Penulis : Mita Taurina Agustin Putri (Member KMO Alineaku)
Anda seorang pendiam yang tidak selalu tahu apa yang harus dikatakan? Di balik “kelemahan” itu terdapat pikiran yang sangat analitis. Anda lebih mudah menjadi amat bersemangat di banding orang lain? Dalam kesendirian, Anda mengatasi permasalahan Anda, memikirkan dan menciptakan ide-ide baru. Anda mengeluarkan suara “emmm” dan “ahh” sewaktu berbicara? Pikiran Anda yang sedang berpikir memproses segala sesuatu dengan sungguh-sungguh. Alih-alih melihat sifat-sifat introvertt sebagai kekurangan terbesar Anda, ingatlah bahwa mereka bisa menjadi kekuatan terbesar Anda. – Jenn Granneman –
Sistem Saraf introvert
Bayangkanlah sistem saraf sebagai jaringan respons tubuh Anda. System tersebut meliputi otak, saraf, sumsum tulang belakang, dan organ-organ indra (mata, telinga, lidah, kulit, dan hidung). Sistem saraf Anda menerima informasi melalui indra, mengolah informasi tersebut, kemudian mengaktifkan reaksi. Jika Anda mendengar sebuah lelucon, Anda tertawa, maka saraf-saraf Anda mengirimkan sinyal kesenangan kepada otak Anda. Jika mendengar bunyi yang keras , Anda serta-merta menutup telinga karena saraf-saraf Anda memunculkan sinyal ketidaknyamanan. Apa saja, baik emosi maupun fisik, yang menimbulkan respons terhadap sistem saraf adalah “rangsangan”. Ketika rangsangan berasal dari luar diri kita, ia disebut “rangsangan internal”.
Orang yang introvert dan ekstrovert memiliki respons sistem saraf yang berbeda terhadap rangsangan eksternal. Tiga hal ini mengungkapkan alasannya:
Neurotransmiter adalah kurir kimia yang membantu membentuk respons serta perilaku kita. Dopamine dan asetilkolin neurotransmitter memainkan peran penting dalam perbedaan-perbedaan antara introvert dan ekstrovert.
Bayangkanlah dopamine seperti kafein. Kita masing-masing mempunyai kadar dopamine yang membuat kita merasakan yang terbaik dari diri kita. Bila terlalu sedikit, kita akan merasa lemas dan bosan. Terlalu banyak kita merasa lelah dan tidak nyaman. Dopamine memotivasi kita untuk mencari rangsangan eksternal dan memberi hadiah apabila kita berhasil menemukan rangsangan tersebut. Orang introvertt tidak membutuhkan dopamine sebanyak yang dibutuhkan oleh orang ekstrovertt untuk merasakan yang terbaik dari diri mereka.
Jenn Granneman mengatakan dalam bukunya, Why introvertts and Extroverts are Different: The Science,”Dopamin adalah zat kimia yang dikeluarkan di dalam otak yang memberikan motivasi untuk mencari penghargaan eksternal seperti mendapatkan uang, menaiki jenjang social, memikat pasangan, atau terpilih untuk mengerjakan proyek yang amat penting. Perbedaannya terletak pada aktivitas jaringan penghargaan dopamine. Zat ini akan lebih aktif di otak seorang ekstrovertt daripada seorang introvertt.
Sebaliknya, Asetilkolin, neurotransmitter lain, lebih aktif di dalam otak orang introvertt. Zat ini membantu kita merasakan yang terbaik dari diri kita, dan rangsangan internal memicu munculnya perasaan ini. Otak introvertt kita mengeluarkan zat kimia perasaan nyaman pada saat kita berpaling pada batin kita, fokus pada ide-ide, terlibat dalam pembicaraan yang berarti, dan melakukan pekerjaan yang penting bagi kita. Kita termotivasi oleh penghargaan internal, seperti misalnya kegembiraan yang diperoleh dari moment Aha, kenyamanan dari sebuah hubungan yang erat, dan kepuasan dari pekerjaan yang berhasil dikerjakan dengan baik. Jika dopamine adalah kafein, maka Asetilkolin adalah the herbal. Zat ini menenangkan serta membawa kita pada keadaan yang lebih tentram dan damai.
