KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » SELF MOTIVATION Motivasi Mencintai Diri

    SELF MOTIVATION Motivasi Mencintai Diri

    BY 01 Okt 2025 Dilihat: 3 kali
    Motivasi Mencintai Diri_alineaku

    Hindari bicara negatif tentang dirimu sendiri

    Meskipun hanya bercanda

    Karena tubuhmu tak tau bedanya.

    Kata-kata itu adalah energi

    Ubah caramu bicara tentang dirimu sendiri

    Maka kamu akan mengubah hidupmu

    Kata-kata itu adalah doa

    Katakan yang baik-baik tentang dirimu

    Dan kamu akan menemukan

    Dirimu yang lebih baik dari kemarin

    Dirimu yang selalu lebih baik dari waktu ke waktu

    Krisna Yuliany

     

    Pembaca yang dirahmati Allah.

    Self love. Begitu Bahasa kerennya hari ini dari mencintai diri sendiri. Sayangnya di abad modern saat ini banyak orang-orang yang memutarbalikkan dan memelesetkan makna dari “mencintai diri sendiri”. Orang-orang modern hari ini berpikir bahwa mencintai diri sendiri adalah “kamu tidak peduli dengan orang lain kecuali dirimu sendiri”. Itu artinya “tidak ada kepedulian, tidak ada kebaikan lagi. Saya tidak peduli dengan orang lain, sepanjang saya baik-baik saja”.

    Mencintai diri sendiri saat ini hanyalah tentang penampilan luar saja. Tempat tinggal, pekerjaan, kendaraan, memanjakan diri dengan kemewahan, memanjakan diri dengan hasrat. “sepanjang saya menyukai dan menikmatinya saya tidak peduli itu halal atau haram. Saya tidak peduli siapa yang saya bahayakan. Saya tidak peduli apa dampaknya bagi saya. Selama saya suka dan mencintainya, karena saya mencintai diri saya”.

    Padahal mencintai diri sendiri bukan berarti memanjakan diri tanpa batas. Apalagi sampai membuat dirimu bermanja-manja tanpa arah dan tujuan. Jadi, ketika kamu memanjakan dirimu, kamu sebenarnya tidak sedang mencintai dirimu, tapi sedang menghancurkan diri sendiri. Dirimu butuh kedisiplinan, dirimu butuh pendewasaan yaitu dengan memberikan apa yang membuat dirimu menjadi lebih baik.

    Mencintai diri sendiri berarti membangun diri sendiri. Meski terkadang membangun diri sendiri ini tentunya akan berhadapan dengan kesusahan demi kesusahan, semisal melawan kemalasan-mager. Maka diperlukan perjuangan tanpa akhir untuk melawan kemalasan-mager ini. Sampai akhirnya nanti kamu akan memetik hasilnya, yaitu kamu akan menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu. Layani dan bangun dirimu sendiri. Begitulah  sesungguhnya makna dari mencintai dirimu sendiri. 

    Self love dalam Al Quran bisa kita tadabburi pada  QS. Yunus 109 : 44 

    “Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun. Tetapi manusia itulah yang menzalimi dirinya sendiri.” 

    Dari ayat tersebut kita bisa memahami mengapa perlu mendahulukan diri sendiri sebelum orang lain. Karena dari situlah semua kebahagiaan dalam diri seseorang bermula. Hal ini selaras dengan ayat Al Quran 

    “jika kamu berbuat baik, berarti kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu akan kembali kepada dirimu sendiri…”.  (QS Al Isra 17 : 7)

    Self love – mencintai diri sendiri ini sejatinya adalah dengan menjaga diri kita sebaik mungkin. Karena seseorang tidak dikatakan mencintai dirinya apabila dia tidak menjaganya. Jadi, bila seseorang berkata ia mencintai dirinya, tapi ia tidak menjaga dirinya sebagaimana yang telah Allah perintahkan, maka bisa dibilang bahwa cintanya itu palsu.

    Orang tua yang mencintai anaknya maka ia akan menjaganya. Seorang suami yang mencintai istrinya, makai a akan menjaganya. Pun demikian halnya dengan self love, kita tidak dikatakan mencintai diri kita, kalau kita tidak menjaga diri kita. Karena cinta itu erat kaitannya dengan penjagaan. Itu artinya cinta juga erat maknanya dengan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga-Nya.

