KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Serba-Serbi Jomblowati

    Serba-Serbi Jomblowati

    BY 24 Des 2022 Dilihat: 177 kali

    Oleh : Gayuh Rahayu Utami

    Mempunyai status belum menikah di usia saya yang sudah tidak muda lagi ada rasa suka dan ada dukanya. Kalau sekarang lebih sering dikenal dengan istilah jomblo atau masih bujangan. Inilah yang saya hadapi saat ini. 

    Usia 32 tahun yang bertempat tinggal di sebuah desa daerah Kabupaten Malang. Wilayah yang dikenal dengan kota Apel bagi saya mempunyai kesan tersendiri mengenai kisah yang ku alami. Kalau tinggal di desa di usia kepala tiga belum menikah tidak lepas dari bahan omongan dari tetangga sekitar. Teman-temanku dari teman SD sampai teman kuliah sebagian besar sudah menikah dan mempunyai anak. 

    Tidak jarang mereka bertanya kepada saya kapan Gayuh nikah. Pertanyaan ini bagi saya adalah momok yang menakutkan. Perasaan seketika terkoyak jika ada yang menanyakan hal seperti ini. Di balik kejadian menghadapi liku-liku ta’aruf memang membuat saya menangis dan sempat juga sakit akibat memikirkan jodoh. Hal yang paling membuat saya tidak pernah lupa adalah pengalaman pahit yang membekas di benak saya. Tepatnya tahun 2014 ada pria yang siap melamar saya. Namun orang tua saya tidak merestuinya dengan alasan yang tidak syar’i yaitu laki-laki tersebut pekerjaannya sebagai office boy di salah satu bank swasta di kota Malang. Rasa gengsi kedua orang tua saya tidak bisa dibendung dan khawatir kalau mendapatkan menantu yang kerjanya tergolong rendahan kata mereka. 

    Di zaman yang sekuler ini untuk mencari jodoh yang dilihat adalah lebih dominan status pekerjaan dan pendidikannya ketimbang taraf keimanan dan tingkat ibadahnya. Ayah saya terlihat tidak senang dengan laki-laki tersebut dan saya merasa tidak berdaya dengan sikap orang tua saya yang begitu kaku dan merendahkan orang lain karena pekerjaannya. Hati siapa yang tidak tersayat jika ada pria baik yang mau melamar malah ditolak mentah-mentah oleh orang tua saya. 

    Setelah mencoba mengajak bicara dengan ayah baik-baik akan tetapi ayah tidak bisa diajak kompromi karena sudah menanamkan rasa tidak suka terhadap pria tersebut. Akhirnya pria itu memutuskan untuk tidak lanjut untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan dengan saya. 

    Patah hati yang tidak terbayangkan. Seakan remuk menghadapi ujian seperti ini. Menangis tanpa henti sepanjang hari. Rasa sedih sudah tidak dibendung lagi. Mendengar kabar satu tahun kemudian pria itu menikah dengan teman saya yang dulunya kuliah di salah satu kampus swasta di Malang. Saya tambah menangis menjadi-jadi. Sampai orang tua saya gertak dan saya menyalahkan mereka. Kenyataan yang harus diterima walau pahit saya rasakan.

    Saya berusaha untuk memotivasi diri sendiri untuk tidak terlarut dalam kesedihan yang berkepanjangan. Untuk menghibur diri, saya mencari kesibukan baru daripada kondisi depresi bisa berangsur-angsur pergi. Mengikuti program tahsin metode ummi menjadi obat untuk meminimalisasi rasa sedih dan harus move on. Bertemu dengan orang-orang baik dan saling memberikan semangat adalah hal yang sangat dibutuhkan bahkan tanpa kita sadari bahwa ini adalah suatu rezeki yang begitu berharga dan tidak bisa digantikan dengan pundi-pundi materi. 

    Menjadi jomblowati harus berkualitas. Sebelum melangkah lebih jauh dalam arti menuju ke jenjang kehidupan rumah tangga harus memperbanyak ilmu dan mempersiapkan mental. Tidak ketinggalan memperbanyak mendengar kisah-kisah liku-liku rumah tangga yang pastinya mendapatkan ujian lebih banyak. Karena tujuan menikah bukan untuk sebatas senang-senang melainkan harus memperbanyak bekal untuk menghadapi konflik kehidupan di antara dua insan yang berbeda dan menghadapi dua keluarga. Mungkin ini adalah cara Allah untuk membuat saya menjadi lebih baik. Menambah kegiatan mengajar mengaji metode ummi benar-benar kesibukan yang menjadi hiburan yang menyenangkan untuk saat ini. Dan aku yakin akan datang jodoh di waktu yang tepat. Tetap jalani kehidupan sesuai dengan ketetapan-Nya. 

    Bagikan ke

    2 Komentar Pada Serba-Serbi Jomblowati

    • Nurkaisah Moka berkata:

      Sabar ya mbak Gayuh. Kalau memang ada jodoh, pasti akan ketemu do’i yang diimpikan.

    • Umi Nadhifah berkata:

      Fungsikan diri baik dimasyarakat atau di kegiatan keagamaan.Saya yakin sebagai orang tua ada rasa sesal atau kecewa.

      Harus yakin dan percaya , Alloh persiapkan pendamping hidup terbaik untuk anda.

      Selagi masih ada krenteg dilubuk hati, Insyaa Alloh, Tuhan maha mendengar

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021