Orang ekstrovert yang berniat baik mungkin mendorong kita untuk “ikut bersenang-senang”, tidak menyadari bahwa apa yang kita suka lakukan adalah hal yang menyenangkan bagi kita. Kita tidak diam di tempat; kita memilih apa yang membuat kita merasa paling puas. Otak introvertt kita lebih memilih asetilkolin dan memberi hadiah pada kita karena berusaha mencari tempat-tempat yang lebih tenang dan kegiatan yang tidak terlalu aktif.
Orang ekstrovertt dilengkapi untuk menghabiskan energi, sedangkan orang introvertt untuk menghemat energy. Sistem saraf otonom meliputi dua bagian: simpatik dan parasimpatik. Sistem saraf simpatik mempersiapkan kita untuk bertindak dan dikaitkan dengan respons berkelahi-atau-berlari. Sistem saraf parasimpatik menenangkan dan memulihkan kita.
Dr. Marti Olsen Laney mengatakan,”Orang ekstrovertt terhubung dengan sistem saraf simpatik, yang menghabiskan energy, dopamine/adrenalin, sedangkan orang introvertt terhubung dengan sistem saraf parasimpatik, yang menghemat energy, asetilkolin.”
Orang introvertt yang berada dalam situasi dengan rangsangan tinggi dan terpaksa bergantung pada system saraf simpatik merasa kehilangan tenaga. Olsen Laney menjelaskan,”Bagi orang introvertt, semua adrenalin dan glukosa itu langsung membuat mereka merasa kelelahan. Situasi itu terlalu bersemangat, menghabiskan terlalu banyak bahan bakar, membuat tangki bahan bakar mereka kosong.”
Contoh kasus, seorang introvertt mengatakan pada dirinya bahwa saya harus berusaha menandingi teman saya- saya memang mengagumi dia. Namun kemudian ia mengerti bahwa ia dibentuk untuk kualitas, bukan kuantitas. Sistem saraf parasimpatik memberdayakannya untuk melakukan apa yang sangat berarti baginya, hal-hal yang menantang bagi temannya. Ia bisa duduk tenang berjam-jam sambil menulis. Tetap mendengarkan seseorang dengan penuh perhatian untuk waktu lama. Berkendara menempuh perjalanan panjang tanpa musik hanya untuk berpikir. Fokus sungguh-sungguh pada sebuah proyek. Tidur siang pada hari hujan dan merasa bahagia. Sistem saraf parasismatik membuat orang introvertt sering menemukan kesenangan dalam hal-hal kecil.
Jalur utama otak seorang introvertt lebih panjang, lebih rumit, dan berfokus pada batin. Jalur utama otak seorang ekstrovertt lebih pendek, lebih lurus, dan berfokus di luar. Orang yang ekstrovertt mengandalkan memori jangka pendek, memori sekarang ini. Orang yang introvertt lebih banyak mengandalkan memori jangka panjang, dengan mempertimbangkan masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Cara kita melakukan pemrosesan inilah yang membuat orang introvertt sering membutuhkan waktu lebih lama untuk merespons. Kita bukanlah pemikir yang lambat, melainkan pemikir yang serius.
Dr. Laurie Helgoe mengatakan,”Penelitian terhadap pencitraan saraf yang dilakukan untuk mengukur aliran darah otak menyatakan bahwa di antara orang-orang introvertt, aktivasi terpusat pada korteks frontal, yang bertugas untuk mengingat, merencanakan, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah- jenis-jenis kegiatan yang membutuhkan fokus dan perhatian batin.”
