Sepeda itu bukanlah sepeda baru. Yaps…Sepeda bekas yang dibeli oleh Bapak. Waktu itu Sani duduk di kelas 6 sekolah dasar. Setiap pulang dan pergi sekolah tidak pernah diantar, tapi hanya berjalan kaki. Jaraknya pun cukup jauh. Sehingga muncul keinginan untuk memiliki sepeda.
Jika harus membeli sepeda baru, tentu uangnya tak cukup. Harga sepeda baru cukup mahal bagi Sani dan orang tuanya. Akhirnya, ketika mendapat rezeki lebih, Bapak membelikannya sepeda bekas. Walaupun bekas, Sani sudah merasa senang. Sepeda ini kadang juga dipakai oleh kakak.
Awalnya sepeda itu berwarna ungu. Dipakai Sani untuk pergi ke sekolah atau main ke rumah temannya. Sani bertambah senang. Kemanapun dia pergi tidak harus berjalan kaki lagi. Selama setahun itu Sani mengendarai sepedanya sambil sekali-kali membonceng adiknya dan menjemput kakaknya di kampus yang saat itu sedang mengikuti orientasi mahasiswa baru.
Tidak terasa, Sani akhirnya lulus sekolah dasar, dan mendapat nilai yang memuaskan. Nilai lebih dari cukup untuk mendaftar ke SMP favorit. Dan benar saja, Sani diterima di sekolah itu. Jarak SMP favorit dari rumah lumayan jauh, kurang lebih 6 km. Tetapi ini bukan masalah bagi Sani, karena sudah memiliki sepeda ungunya. Bersepeda ke sekolah sambil berolahraga. Sani tidak mengendarai sepeda seorang diri. Banyak teman-teman lainnya yang juga bersepeda untuk berangkat ke sekolah. Tambah serulah kegiatan bersepeda Sani.
Karena sepedanya bukan sepeda baru, lama-kelamaan warnanya memudar. Banyak bagian yang catnya sudah terkelupas. Sani mencoba menyiasatinya dengan menempelkan stiker di bagian-bagian yang terkelupas dan memudar. Tetapi stiker itu tidak tahan lama. Ketika terkena air langsung terlepas.
Sani terus berpikir bagaimana cara agar sepedanya terlihat indah, tidak jelek. Sani harus kreatif, karena tidak memungkinkan untuk membeli sepeda yang baru. Sampai akhirnya Sani memiliki ide untuk mengecat sepedanya dengan warnanya yang cerah. Warna oranye…Warna yang sedang tren saat itu.
Sani membeli beberapa kaleng cat kecil berwarna oranye. Tidak lupa membeli stiker berukuran besar yang anti air. Sani mengecat sepedanya dibantu Bapak dan kakak. Lumayan lama keringnya. Untuk beberapa hari Sani pergi ke sekolah diantar dan pulang dengan menggunakan angkot. Setelah benar-benar kering, sepeda itu ditempeli stiker di kedua sisinya.
Akhirnya sepeda ‘baru’ siap dipakai. Pagi itu Sani berangkat ke sekolah dengan sepeda cerahnya secerah sinar matahari yang menyinarinya. Sepeda oranye dengan warna yang mencolok, tapi keren menurut Sani. Membuat orang yang melihatnya bisa mengenali kalau itu adalah sepeda Sani.
Sepeda oranye selalu menemani Sani ke sekolah, ke rumah temannya, ke warung, ke perpustakaan dan tempat lainnya yang bisa Sani jangkau dengan bersepeda. Sani sangat menyukai sepeda oranye-nya.
Pada hari kelulusan SMP, masih dengan sepeda oranye-nya, Sani bersiap ke sekolah untuk mendengarkan pengumuman kelulusan. Sani tidak menyadari kalau itu adalah hari terakhirnya mengendarai sepeda oranye. Sore harinya Bapak meminjam sepedanya untuk pergi memancing. Ketika pulang dari memancing, ternyata sepeda itu menghilang dari tempatnya. Dicuri orang…Lokasi memancing adalah rawa-rawa yang sepi dan jauh dari keramaian. Bapak tidak mengira kalau ada yang sampai mencuri sepeda. Bapak pulang ke rumah dengan berjalan kaki dan menceritakan semuanya.
Sebenarnya Sani sangat sedih kehilangan sepeda oranye kesayangannya. Tapi ya mau bagaimana lagi. Sudah hilang, dan tidak tahu siapa yang mencuri. Sani mencoba mengikhlaskan. Mungkin rezekinya untuk memiliki sepeda oranye itu hanya cukup sampai lulus SMP. Dalam hati Sani berterima kasih sambil mengucapkan selamat tinggal untuk sepeda oranye yang hilang. “Terimakasih, sepeda oranye-ku sudah menemaniku selama ini”, begitu batinnya dalam hati.
Seperti yang diceritakan sebelumnya, karena warnanya yang unik, siapa pun tahu kalau itu sepeda milik Sani. Ketika sudah duduk di kelas 1 SMA, ada seorang teman yang menyampaikan ke Sani kalau dia pernah melihat sepeda Sani yang hilang itu dipakai oleh orang lain. Sani sudah mengikhlaskannya dan berusaha berfikir positif kalau orang itu mungkin saja lebih membutuhkan darinya dan rezeki Sani memilikinya hanya sampai kelas 3 SMP di hari kelulusannya.
Kreator : Fatrisia Yulianie
Comment Closed: Sepeda Orangye
Sorry, comment are closed for this post.