“Ah, milih sekolah mah bisa dimana saja, semuanya sama mendidik anak kita agar menjadi lebih baik!”
Demikian percakapan salah seorang ibu-ibu ketika mengantar anaknya ke suatu sekolah.
“Kenapa harus jauh-jauh nyari sekolah, semua sekolah toh sama saja, mencerdaskan anak bangsa.” Demikian timpal yang lain.
Secara kasat mata memang sekolah tugasnya mencerdaskan anak bangsa. Tidak ada satu sekolah pun yang sengaja membuat program untuk mengajarkan kebodohan. Semua sekolah mendidik anak dengan niat yang mulia, mewujudkan anak-anak yang cerdas, berbudi luhur dan tentu saja bermanfaat bagi dirinya, lingkungan masyarakat dan bangsanya.
Tetapi kita menyaksikan ada sekolah yang menghasilkan para juara, ada sekolah yang biasa saja, ada sekolah dengan status akreditasi A ada pula sekolah yang status akreditasinya C bahkan ada yang tidak terakreditasi
Kenapa hal itu bisa terjadi? Untuk lebih mudah menggambarkannya, kita bisa membandingkan dengan urusan masak memasak.
Bayangkan di suatu ruangan, ada meja dengan berbagai bahan untuk dijadikan masakan dengan beberapa orang yang mendapat challenge alias tantangan untuk mengolah dan menyajikan bahan-bahan di atas meja itu menjadi makanan yang enak dipandang dan tentu enak dirasakan.
Tentu saja kalau melihat dari sisi niat, tidak ada satu orang pun yang ingin membuat makanan paling jelek dan paling membahayakan untuk dimakan. Semua orang di ruangan itu memiliki niat yang sama yaitu menyajikan makanan paling enak dan dihidangkan dengan cara terbaik.
Tetapi setelah dilakukan proses pengolahan makanan, hasilnya tidak akan sama, tergantung pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana cara mengolah makanan tersebut. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman dalam mengolah makanan, tentu semakin baik hasilnya.
Demikian pula perkara sekolahan. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki guru dalam mendidik anak tentu hasilnya akan berbeda dengan guru yang baru berpengalaman sehari dua hari. Bahkan perkara mendidik anak, bukan hanya tergantung pada seberapa lama pengalaman dan seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki, melainkan harus ditambah dengan seberapa tinggi kemauannya, seberapa banyak stok kesabarannya terutama dalam mendidik anak usia dini. Seberapa dalam integritasnya, seberapa tinggi keimanan dan budi pekertinya, karena mendidik anak bukan sekedar mengajari angka dan huruf, tetapi lebih dari itu. Bukan sekedar memasukkan kangkung ke kuali kemudian membumbuinya tetapi mendidik adalah mengurusi orang hidup, baik murid maupun guru sama-sama memiliki minat, bakat, dan menyimpan pengalaman interaksi sebelumnya.
Maka, wajar apabila orang tua memilih-milih sekolah untuk anaknya. Adalah hak orang tua untuk menentukan yang terbaik bagi anaknya.
Kreator : Iis Rodiah
Comment Closed: SEPERTI KOKI, HASILNYA PASTI BEDA
Sorry, comment are closed for this post.