Diciptakan sebagai introvertt
Pada saat kita berpaling pada batin kita, kita tidak menarik diri atau menahan diri; kita memilih untuk muncul di ruang kreativitas, kontemplasi, dan imajinasi yang hakiki. Dunia batin kita adalah tempat wawasan, inovasi, terobosan, solusi, dan hubungan yang akrab dengan Tuhan bermula.
Yang menjadi tujuan kita bersama adalah semua aspek diri kita yang diciptakan sebagai introvertt – fisik, emosi, social, psikologis, praktis, dan spiritual. Tubuh, hati, pikiran, dan jiwa kita.
Survei yang dilakukan baru-baru ini oleh Gallup, sebuah organisasi analitik global, menemukan bahwa 87 persen orang percaya pada Tuhan. Spiritualitas penting bagi banyak introvert.
Yang Bukan introvert
Mengingat introvertsi merupakan bagian yang besar dari diri kita, penting bagi kita untuk juga memahami apa yang bukan merupakan introvertsi. introvertsi bukan sifat pemalu. Susan Cain, penulis Quiet, mengatakan, “Sifat pemalu adalah rasa takut pada penilaian negative, sedangkan introvertsi adalah pilihan untuk hidup dalam lingkungan yang tenang, dengan sedikit kegairahan.”
Perbedaan antara perasaan malu dan introvertsi terutama penting dalam mengasuh anak-anak yang introvertt. Orang tua yang bermaksud baik bisa beranggapan anak-anak mereka menahan diri karena takut saat bermain sendirian atau berada di luar sebuah kelompok. Anda bisa coba tanyakan,”Apakah engkau takut atau sedang istirahat?” Sementara anak-anak introvertt mungkin kadang membutuhkan dorongan untuk terlibat, mereka juga butuh waktu untuk memulihkan diri.
introvertsi juga bukan perilaku antisosial. Seperti contoh kisah seperti,”Penjahat yang Mencuri Anak Anjing dan Membajak Truk Es Krim Ditangkap”, disertai pernyataan dari tetangga yang ingin tahu yang berkata,”Yah, dia memang selalu bisa dikatakan tertutup”. Secara statistic, ekstrovertt yang ekstrim memang “lebih besar kemungkinannya untuk terlibat dalam tindakan kejahatan atau perilaku antisosial dan ditahan.Banyak introvert yang sebenarnya sangat peduli hingga membuat mereka sedih, yang bertentangan dengan perilaku antisosial, apatis, atau menyendiri.
Apakah Sekali introvert, Selalu introvert?
Penelitian jangka panjang dilakukan Kagan pada dua bayi bernama Robbie dan Jordan. Kagan mengayun-ayunkan boneka Winnie The Pooh yang menarik di depan setiap bayi. Robbie manatap mainan itu, mengeluarkan sedikit suara, kemudian merentangkan tubuh sebagai tanda menerima. Sedangkan Jordan menghentak-hentakkan tangan dan kakinya, bereaksi sangat keras pada benda yang tidak dikenal. Kagan menyebut bayi seperti Jordan “sangat reaktif”. Mereka lebih dipengaruhi oleh rangsangan eksternal. Kagan mengikuti perkembangan bayi-bayi itu sampai dewasa, dan mereka yang termasuk dalam kelompok sangat reaktif, besar kemungkinan akan menjadi introvert.
Perilaku kita berubah saat kita belajar, tumbuh dewasa, dan beradaptasi.orang-orang introvertbisa menjadi orang pandai dalam membangun jejaring. Orang-orang ekstrovert dapat mengasah kemampuan dalam mendengarkan.para psikologi juga menemukan bahwa semakin tua, kita semua berikap lebih introvert. Kita menjadi “lebih diam, lebih mandiri, tidak terlalu membutuhkan kehebohan … secara emosi lebih stabil, lebih menyenangkan, dan lebih berhati-hati.