    Maka kecintaan kita kepada diri kita adalah dengan menjauhkan diri dari segala hal yang membuat diri kita terlukai,diri kita terhinakan, diri kita ternistakan karena kemaksiatan-kemaksiatan. Jangan sampai kiranya kemaksiatan itu kita dalihkan dengan kata self love. Jangan sampai kita menginginkan untuk mencintai diri kita, namun sebetulnya kita justru sedang menghancurkannya.

    Mari kita memaknai Self love ini dengan merenungi sebuah ungkapan terkenal di kalangan para Sufi pada masanya.

    مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

    Artinya : 

    “Siapa saja yang telah mengenal dirinya, maka sungguh dia telah mengenal Tuhannya.”

    Mengenali diri sendiri atau lebih dikenal dengan mindfulness bagi seseorang akan menjadi penting tatkala ia mampu menjawab pertanyaan :

    “Siapa aku?”

    “Darimana aku berasal?”

    “Apa tujuanku?”

    “Akan kemana aku setelah aku mati?”

    Maka bila seseorang telah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, itu artinya ia telah mampu untuk mengenali dirinya sendiri. 

    Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Kimiya’ As-Sa’adah menjabarkan bahwa mengenali diri sendiri merupakan kunci untuk mengenali Allah Subhanahu wa ta’ala lebih dekat. 

    Mengenali diri sendiri merupakan salah satu jalan untuk mendekat kepada Allah SWT dan ini bisa dilakukan secara lahiriah maupun batiniah. Hal ini diperlukan bagi manusia untuk berkomunikasi kepada dirinya sendiri dalam proses pengenalan terhadap dirinya tersebut. Mulai dari pengenalan fisik, sifat/karakter, hingga kekuatan dan kelemahan dirinya.

    Diantara cara mengenal diri sendiri menurut Islam, yaitu : jangan pernah merasa sempurna, muhasabah diri dan  bersyukur.

     

    • Jangan pernah merasa sempurna

    Seorang Muslim sejati dilarang untuk merasa sempurna, karena sejatinya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Selain itu, seseorang yang merasa dirinya sempurna ia pasti akan mengabaikan kekurangannya dan enggan untuk mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

    Dalam sebuah hadits bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu mengatakan :

    Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian memandang kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allah SWT yang sudah dianugerahkan kepada kalian semua.” (HR. Bukhari & Muslim).

    • Muhasabah Diri

     

    يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

    Artinya : 

    Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 

    (Surat Al-Hasyr 59 : 18)

     

    Muhasabah diri dalam islam termasuk kebiasaan mulia. Kegiatan muhasabah diri ini merupakan Tindakan yang dianjurkan oleh Nabi shalallahu alaihi wasalam. Arti muhasabah diri dalam Islam secara sederhana adalah introspeksi diri. Namun, proses mengevaluasi diri itu mencakup dimensi duniawi sekaligus ukhrawi. Proses evaluasi ini dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri, baik itu tentang hubungannya dengan sesama insan maupun dengan sang Maha Esa, Allah subhanallahu wa ta’ala.

    Muhasabah secara etimologi berasal bahasa Arab. Akar kata muhasabah adalah hasaba-yahsubu-hisaaban. Artinya menghisab atau menghitung.

    Nabi shalallahu alaihi wassalam mengajarkan kepada kita untuk bermuhasabah ; 

    “Orang yang beruntung adalah orang yang menghisab dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsu serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. Tirmidzi).

    Ungkapan Nabi shalallahu alaihi wasalam ini mengajak kita untuk fokus kepada visi kehidupan setelah kematian dan bersikap introspektif dalam memperbaiki setiap aksi sebagai seorang hamba Allah.

     

    Suatu siang di Tahun 2020, saat anak ketiga saya, AA Azizan – 6 tahun usianya kala itu – pernah mengajukan pertanyaan sederhana kepada saya (moment terbaik saat itu telah pula saya post di akun FB saya). Hingga saat saya menuliskannya kembali ke dalam Buku “Self Motivation” ini, pertanyaan sederhana dari Ananda tersebut masih terasa sangat berkesan. 

    Tilawah Terus – Terus Tilawah

    Siang hari itu, tepatnya Ba’da sholat Dzuhur. Ketika si AA sedang beraktivitas rutin setiap kali ia selesai sholat, yaitu tilawah Al Qur’an. Sesaat setelah si Aa duduk di kursi dan terlihat bersiap untuk mengaji. Namun  si Aa justru terdiam sambil membolak-balik lembar demi lembar Al Qur’annya. Matanya melirik ke  arah saya yang duduk berjarak 2 kursi darinya.

