Takbir Idul Adha sudah tidak terdengar seperti kemarin. Kini sepi sunyi. Udara panas, seakan membuatku gelisah mengingatmu. Ku ingat senyummu dulu yang penuh ikhlas, perhatianmu yang membuatku simpati, dan kata-katamu yang membuatku percaya.
Sambil melihat si mungil yang terlelap, pulas di pulau kapuk. Masyaa Allah. Hebaat sayang, “Aku menggumam!”. Kau pandai membuat cerpen sedetail itu. Aku saja masih bingung gimana menulis sebuah naskah?. Tapi kau, Nak! Tanpa beban semangat 45.
Waktu berlalu menunjukkan pukul 22.06 menit. Tak terasa sudah malam. Namun, ku ingat kembali apa yang aku perbuat padamu?”gumamku”. mungkin ada salah dengan sikap dan tutur kataku tanpa sadar sudah menyakitimu.
Akhir-akhir ini sangat berbeda. Meskipun kita bersama namun serasa berjauhan. Terasa hampa meski pun tertawa.
Tak sadar, nyamuk-nyamuk sudah menghisap darahku. Huh… dasar nih nyamuk!”gumamku”. kau memanfaatkanku dalam ketidak sadaranku. “plak-plak!.” Akhirnya kau mampus juga.
Sekali lagi kulihat jam sekarang pukul 22.32 menit.”gumamku”. ku berharap kau dapat memaafkanku jika aku yang salah. Namun jika sebaliknya semoga Allah memaafkanmu dan selalu dalam lindungannya. Meskipun senyummu tak semurni lagi. Aku selalu akan rindu dirimu yang dulu. Semoga kau selalu bahagia. Aamiin. “Gumamku”. Dede I love you.
Kreator : Eneng Aprilia
Comment Closed: Senyummu Tak Semurni Lagi
Sorry, comment are closed for this post.