah” ada nada harap di suaranya.
”Mudah-mudahan lanjut, jangan kasih kendor” saranku. ” Terus kalau si Boim kaya emang kenapa?” lanjutku,
”Gak kenapa sih, kan kita mau ngadain reuni, dia mau jadi donatur, kebetulan istrinya juga sama satu SMA dengan kita, tapi istrinya itu, aahh gak cocok sama dia” mulai suara Nadira seperti mau bergosip.
” Gak cocok?” ulang ku
”Kayak angka sepuluh” dia tertawa
”Itu hoki nya kali Nad” belaku
”Tuaan istrinya, kakak kelas kita,tapi istrinya baik, ramah lagi sama aku, rencana besok mau diundang ke rumahnya, nanti aku ceritain kalau aku sudah ke rumahnya ya”
” Nah itu dia, baik dan ramah” balasku
”Dan tajir hahaha” Nadira tertawa lebar
”Sama Indra dong kerumah pak Boim” aku mulai menggodanya
”Sebenarnya yang diundang itu Indra, aku diajak Indra, katanya buat nemenin dia, karena masalahnya soal dana, biar ada yang nyaksiin” Nadira menjelaskan,
”Itu modus terselubung, Indra ngajak kencan itu” Aku kembali tertawa.
Lalu dia curhat tentang Indra, seseorang yang baru dikenalnya, tapi belum tau latar belakang dia saat ini, karena baru ketemu tidak sengaja waktu sama-sama rapat reuni. Aku menyarankan untuk mendapatkan informasi lebih jauh tentang siapa Indra, jangan sampai terulang seperti yang dulu, ngaku duda tapi istrinya datang marah-marah gak jelas dengan Nadira, sampai sempat membuat dia trauma memulai hubungan dengan pria lain.
Nadira adalah soulmateku, kami bersahabat sejak SMP sampai aku punya anak sudah umur 20 tahun. Jarak boleh jauh tapi hati kami selalu dekat, sejak tamat kuliah aku sudah merantau untuk mencari pekerjaan ke luar kota. Nadira tetap di kampung halaman, katanya tempat ternyamannya adalah kampung halaman, kerena dia pernah ikut kakaknya di luar kota dan tidak betah dengan suasana disana.
Seminggu sekali kami pasti saling memberi kabar, saling bertukar cerita atau sekedar menanyakan keadaan masing-masing. Kami kadang bertemu dua tahun sekali saat aku pulang kampung, sudah dua kali dia berkunjung kerumahku, aku mengajaknya mengunjungi berbagai tempat wisata di ibu kota, dia sangat senang dan selalu menceritakannya kepada teman-teman yang lain. Nadira juga dekat dengan keluargaku di kampung, karena pertemanan yang lama.
Banyak memory yang merekam jejak persahabatan kami, aku beruntung punya sahabat seperti Nadira, kepadanya tidak ada rahasia, semua tumpah, kami saling berbagi cerita apapun, tak ada sahabat sedekat Nadira, lebih dari saudara.
Sahabatku semoga selalu sehat dan segera mendapatkan imam yang baik untukmu, jangan lelah berdoa dan berusaha. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Sejatiku Nadira
Sorry, comment are closed for this post.