    Aa Azizan : ” Sampai kapan tilawahnya Mii..?”

    Umi : ” maksudnya..??!”

    Aa Azizan : “Aku bosan tilawah terus!!!”

    Saya tersenyum semanis mungkin, sambil memikirkan jawaban yang cocok buat si Aa….😲🙄🤔😢

    Umi : “Tilawahnya sampai kita sudah berada di dalam Syurga. Artinya, kalau bosan.. stop dulu. Nanti bisa dilanjutkan lagi Tilawahnya…”

    Aa Azizan : “Oke. Kalau gitu, aku stop dulu. Nanti malam lagi aku Tilawahnya.!!!”

    Umi : 😇😇😌😕😶

     

    Ba’da Isya, emak nanya ke Aa ttg rasa bosannya ia Tilawah, tak ada jawaban dari Aa..

    Hanya senyum dan tertawa lalu si AA beranjak mengambil Al Qur’an nya.

    • 55 kesayangannya full power ia suarakan..

    🥰😘😘😘

    (Postingan FB Krisna Yuliany – 3 Agustus 2020)

     

    “Sampai kapan tilawahnya Mii..?”

    Bagi saya, pertanyaan ananda ini adalah pertanyaan yang sangat menohok. Sebuah pertanyaan yang mengindikasikan rasa bete, bosan. Terlebih lagi tahun 2020 waktu itu adalah Tahun Corona – Tahun Covit-19. Tahun terbatas untuk bisa beraktivitas di luar ruangan/di luar rumah, karena lockdown, hampir seluruh interaksi sosial dilakukan melalui Zoom Meet, tak hanya untuk urusan pekerjaan,  aktivitas belajar-mengajar di sekolah pun dilakukan melalui Zoom Meet. Maka Bete-Bosan sudah pasti menguasai mood setiap harinya.

    Kondisi mood Bete-bosan ini pun tidak hanya terjadi pada  aktivitas pekerjaan saja, tapi juga pada Ibadah harian semisal Tilawah Al Qur’an. Seperti yang  dirasakan oleh Ananda. Tak terkecuali saya tentunya, yang pada saat itu juga sedang dalam kondisi  hamil 9 bulan. 

    Bahkan, mungkin pembaca pun pernah mengalami kondisi bete-bosan tersebut. Dan hal ini wajar-wajar saja sebenarnya. Asalkan jangan sampai seseorang itu berlarut-larut berada dalam rasa bosannya. 

     Karena rasa bosan ini juga pernah disinggung oleh Amr bin Ash Radhiyallahu Anhu, ia mengatakan:

    “Aku tidak bosan dengan pakaianku selama masih bisa dikenakan, aku tidak bosan dengan istriku selama ia masih memperlakukanku dengan baik, dan aku tidak bosan dengan kendaraanku selama ia masih bisa dikendarai, sesungguhnya sifat bosan termasuk akhlak yang buruk.”

    Subhanallah.

    Ini sungguh reminder yang indah sekali. Seorang Amr bin Ash Radhiyallahu Anhu menganggap bahwa bosan itu sebagai akhlak yang buruk.

    Berkaitan dengan bahayanya bosan sebagai indikator akhlak buruk terhadap seorang Muslim, maka Islam mendorong umatnya untuk terus sibuk dalam kebaikan, seperti berbuat kebaikan, memperkuat hubungan spiritualnya dengan Allah, mempelajari ilmu agama, terlibat aktif dalam kegiatan sosial atau mengembangkan hobi dan bakatnya, serta membantu orang lain. Seorang Muslim yang menerapkan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan dapat menghadapi rasa bosannya dengan lebih bijak sehingga ia pun mampu  meningkatkan kualitas hidupnya secara holistik.

    Pembaca yang dirahmati Allah.

    Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk  menghilangkan rasa bosan ini. Di mana cara ini sama seperti saat kita akan menghilangkan penyakit, sebab bosan juga pada dasarnya adalah penyakit pada emosi kita. Seperti kita ketahui, kalau kita ingin menghilangkan penyakit, maka langkah pertama yang dilakukan oleh seorang dokter adalah dengan mendiagnosa atau mencari tahu apa penyebabnya.

    Kembali pada kisah anak ketiga saya di awal bab ini tadi. Siang itu, setelah si Aa Azizan mengajukan pertanyaan menohoknya itu. Saya mengamati aktivitas si AA dan Abangnya (anak kedua saya-10 tahun usianya). 

