Hadiah istimewa yang tiada terduga alias rezeki yang tiada disangka-sangka. Mungkin demikian implementasi dalam kehidupan nyata. Yakini itu bagi yang pandai bersyukur. Bersungguh-sungguh dalam bekerja dan berupaya “semeleh” istilah bahasa Jawanya.
Kisah ini juga menukil dari pengalamanku ketika awal menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum di salah satu sekolah swasta unggulan di Kota tempat tinggalku kini.
Sejak awal mengabdi menjadi seorang guru, aku terseleksi sewajarnya dengan peraturan yang berlaku. Selain tes kemampuan akademik, ada pula tes praktik, dan tes wawancara. Salah satu yang teringat dalam wawancara adalah bersedia menerima berapapun honor yang mampu ditunaikan lembaga dalam mengelola pendidikan swasta. Waktu itu di angka tiga ratus lima puluh ribu rupiah.
Aku bersedia dan sangat bersyukur dengan pencapaian angka itu. Seingatku biaya kuliah tiap semester masih seratus dua puluh ribu rupiah. Dan aku baru saja lulus kuliah, fresh graduate istilahnya. Ketika mengabdi di sekolah lain sebelumnya juga hanya diberi honor delapan puluh lima ribu rupiah. Artinya, sudah sangat berlebih. Sekali lagi, jika selalu diterima dengan rasa syukur. Karena seberapa pun honor yang kita terima tidak akan pernah cukup kalau ibarat kata “lebih besar pasak daripada tiang”.
Tahun pertama dan kedua aku menjadi guru mata pelajaran di sekolah seperti guru-guru lainnya. Baru ada 4 kelas di tahun pertamaku. Kelas kecil dengan maksimal murid hanya dua puluh orang. Kelas 3 dan kelas 2 baru belasan anak, sedangkan kelas 1, masing-masing 20 anak. Tahun kedua anak kelas 3 lulus semuanya, kelas 2 naik kelas 3 seluruhnya, dan kelas 1 juga naik kelas 2 seluruhnya pula. Selanjutnya murid baru kelas 1 ada 2 kelas kembali serta genap 40 anak.
Demikianlah pertambahan murid di tahun ketiga dan keempat, selalu ada 2 kelas murid baru. Aku pun mendapat kepercayaan menjadi wali kelas. Aku menjadi wali kelas 1 di tahun ketiga tugasku. Aku menjadi wali kelas 2 di tahun keempat tugasku.
Suka duka menjadi guru mata pelajaran pada umumnya agak berbeda dengan tugas tambahan menjadi wali kelas. Hal itu sejalan dengan tanggung jawab mengelola murid dan komunikasi atau interaksi dengan orang tua murid secara langsung. Bahkan menyusun laporan hasil belajar tengah semester, akhir semester, dan akhir tahun. Segalanya aku jalani dengan sebaik dan seoptimal mungkin sesuai kesanggupanku.
Alhamdulillah moment berkesan saat hari ulang tahunku, selalu ada sambutan hangat dari murid-muridku di depan kelas. Meskipun hanya menyampaikan ucapan selamat dan sorak-sorai atau tepuk tangan meriah serta doa syukur bersama.
Yang paling menjadi tantangan kala itu, aku menjadi ketua panitia perpisahan kelas 3 setelah kelulusan. Aku harus berjibaku mengorganisir dan membangun komunikasi dengan perwakilan orang tua murid. Selain ada dana dari internal sekolah ternyata perlu supporting atau mencari donator.dari sponsor atau orang tua yang berkenan memberi dana lebih. Itulah kali pertama aku harus mengendalikan banyak dana. Aku sangat beruntung memiliki partner orang tua murid yang sangat dermawan. Akhirnya, acara berlangsung lancar dan sukses. Sampai pembubaran panitia pun “disugati” hidangan istimewa serba seafood di rumah makan tepi pantai. Jujur ini ku ungkapkan sebagai kali pertama pengalamanku, makan makanan istimewa.
Hakikatnya itulah rezeki yang tiada disangka-sangka karena selalu berbaik sangka. Hingga akhirnya aku mendapat tugas baru di tahun kelima sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Aku selalu sami’na wa ato’na dalam tugas apa pun, walaupun boleh jadi belum berpengalaman dan merasa belum cukup ilmu pengetahuan serta keterampilan. Namun, semua harus dipelajari dan dialami. Pengalaman adalah guru yang terbaik.
Lagi-lagi rasa syukurku tiada terputus, di awal menjalani tugas sebagai Wakil Kepala Sekolah, pihak pendiri lembaga membagikan rezeki dengan memberikan alat transportasi kendaraan roda dua bagi seluruh Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah atau istilahnya pejabat struktural unit sekolah. Sungguh Maha Berkehendak yang di atas sana, aku menjadi bagian yang dipercaya mendapatkan motor Kanzen Merah. Kanzen merupakan merek sepeda motor buatan Indonesia saat Menteri BUMN dipimpin Rini Mariani Soemarno. Aku menerima dan memiliki motor buatan anak negeri sendiri. Hal ini mewujudkan rasa cinta tanah air dengan mengendarai produk dalam negeri. Meskipun harus menyadari produksi motor ini tergerus oleh pasar industry China. Yang tetap patut aku syukuri adalah kehadiran rezeki dari arah mana pun. Itulah yang menjadi inspirasi bahwa manakala senantiasa bersyukur atas nikmat maka akan Allah tambah nikmat lainnya. Semoga kisah sederhana ini dapat menginspirasi.
Kreator : Dwi Astuti
Comment Closed: Sepeda Motor Kenzi
Sorry, comment are closed for this post.