KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Sepenggal Kisah Dalam Hidupku

    Sepenggal Kisah Dalam Hidupku

    BY 25 Okt 2024 Dilihat: 229 kali
    Sepenggal Kisah Dalam Hidupku_alineaku

    Namaku Izma Ariyani Putri. Aku lahir di Makassar dan tinggal di sana sampai duduk di kelas III SD sebelum akhirnya kami pindah ke kota Kendari. Di kota ini aku menyelesaikan pendidikan sampai Diploma III jurusan Bahasa Inggris tahun 1993 di salah satu perguruan tinggi di kotaku.

    Setiap pendaftaran untuk menjadi PNS aku ikuti, dan ini berlangsung sampai tiga kali. Jarak rumah dengan tempat perekrutan PNS pada saat itu cukup jauh di Unaaha yang sekarang menjadi Kabupaten Konawe setelah adanya pemekaran wilayah di Sulawesi Tenggara.

    Cita-citaku untuk menjadi seorang guru belum tercapai, kegagalan demi kegagalan selalu aku alami. Hingga akhirnya, kuputuskan untuk bekerja pada perusahaan swasta. Di tempat ini aku tak dapat bertahan lama. Profesi yang kujalani sungguh membuatku bekerja dengan keterpaksaan hingga membuatku tak betah untuk tetap bertahan di tempat itu. Dan, kuputuskan pada tahun 1994 keluar dari perusahaan itu. 

    Singkat cerita, orang tuaku menerima lamaran lelaki yang kini menjadi suamiku. Kami pun menikah pada tanggal 8 Januari 1995 dan telah dikarunia dua orang anak putra dan putri. Aku bahagia walau hidup dengan segala kesederhanaan. 

    Keinginan untuk menjadi seorang guru tak pernah hilang dalam angan. Kesibukan sebagai seorang ibu tetap tak menyurutkan niatku untuk tetap menjadi seorang guru, seorang yang ingin mengabdi dan mengajarkan sesuatu bagi anak-anak bangsa.

    November 2000, kuputuskan untuk mencari lowongan untuk bisa mengajar pada salah satu sekolah walaupun dalam bentuk pengabdian. Selama seminggu, telah kumasuki empat sekolah dasar namun belum ada yang mau menerimaku dengan alasan, “Kami belum sanggup membayar guru honor.” 

    Kecewa, sudah pasti. Namun, pantang mundur itu prinsipku. Aku mulai lagi berjuang  mencari sekolah dasar yang bisa memberikanku peluang untuk menyalurkan sedikit ilmu bagi anak-anak bangsa. Sampailah aku di sekolah dasar yang pada saat itu bernama SDN 01  dengan Bapak Kepala Sekolah Zainuddin. Beliau menerimaku namun lagi-lagi masalah pembayaran honor yang menjadi kendala. Tapi, beliau memberikan harapan buatku dengan mengatakan, “Ibu kalau bisa minggu depan ke sini lagi, karena hal ini akan saya rapatkan dengan ketua komite dulu.” Walaupun hal itu belum pasti, aku cukup bahagia. Ku berharap seberkas cahaya harapan akan  datang.

    “Ibu, kami sudah sepakati bahwa kami memungut uang anak-anak sebesar seratus lima puluh rupiah per anak,” kata beliau saat aku kembali ke sekolah itu untuk menanyakan kelanjutan pembicaraan seminggu yang lalu. Aku tidak lagi menghiraukan nilai nominal yang akan diberikan kepadaku karena kebahagiaan diterimanya aku mengabdi di sekolah itu. Ku ucapkan terimakasih berkali-kali kepada Bapak Zainuddin.

    Usia anakku yang paling kecil saat itu dua tahun, aku titip dia dengan tetangga sebelah rumah saat aku harus mengajar. Seminggu tiga kali dengan enam rombel, setiap rombel berjumlah 40 murid. Tak kupikirkan berapa yang akan aku terima yang penting aku bahagia saat memberikan mereka materi pelajaran, dan kebahagian yang tak terkira saat aku lihat wajah-wajah ceria mereka di akhir pelajaran setelah aku berikan satu lagu dalam Bahasa Inggris.

    Empat puluh enam ribu, aku hitung lembaran yang diberikan. Alhamdulillah, ini hasil keringatku sangat tidak sebanding dengan penghasilan yang aku peroleh saat aku bekerja di perusahaan swasta. Tapi, kebahagiaan dan kepuasan batin kuperoleh di sekolah ini dan itu tidak dapat diukur oleh nilai nominal lembaran rupiah.

    Tahun 2003, Ibu Aryani, seorang teman guru juga tetangga di komplek tempat kami tinggal, menginformasikan bahwa sekolahnya membutuhkan guru Bahasa Inggris karena guru yang biasa mengajar pindah ke tempat lain. Tak aku sia-siakan kesempatan ini, aku pun segera mendaftarkan diri. Ibu Ghaidah yang saat itu menjadi Kepala Sekolah SDN I Lepo-lepo, sekarang berubah menjadi SDN I Baruga, menerimaku dan langsung memberikan jadwal dan saat itu juga aku memohon untuk menyesuaikan jadwal mengajarku di tempat lain. Tidak ada kendala, semua berjalan lancar, pembayaran honorku juga lancar-lancar saja.

    Perjuangan demi perjuangan aku lakukan, dan keberkahan demi keberkahan aku rasakan. Lengkap sudah kebahagiaanku, aku syukuri semuanya sebagai suatu nikmat. Suami yang sholeh, rumah nan tenang dan nyaman walau masih berstatus rumah dinas, dua anak yang sehat dan cerdas, sungguh surga dunia tak ternilai harganya buatku. Hingga suatu saat, Juni 2006, aku dinyatakan lulus data base sebagai calon Pegawai Negeri Sipil daerah. Sebuah hal yang tak pernah aku duga sebelumnya, lengkap sudah rasa bahagiaku.

    Tahun 2011, S-1 telah aku raih, anak-anakku tumbuh sehat dan cerdas, kebahagian yang kurasakan pun semakin lengkap. Di antara lelahnya badan dan padatnya pekerjaan, aku selalu bersyukur akan segala karunia yang Allah limpahkan. Aku yakin dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, dibalik perjuangan pasti ada ganjaran.

    Tak terasa waktu terus  merambat, meninggalkan segala kenangan silam. Sejenak aku menoleh ke belakang, mengenang segala apa yang sudah aku lakukan. Menatap kembali ke depan, menyongsong banyak tantangan, menjemput keberhasilan. Ada sejumput cita-cita yang masih tersimpan yaitu kuliah S-2. Mudah-mudahan aku bisa mewujudkannya. Aku berdoa, semoga Allah senantiasa memberiku kesabaran dan kemudahan dalam mengarung samudera hidup yang penuh ujian dan tantangan, Aamiin.

    ***

     

     

    Kreator : Indarwati Suhariati Ningsi

    Bagikan ke

    Comment Closed: Sepenggal Kisah Dalam Hidupku

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021