Apakah Anda seorang introvert atau ekstrovert sama seperti menjadi seorang yang kidal atau bukan kidal. Kita menggunakan kedua tangan, tetapi yang satu lebih dominan. Orang mungkin akan berpikir, bahwa saya bisa menggunakan tangan kanan dan kiri saya, jadi saya termasuk seorang ambidekster. Namun, hanya 1 persen dari jumlah populasi yang benar-benar ambidekster. Ketika kita menerima asumsi kultural tentang orang yang introvert dan ekstrovert, kita mungkin akan berkata,”Saya bisa berbicara atau hanya diam. Saya bisa pergi keluar atau tinggal di rumah. Saya pasti seorang ambiver.”
Dengan semakin mengertinya orang, mereka sering mendapati bahwa mereka introvert atau ekstrovert meski sudah belajar menggunakan “kedua tangan”dengan baik. Setelah memperhatikan hasil penelitian mengenai watak mereka, saya percaya bahwa sebagian besar orang bukan ambiver.
Perbedaan pada neurotransmitter, system saraf, dan jalur otak kita mengungkapkan bahwa kita memang dirancang untuk menjadi introvert atau ekstrovert. Banyak unrus pelengkap di sunia kita siang dan malam, daratan dan lautan, maskulin dan feminine. Kita semua mempunyai kekuatan, karunia, dan kemampuan yang dapat kita tawarkan.
Tempat yang Kita Tuju: dari Perjuangan Menuju Kekuatan
Menerima diri kita yang sesungguhnya membutuhkan keberanian dan kerja keras, terutama jika kita merasakan tekanan untuk menjadi seseorang yang bukan kita.
Sebagai contoh, karena system syaraf mereka yang relative sangat reaktif, maka orang-orang introvert lebih besar kemungkinannya untuk berjuang melawan kecemasan. Namun, system saraf yang sama itu juga berarti orang-orang introvert biasa memiliki rasa empati yang kuat.
Bagaimana jika perjuangan itu hanyalah ujung yang lain dari kekuatan?
Pertumbuhan sendiri tidak terjadi dengan mengubah diri kita, akan tetapi dengan mempelajari cara untuk menjauh dari perjuangan dan menuju pad kekuatan kita. Dengan melakukan hal tersebut maka kita mengaktifkan karunia kita, meningkatkan kesejahteraan kita, dan memberdayakan diri kita untuk memberikan kontribusi besar bagi dunia. Kesadaran akan hal inilah yang telah mengubah hidup seseorang.
Kita hidup dalam budaya bising dan semrawut, kita semua mencari lebih sedikit stress dan lebih banyak kedamaian, lebih sedikit kebisingan dan lebih banyak makna, lebih sedikit tergesa-gesa dan lebih banyak ketentraman. Percayalah bahwa orang-orang introvert juga dapat menunjukkan jalannya sehingga dapat melangkah menuju kehidupan yang lebih kuat.
TINJAUAN LEBIH DALAM TERHADAP SIAPA ANDA
“Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab, tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri”. Galantia 6: 4-5
Ilmu saraf mengatakan bahwa menatap pantulan pantulan diri membantu kita mengembangkan rasa akan diri kita, memudahkan mengubah perspektif kita, membuat kita tidak merasa canggung secara social, meningkatkan kesadaran emosi, serta memperkuat hubungan kita dengan dunia. Begitu juga ketika kita melihat ke dalam batin kita. Tetapi kadang berbuat demikian terasa menantang, bahkan menyakitkan. Mengapa hal ini terjadi dan apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasinya?
Memahami 3 cara berbeda untuk melihat diri sendiri adalah langkah awal. Kritik diri, seperti pengalaman Kjerstin dan Stephen, membuat kita menghindar untuk melihat siapa kita sesungguhnya. Sebaliknya, focus diri, membuat kita berdiri di depan cermin sepanjang hari. Hanya kesadaran dirilah yang mampu membuat kita untuk melihat identitas yang sejati.
Pentingnya memahami diri sendiri
Seorang pria melihat seorang wanita saat ia melewati pintu utama, lalu berpikir. Kalau saja aku bisa menghabiskan waktu dengan anak itu daripada menghadiri suatu rapat lain.