    Mereka bermain sebagaimana biasanya, main catur, Menyusun balok, menggambar, mewarnai, membaca buku, main petak umpet. 

    Huuft.. permainan yang sama dari hari ke hari. Wajar saja kiranya jika si Aa merasa bosan. Dan yes, saya akhirnya menemukan satu permainan yang membuat mereka sangat enjoy sekali, yaitu petak umpet. Suara teriakan dan tawa juga hentakan-hentakan kaki mereka saat berlari mengejar dan lari bersembunyi, sudah cukup memberi sinyal ke saya. Bahwa mereka sangat Bahagia.

    Baiklah. Saya pun telah tercerahkan untuk mengembalikan semangat si Aa dalam Tilawah Al Qur’annya, setelah mengamati mereka beraktivitas. Permainan petak umpet mereka telah menginspirasi saya. 

    Alhamdulillah.

    Ba’da sholat Maghrib, saya bilang ke Abang dan Aa untuk melanjutkan kembali permainan petak umpet mereka. Tapi kali ini bermain “petak umpet gaya baru”. Dengan aturan baru tentunya, yaitu  :

    1. kalau biasanya yang disuarakan oleh si penjaga yang sedang bertugas untuk mencari si tukang ngumpet adalah berhitung dari 1 sampai 20 atau hitungan perkalian 5 sampai dengan 100. Maka berhitung itu di ganti dengan “hafalan surat – surat Al Qur’an”. Dan yang menentukan surat apa yang akan disuarakan  adalah Umi/saya.
    2. Kalau si tukang ngumpet ketemu, maka dia “setoran hafalan” dulu sebelum dia menjadi petugas yang mencari si tukang ngumpet. Dan setoran hafalannya juga ke Umi/saya.

    Deal. 

    Mereka sepakat. 

    Permainan pun dimulai. hampir sejam saya membersamai mereka bermain petak umpet gaya baru. Andai saja tidak terdengar suara adzan Isya, mungkin kami akan terus bermain dan bermain. 

    Hasilnya. Masya Allah, Alhamdulillah..

    Si Aa akhirnya menemukan kembali semangatnya untuk tilawah Al Qur’an selepas ia sholat Isya. Full power suaranya ia keluarkan ketika melafazkan ayat demi ayat pada Surat Ar Rahman. Dan setelah si Aa menyelesaikan Tilawahnya, saya mengajak si Aa dan juga si Abang untuk sedikit bermuhasabah, yaitu dengan membaca diri mereka masing-masing secara baik. 

    Membaca kapan kiranya diri mereka terjebak pada rasa bosan?

    Membaca hal apa gerangan yang membuat mereka bosan?

    Membaca diri mereka sendiri, untuk menemukan, apa kiranya yang dapat menghilangkan rasa bosan dalam diri mereka?

     

    Membaca diri mereka sendiri agar kelak mereka terbiasa untuk memuhasabahi/mengevaluasi diri mereka sendiri.

    Membaca diri mereka sendiri, agar kelak mereka terbiasa untuk mengobati diri sendiri dari setiap rasa tak nyaman yang menghampiri mereka.

    Membaca diri mereka sendiri, agar kelak mereka bisa menemukan dan meramu formulasi tepat untuk memperbaiki diri mereka sendiri agar menjadi pribadi lebih baik dari waktu ke waktu. Bahkan tidak menutup kemungkinan mereka kelak akan memiliki kemampuan untuk menghukum diri mereka sendiri atas kekeliruan atau dosa yang telah dilakukannya. 

    Sehingga jiwa mereka akan terus bertumbuh beriringan dengan jasad mereka. Karena ukuran bertumbuh itu bukanlah untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari orang lain. Tetapi bertumbuh adalah menjadi pribadi yang lebih baik dari kemarin.

    Para salafush Shalih telah mengingatkan kita, bahwa setidaknya ada empat hal yang bisa kita lakukan dalam muhasabah kita. 

    Pertama, Muhasabah dalam makanan dan minuman yang kita konsumsi. Karena makanan dan minuman yang kita masukkan ke dalam perut kita, ia akan memberikan energi. Selama makanan tersebut halal dan diperoleh dengan cara yang tepat, maka ia akan melahirkan energi positif yang darinya kita terbawa kepada hal-hal yang positif dan baik juga.

    Suatu ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq meminum segelas susu yang ada di meja hidangan karena rasa haus yang mendera  selepas beraktivitas.

