Karunia terindah dan tiada bandingannya mendapat amanah dua cahaya mata hati kami. Cahaya mata hati kami yang pertama seorang anak perempuan yang cantik. Anak pertama yang dinanti setelah lima tahun pernikahan dan di saat usia kami sudah berkepala tiga, tepatnya sudah tiga puluh tiga tahun. Kehadiran buah hati pertama kali ini mendapat sambutan membahagiakan bagi seluruh keluarga besar kami.
Bertumbuhnya Si Cantik ini dalam asuhan keluarga besar yang sangat lengkap. Ada Kakek, Nenek, Ayah, Bunda, Budhe, dan Om. Walaupun keluarga besar kami adalah keluarga sederhana, tetapi penanaman nilai-nilai kebaikan tercermin dalam santun bertutur kata. Orang Jawa mengatakannya dengan Bahasa Jawa krama alus. Ucap dan celoteh dalam buaian serta ayunan dengan dendang lagu-lagu jawa yang baik pula. Bahkan lantunan sholawat mengiringi pertumbuhannya.
Kami sangat tenang dan berbahagia walaupun disibukkan dalam pekerjaan. Kami sebagai ayah bundanya hanya membersamai anak saat malam hari dan akhir pekan saja. Kebahagiaan itu dilengkapi dengan peristiwa tak terduga. Saat acara tujuh belas Agustusan yang biasa kami isi dengan berbagai perlombaan di RT, RW, atau di sekolah tempat kami bekerja, kami aktif berpartisipasi dengan semangat. Kegiatan lomba basket, lomba bola kolong, lomba senam juga lomba membuat tumpeng tidak ketinggalan diikuti.
Baru menyadari di bulan berikutnya yaitu bulan September, terlambat datang bulan sepenuhnya. Di bulan Agustus sebelumnya hanya flek-flek coklat tanpa warna merah. Diagnosis dokter di bulan September itu, dinyatakan hamil dua bulan. Artinya, ketika aktif berkegiatan lomba Agustusan sejatinya telah hamil satu bulan.
Begitulah kabar tak terduga yang sejatinya. Betapa bahagia yang meluap sampai di ujung ubun-ubun kami. Anak pertama atau putri pertama kami berusia 18 bulan saat kabar kehamilan kedua ini. Akhirnya harus lebih berhati-hati menjaga diri untuk kehamilan kedua, termasuk harus memutuskan untuk menghentikan proses menyusui bayi pertama.
Dengan berbalut harapan terbaik menjalani masa kehamilan kedua. Akhirnya anak kedua lahir tiga hari setelah ulang tahun ke-35 ibunya. Ya, aku melahirkan anak kedua, laki-laki tampan dengan berat 3,5 kg panjang 49 cm. Proses kelahiran dibantu dokter kandungan perempuan, dokter Diana. Proses kelahiran normal saat azan subuh berkumandang.
Segala puji-pujian untuk Tuhan semesta alam, satu perempuan cantik dan satu laki-laki tampan melengkapi kebahagiaan kami. Sepasang mutiara hati kami yang musti dibimbing dan diasuh penuh kasih sayang pun celupan ruhani yang melembutkan hatinya, menjernihkan akal pikirannya.
Amanah Tuhan untuk membesarkan anak-anak tercinta tak perlu dinodai dengan ucap dan sikap tercela. Karena yang akan membentuk jati dirinya adalah orang-orang di sekelilingnya. Penanaman konsep ketuhanan dan kemanusiaan perlu dicontohkan. Tak sekedar teori-teori yang harus dihafal, meskipun perlu dibekali dengan ilmu.
Sejak dini dititipkan pada sebuah Pendidikan Usia Dini yang kompeten, religius, menumbuhkan rasa cinta tanah air menjadi pilihan terbaik. Bahkan guru-guru yang kreatif dan inovatif menjadi inspirasi bagi masa emas akal pikiran anak-anak kami. Hal itu terpotret dan terimplikasi ketika ada di rumah. Dua mutiara hati kami pandai mendongeng, pandai bermain peran, pandai berkreasi dengan pernak-pernik kertas warna-warni, pandai membaca dan menulis dengan sendirinya tanpa kami ajari. Yang menakjubkan lagi pintar menghafal semua bacaan sholat dan praktik melaksanakan sholat lima waktu sejak dini. Mereka pun pintar mengaji. Paket pendidikan yang sungguh sempurna sebagai investasi dunia akhirat.
Begitulah sepasang mutiara hati yang menerangi jalan kami, para orang tuanya. ‘Runtang-runtung’ dalam bahasa Jawanya, dua kekasih kami ini selalu saling melengkapi, saling membantu, saling bercanda tanpa pernah ada amarah dan dusta. Keluguan dan kesederhanaan mereka untuk mewujudkan cita-cita. Dalam masa pertumbuhan menjadi remaja dan hendak mencapai masa dewasa ada dalam asuhan serta pantauan kami dengan tanpa melukai hati kami. Mereka selalu patuh bahkan ada inisiatif menyanjung kami.
Ya Illahi Robbi, jadikan mereka sebagai mutiara hati kami selamanya, baik dalam kehidupan fana kami atau kelak di kehidupan kekal kami. Persatukan kami dalam kemuliaan dan keridhoan-Mu.
Kreator : Dwi astuti
Comment Closed: Sepasang Mutiara Hati
Sorry, comment are closed for this post.