Ayah, sebagaimana familiar di telinga kita adalah sosok cinta pertama bagi setiap anak perempuan. Namun bagaimana jika sosok ayah tersebut tidak bisa kita dapati? Akankah ada orang lain yang mampu menggantikan atau kekosongan itu akan menjadi momok bagi kita?
Siwwa adalah gadis muda berusia 21 tahun. Ia bekerja lepas sebagai kasir disalah satu minimarket tidak jauh dari kampus tempatnya berkuliah.
Hari ini, 12 November diperingati sebagai hari ayah di Indonesia. Disaat banyak teman-temannya mengungkapkan kebahagiaan dengan foto dan kata-kata manis untuk ayah mereka, Siwwa hanya bisa meneguk ludah. Baginya, ia tidak benar-benar memiliki figur seorang ayah yang bisa dianggap sebagai cinta pertamanya.
Orang tuanya berpisah saat usianya 6 tahun, tidak banyak momen yang bisa ia ingat bersama ayah kandungnya. Setahun atau dua tahun sekali biasanya ayahnya datang menjenguk sekedar memberi uang untuk membeli baju lebaran untuk Siwwa. Hanya sekedar bertemu, menerima amplop setelah itu bersalaman dan berpisah. Tidak ada keintiman ayah-anak yang terjadi.
Setelah orang tuanya berpisah, Siwwa tinggal bersama neneknya. Bundanya memilih tinggal bersama suaminya kemudian.
Ia bertemu ayah sambungnya saat kelas 3 SMP, lalu tinggal bersama dengan bunda dan adik tirinya sejak itu. Entah karena apa, terasa ada penolakan dari dalam hatinya. Mungkin, Siwwa tak terbiasa, sebab selama ini ia hanya tinggal berdua dengan neneknya. Tapi nyatanya, setelah bertahun-tahun pun, tetap terasa ada jarak yang dirasakannya.
Sebenarnya ada sosok laki-laki yang sangat ia kagumi, sosok yang senantiasa memperhatikan nya, menyayangi dan menasehati nya. Dialah kakeknya. Meski tak tinggal bersama dan terpisah jarak, kakeknya sering menelepon dan menanyakan kabarnya. Hal yang tidak ia dapati dari orang lain. Namun, sang kakek meninggal beberapa tahun silam. Sejak itu, ia merasa kehilangan sosok yang begitu dicintainya.
“Allaahummagh firlahu warhamhu wa’aafi hii wa’fu anhu.”
Hanya itu kata-kata yang ia tuliskan di unggahan terbarunya.
Bulir-bulir bening mulai mengalir dari sudut mata. Rasa rindu mulai menyeruak, merongrong luka yang ia tutupi dengaan doa-doanya.
“Selamat hari Ayah, Kek.”
Comment Closed: Selamat hari Ayah, Kek
Sorry, comment are closed for this post.