    Setelah minum, datanglah pembantunya dan memberitahukan bahwa susu itu merupakan upah yang ia terima ketika dulu ia masih berprofesi sebagai juru ramal (dukun). Seperti disambar petir di siang bolong Abu Bakar mendengar berita dari pembantunya ini. Beliau lalu berusaha memuntahkan susu dengan sekuat tenaga hingga tidak sadarkan diri. Saat  siuman beliau mengatakan, “Seandainya aku harus menebus nyawaku untuk mengeluarkan susu ini, maka akan kulakukan, karena aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam telah bersabda, “Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram, maka api neraka lebih pantas untuknya.”

    Kedua, muhasabah perbuatan. Kadang kala perkataan dan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang bisa berakibat fatal terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Disadari atau tidak, sering kali seseorang jatuh dalam kesilapan dan kesalahan. 

    Adalah seorang Ar-Rabi` bin Khaitsam, dia menggali sebuah lubang seperti kuburan di dalam rumahnya. Setiap kali dia merasa malas beribadah, dia akan langsung masuk ke dalam lubang tersebut agar selalu ingat bahwa dirinya suatu saat nanti akan menjadi penghuni kubur.  Sehingga dengan merasakan dingin dan gelapnya tanah tempat ia berbaring di lubang kuburnya tersebut, akan membuat dia bergegas dalam beramal agar bisa membawa pundi-pundi bekal sebanyak-banyaknya.

    Ketiga, menghukum diri. Kita sering mendengar bunyi pepatah, “Gajah di pelupuk mata tak terlihat, semut di seberang lautan terlihat.” Pepatah lama ini  kita ingat-ingat kembali, untuk menghitung-hitung;

    seberapa sering kiranya kita melihat kesalahan orang lain tanpa pernah mampu melihat kesalahan diri sendiri. Seberapa sering kita melihat orang-orang yang menyakiti kita lalu mengumpat, namun jarang menyadari bahwa luka yang sama bahkan lebih dalam lagi juga lebih sering kita torehkan di hati orang lain. 

    Seberapa sering kita bersikap melempar batu tapi sembunyi tangan. Seberapa sering kita menjadi orang yang sangat pengecut padahal Allah mengetahui apa-apa yang kita lakukan.

    Sahabat Nabi shalallahu alaihi wassalam, Thalhah radhiyallahu anhu juga melakukan penghukuman diri. Ia pernah ketinggalan shalat berjamaah di masjid karena sibuk mengurus kebun miliknya. Lalu sebagai bentuk hukuman dan tebusan atas kelalaian dirinya menunaikan ibadah shalat berjamaah, maka ia pun menyedekahkan kebunnya untuk umat. 

    Masya Allah.

    Keempat dalam muhasabah adalah mengevalusi alam pikiran tentang dahsyatnya api neraka. Sayidina Ali bin Abi Thalib merupakan sosok yang pantas diteladani dalam membayangkan betapa pedih siksa neraka itu.

    Pada suatu hari, datanglah Aqil bin Abi Thalib yang merupakan saudara kandung Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu. Kala itu  Ali menjadi Amirul Mukminin.  Kedatangan Aqil ini adalah untuk meminta uang lebih dari apa yang telah ia terima dari Baitul Mal. lalu Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu memintanya untuk datang di malam hari.

    Aqil pun datang di malam yang sudah dijanjikan. Sesampainya di kediaman Ali, Ali menyuruh Aqil mengambil satu bungkusan yang tertutup rapat. Dengan cekatan Aqil mengambil bungkusan yang diberitahukan oleh Ali. Tak dinyana Aqil menjerit kesakitan tepat ketika ia mengambil bungkusan itu. Ternyata bungkusan itu adalah bara api yang ditutup dengan rapi. Aqil menjerit sampai ia pingsan.

    Setelah sadar, Ali berkata kepada saudaranya itu, “Baru dengan api dunia saja engkau sudah menjerit sedemikian rupa, bagaimana jika kita diikat dengan rantai jahanam karena menyelewengkan amanat umat, wahai Aqil?!”

    Keempat hal diatas yang perlu kita evaluasi akan menjadi semacam ukuran sejauh mana keseriusan kita  dalam memanfaatkan umur, harta, waktu, dan kesempatan, yang tersisa. Jika pada waktu-waktu sebelumnya, kita masih abai dan sering memandang sebelah mata akan pentingnya mengevaluasi makanan dan minuman halal, salah dan khilaf perbuatan, tak pernah menghukum diri dan pikiran dari siksa neraka, kini saatnya, kita perlu untuk mengingat dan memperbaiki  semuanya. 