Sewaktu pria itu berjalan menjauh, si wanita berpikir, Kalau saja aku bisa menghadiri rapat itu daripada duduk di sini dengan anak itu.
Scenario pria dan wanita juga konsekuensi dari scenario tersebut adalah kekecewaan ringan serta hilangnya beberapa kesempatan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Seorang konselor melihat hal yang lebih buruk, termasuk si wanita dan pria dengan itikad baik yang menempuh jalan mereka menuju depresi; pemimpin-pemimpin tekun dan cerdas yang tiba-tiba marah atau gagal; orang-orang setia dan baik hati yang melakukan apa pun yang harus mereka lakukan tetapi membenci kehidupan mereka.
Apa yang terjadi?
Kita sering kali kehilangan langkah yang amat penting untuk berkembang; Kesadaran Diri.
Percayalah bahwa Tuhan memberikan kita kebenaran spiritual yang sama di mana pun, kapan pun dan kepada siapa pun. Contoh, saling mengasihi, kebanyakan dari kita menyadari akan kebenaran spiritual. Namun, kebenaran spiritual tanpa kesadaran diri tidak akan efektif dan yang terburuk adalah membahayakan, akhirnya kita seperti pria dan wanita tadi melakukan banyak hal yang membuat kita merasa bersalah. Kesadaran ini memberikan kita kearifan yang kita butuhkan untuk menjalankan kebenaran spiritual dengan baik.
Bila kita memiliki kebenaran spiritual tetapi tidak memahami sebagai siapa Tuhan menciptakan kita, maka kita melakukan apa yang orang lain perintahkan harus kita lakukan, bukan menemukan rencana terbaik Tuhan untuk kita. Atau, kita meletakkan pengharapan pada mereka yang ada disekitar kita berdasarkan pendapat dan pilihan kita. Keduanya akan membawa kita pada kesengsaraan bahkan kadang kejahatan religious. Kesadaran diri membantu kita dalam memberi dan menerima berkat. Kesadaran diri adalah bagian dari tumbuh menjadi diri kita sebagaimana diciptakan serta membantu diri agar tidak mengubah kebenaran spiritual, ia mendukung kebenaran tersebut dengan membantu kita mengetahui cara menjalani kebenaran itu dengan cara-cara yang pribadi dan spesifik setiap harinya.
Cerita lain mengungkap, seorang konselor, Amy, seorang introvertt, menolak kesadaran diri dan percaya bahwa itu hal yang egois. Kemudian, dia mengalami periode yang sulit ketika merasa hancur dan gelisah meski sudah berusaha melakukan yang terbaik. Setelah berpaling pada Tuhan untuk memohon bantuan,”Akhirnya lewat ai rmata, ia mendengar suara yang meyakinkan dan mantap mengatakan,’…Engkau tidak bisa benar-benar mengetahui tujuanmu sampai engkau belajar untuk mengasihi dirimu sendiri seperti Aku mengasihi engkau.’”.
Langkah pertama untuk mengasihi seseorang adalah dengan mengenal mereka. Empat perangkat berikut akan meningkatkan kesadaran Anda yang introvert. Yang akan membantu Anda mempelajari pilihan-pilihan, cara Anda memproses, pola-pola yang Anda miliki, dan pendekatan yang Anda lakukan terhadap relasi pribadi. Sebelum focus pada perjuangan dan kekuatan-kekuatan yang biasa dialami oleh orang introvert, pahami mengapa Anda istimewa. Pemahaman tersebut akan memberi Anda filter dan landasan yang Anda butuhkan.
Seperti cermin perangkat-perangkat ini mencerminkan siapa Anda, tetapi tidak menentukan diri Anda.
Setelah mengetahui lebih dalam tentang diri Anda. Mari kita belajar untuk menerima diri dan mengenali diri lebih dalam. Semoga diri lebih siap dan lebih lapang menjalani hidup kedepannya.
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Senjata Hebat Para Introvert
Sorry, comment are closed for this post.