KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Senandung Natal di Ujung Genggaman

    Senandung Natal di Ujung Genggaman

    BY 27 Sep 2025 Dilihat: 14 kali
    Senandung Natal di Ujung Genggaman_alineaku

    Dinginnya malam Natal merambat masuk melalui celah jendela kamar. Di luar, gemerlap lampu dan hiasan Natal tetangga seolah menari-nari mengejek. Di dalam, hanya ada keheningan yang menyesakkan, diselingi isak tangis lirih adikku yang ditahannya sekuat tenaga.

    Dua hari yang lalu, tawa riuh masih memenuhi rumah ini. Mama, dengan wajah pucat namun tetap berusaha tersenyum sambil berkaraoke lagu-lagu favoritnya. Kami ikut berdendang, suara kami berpadu, mengalun merdu, diselingi gelak tawa bahagia. Kami berdoa bersama, saling menggenggam tangan, memohon keajaiban di ulang tahun Mama yang ke-62.

    “Tuhan, sembuhkan Mama…” lirihku dalam hati, air mata menitik di sudut mata.

    Malam Natal itu, video call dengan keluarga di luar kota menambah kehangatan. Tawa dan ucapan selamat Natal bergantian terdengar. Mama, dengan sisa tenaganya, melambaikan tangan ke arah layar handphone. Senyumnya, meski lemah, adalah hadiah Natal terindah tahun ini.

    Namun, siapa sangka itu adalah senyum terakhirnya. Setidaknya, senyum itu sempat ku abadikan dalam foto keluarga terakhir bersama Mama. 

    Malam semakin larut. Lagu-lagu pujian dan penyembahan kepada sang Pemilik Natal terus kami dendangkan tak berkeputusan sambil bergandengan tangan. Lonceng gereja berdentang merdu menyambut pergantian tanggal dimalam Natal. 

    Mama mulai tak bisa bersuara, genggaman tangannya di tanganku melemah dan terasa mendingin. Ku letakkan jari-jariku di pergelangan tangannya, denyutnya melemah kemudian menghilang. Tubuhnya yang tak lagi berisi kini diam tak bergerak, bibirnya yang pucat membiru perlahan berubah kaku.

    Dunia runtuh menimpaku. Air mata pun tak sanggup yang menetes. Selama menjadi dokter, saat terberat adalah mengumumkan waktu kematian pasien kepada keluarganya. Tapi, mengumumkan waktu kematian Mama adalah kalimat terberat yang keluar dari bibir ini. Tak sanggup aku terima kenyataan ini. Tak rela. Tak ikhlas. 

    Tiga bulan perjuangan melawan penyakit ganas terasa sia-sia. Segala daya upaya diperjuangkan, semua sumber daya dikerahkan, semua jalan telah ditempuh. Dari yang terbukti klinis sampai hanya bukti empiris. Bahkan yang diluar logika pun sudah di coba. Walau secara teori aku tahu semua itu hampir sia-sia. Harapan yang ada disana adalah harapan palsu. Namun, hati ini tetap berpegang pada harapan yang palsu itu, semoga menjadi keajaiban. 

    Aku bagai terhimpit di antara tanggung jawab dan kewajiban yang menggunung. Pandemi Covid-19 masih memberlakukan pembatasan publik. PSBB, PPKM, lock down dan isolasi dimana-mana. Membatasi ruang gerak banyak orang, membatasi keleluasaanku dalam berkegiatan sehari-hari, bahkan aturan di rumah sakit memberlakukan seorang penjaga saja untuk seorang pasien. Sedangkan untuk segala urusan administrasi, pengambilan obat dan beberapa hal lainnya, harus dilakukan oleh anggota keluarga. Aku bahkan tak punya waktu untuk berbincang dengan Mama di ruang rawat inapnya di RS, karena sibuk dengan hal-hal operasional itu. Acapkali Mama ku tinggalkan sendiri tanpa ada yang menemani dikamarnya. Sunyi, kesakitan dan tak ada teman bicara. Dapat kubayangkan bagaimana sakitnya perasaan Mama saat itu.  

    Disisi lain, adikku sudah dalam tahap akhir pendidikan profesinya, dan harus pergi ujian di luar kota. Ia pun sudah beberapa kali mengalah, belum menyelesaikan kuliahnya karena terhalang dengan kondisi Mama yang mulai menurun dari beberapa bulan sebelumnya. Namun, keadaan Mama dirahasiakan dariku yang berada jauh di pulau yang lain.  Makin berat beban ini karena tidak ada yang bergantian jaga Mama di malam hari. Kedua anakku belum pernah terpisah dengan aku. Jadinya, mereka akan menungguku pulang dari rumah sakit jam berapapun itu, barulah mereka mau makan dan tidur. Aku tidak bisa 24 jam menjaga Mama. Anak-anakku yang masih kecil juga masih sangat butuh kehadiranku membersamai mereka di rumah.  

    Suamiku masih berada di pulau lain, dimana kami bekerja selama ini. Ia masih mengusahakan dana untuk keperluan kami semua. Untuk pengobatan Mama, biaya kuliah adik, keperluan harian anak-anak dan untuk pembayaran tagihan-tagihan lainnya. Semua beban ekonomi ada di pundaknya. Berjuang sendiri, tanpa ada aku mendampinginya. 

    Benar-benar ku alami dan rasakan sendiri bagaimana menjadi Sandwich Generation.

    Rasanya baru kemarin Mama bersemangat merencanakan liburan Natal dan Tahun Baru di resort impiannya. Kami bahkan sudah memesan kamar, membayangkan keceriaan Mama menikmati liburan bersama cucu-cucunya. Impian itu kini sirna, bersamaan dengan kepergian Mama.

    Natal tiga tahun terakhir ini menjadi ritual baru untuk keluargaku, ritual yang menyesakkan dada. Berkumpul bersama keluarga besar, bukan dalam gegap gempita kebahagiaan merayakan Natal, melainkan dalam sendu mengharu biru mengenang Mama.

    Tak percaya, tak rela, tak tega, tak puas, tak terima, marah, sedih, kecewa, semuanya masih terasa begitu nyata.

    “Maafkan aku, Ma. Maaf tak bisa memenuhi impian terakhirmu. Maaf aku tak tahu apa kerinduanmu yang terdalam, sehingga tak dapat ku wujudkan. Maaf tak menjadi teman bicaramu di saat-saat terakhir, karena aku berharap kita akan banyak bercerita, berbagi canda tawa dan kenangan di resort yang selalu Mama bicarakan…”

    Hanya lantunan doa dan lagu-lagu Natal yang tak pernah putus kupanjatkan, mengiringi kepergian Mama. Semoga Mama beristirahat dalam kedamaian Tuhan, menanti pagi yang cerah di keabadian, di mana kelak kita semua akan berkumpul kembali. Maranatha !!!

     

     

    Kreator : Vidya D’CharV (dr. Olvina ML.L. Pangemanan, M.K.M.)

    Bagikan ke

    Comment Closed: Senandung Natal di Ujung Genggaman

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021