    Agar bukan sekadar Impian bisa  menjadi insan yang lebih baik dari hari ke hari, bukan sekedar mimpi bisa memiliki kesudahan yang baik (husnul khotimah), bukan sekedar mimpi menjadi ahli Surga, namun kita bisa langsung mewujudkan mimpi-mimpi itu dalam bentuk aksi nyata yang sesuai panduan syariat dan mendapatkan Ridho Allah subhanahu wa ta’ala. 

    Jangan pernah merasa aman

    Karena bisa jadi hukuman Allah itu,

    Berupa sering terlambatnya bangun shubuhmu,

    Rasa malasmu untuk membaca Al Qur’an,

    Sering menunda waktu sholat,

    Tidak konsistennya dirimu dalam beramal.

    Astaghfirullah hal adzim

    (Tulisan seseorang, semoga Allah merahmatinya)

     

    • Bersyukur

     

    Tanda syukurmu diterima ialah

    Disederhanakan keinginan duniamu,

    Tapi dicukupi kebutuhanmu

    Bersyukur itu self love

     

    هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ

    Artinya: 

    Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (Surat An-Naml 27 : 40)

     

    Ada sebuah reminder pendek yang kiranya cukup untuk menjadi sebuah pengingat,

    “Ketika kamu sakit, dosamu diampuni.

    Ketika kamu didzolimi, doamu diijabah.

    Ketika kamu bersyukur, nikmatmu bertambah.”

    فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ۝١٨ 

    Artinya :

    “maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Surat ArRahman : 18

    Mungkin sering kita merasa jika kita adalah yang paling susah, paling banyak ujian hingga tanpa sadar kita seringkali berisik dengan apa-apa yang menimpa kita. Padahal di luar sana masih begitu banyak orang-orang yang lebih susah dari kita, tapi mereka tidak seberisik kita.

    Sesekali, cobalah untuk merenungi hadiah terindah yang Allah berikan kepada kita. Bahkan hadiah termahal, karna tiada seorang pun di dunia ini yang mampu memberikan hadiah terindah dan termahal ini.

    Nafas yang tetap berhembus. Jantung yang terus berdetak. Mata yang tetap melihat. Telinga yang terus mendengar. Tangan yang masih bisa bekerja. Kaki yang terus bisa melangkah. Badan yang sehat. Semua itu adalah hal-hal yang sudah sepatutmya untuk disyukuri. Bahkan tanpa kita memintanya pun Allah subhanallahu wa ta’ala tetap menganugerahkan semua kenikmatan tersebut. 

    Ada sebuah ungkapan yang cukup terkenal : 

    “Mereka mengira kebahagiaan dan ketenangan itu ada di gunung, di Pantai, di tempat-tempat keramaian. Padahal ketenangan dan kebahagiaan itu ada di dalam hati.”

     

    الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ۝٢٨ 

    Artinya :

    “Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”

    (Surah Ar Rad : 28)

     

    Proses menjadi diri yang tenang adalah dengan mengingat Allah (dzikir), tilawah Qur’an dan berdoa. Ketenangan itu ada pada hati yang selalu mengajak kepada kebenaran dan kebaikan, kesyukuran, sabar dan Ikhlas. Bila seseorang telah memiliki hati yang seperti ini, maka bersyukurlah. Karena secara perlahan kamu akan melihat dirimu sendiri berubah secara bertahap, kamu akan mendapati dirimu yang jauh lebih tenang, lebih bersyukur dan lebih lapang dada dalam menerima keadaan hidupmu.

    Tersenyumlah..

    Bukan karena kita paling Bahagia, 

    tapi karena kita mensyukuri segalanya.

    Tersenyumlah..

    Bukan karena kita kaya raya, 

    tapi karena kita selalu merasa cukup 

    dan menyederhanakan keinginan.

    Tersenyumlah.. 

    Bukan karena kita terbebas dari masalah, 

    tapi karena kita selalu yakin bahwa rencana 

     Allah subhanallahu wa ta’ala

                   selalu terbaik bagi hambaNya.

    Krisna Yuliany

     

    Kreator : Krisna Yuliany

    Bagikan ke

    Comment Closed: SELF MOTIVATION Motivasi Mencintai Diri

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021