KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Serpihan Cermin Retak

    Serpihan Cermin Retak

    BY 26 Jan 2025 Dilihat: 118 kali
    Serpihan Cermin Retak_alineaku

    Suatu pagi yang cerah, aku seperti biasanya hadir di sekolah lebih awal. Pembiasaan untuk hadir lebih awal menjadi pemantik aku dapat bekerja lebih fokus, selain dapat menjadi contoh bagi teman sejawat. Beruntung memang rumah tinggalku tidak jauh dari sekolah tempat aku mengajar. Bahkan kesempatan untuk menyambut, menyapa, dan menyalami anak-anak didik di depan gerbang bagian dalam sekolah menjadi kesibukan pertamaku di sekolah.

    “Assalamualaikum, Selamat Pagi! Semangat ya!”

    Begitulah kata-kata yang selalu keluar dari mulutku. 

    “Halo…Good morning, siapa yang mengantarkan kamu ke sekolah?” sapaanku yang lainnya.

    “Selamat pagi, sehat ya! Siap belajar, kan?!” celotehku yang lain pula.

    Tiada bosan aku menyapa dengan berbagai variasi pertanyaan. Aku berharap anak-anak didikku menanggapi dengan baik bahkan senang. Aku mencoba memberi semangat sejak awal datang di sekolah. Dengan senyumku yang selalu terkembang kepada siapa pun. Boleh jadi aku menjadi guru paling ramah di sekolah.

    Namun, tetap ada pula yang masih kurang merespon dengan positif. Ada wajah anak didikku yang selalu cuek tanpa mempedulikan lingkungan sekitarnya. Suka menyendiri, tidak banyak bicara, seakan dia punya dunianya sendiri. Setiap kali aku menyapa dengan berbagai sapaan yang berbeda juga tanpa sahutan yang jelas. Aku tidak ingin memaksa semua anak didikku meladeni apa mauku. Aku tetap demokratis dan memberi kebebasan apa pun jawaban mereka. Hingga suatu saat, usut punya usut anak yang ‘cuek’ tadi adalah anak tunggal, Ayah dan Ibunya memiliki kesibukan yang luar biasa. Dia tinggal di rumah sendirian jika Ayah Ibunya masih bertugas. Dan, hanya berteman gawai serta teman dunia maya lainnya.

    Ibarat serpihan cermin retak yang coba ku tata ulang dalam membimbing anak didik ini. Tidak semua anak-anak didik memiliki keluarga yang sempurna dan peduli terhadap keberadaannya. Mungkin orang tua juga menitipkan pendidikan di sebuah sekolah dengan pilihan bahwa sekolah mampu mengatasi semua kebutuhan anak mereka. Yang penting orang tua bisa menunaikan kewajiban pembayarannya. Tidak semua anak hanya cukup dititipkan dengan mencukupi semua kebutuhan keuangannya. 

    Aku mulai membangun komunikasi khusus dengan anak didikku. Kebetulan aku mengajar di kelasnya, karena sebuah Sekolah Menengah Pertama yang ideal menyediakan guru mata pelajaran masing-masing atau bukan guru kelas maksudnya. Kesempatan untuk mendekatinya ku mulai saat pelajaran di kelas. Lain waktu aku duduk di sampingnya saat sholat berjamaah dhuhur atau asar di sekolah. Kadang aku juga mencari informasi dari teman sekelasnya.

    Belum banyak informasi yang dapat ku gali. Akhirnya, aku berupaya mencari data dari bagian Tata Usaha. Aku mencari data alamat rumahnya. Aku pun membangun komunikasi dengan wali kelas dan juga guru bimbingan konseling. Hal yang aku dapatkan biasa saja sebab pada hakikatnya anak ini tidak ada masalah dengan belajarnya, tidak membuat keributan di kelas, tidak ada pelajaran yang ditinggalkan. Sekilas memang tidak ada masalah dengan dirinya. Namun, aku menangkap ada hal yang belum terpecahkan dengan misteri “cuek” dalam pergaulannya

    Panggilan jiwaku sebagai guru yang ingin menguak dan mencarikan alternatif performance pergaulan dan pertemanannya. Bagiku masa depan anak tidak hanya bergantung dari perolehan nilai –nilai akademisnya. Namun, bagaimana dia bisa bersosialisasi, berempati, berkolaborasi, bahkan berkomunikasi dengan baik akan menunjukkan citra dirinya. Dia akan mampu bertahan hidup serta berkompetisi positif dengan berbagai tantangan zaman.

    Akhirnya kuputuskan untuk bersilaturahmi ke rumahnya atau home visit istilah kerennya. Dengan berbekal data alamat, aku telusuri suatu jalan untuk mencari nomor rumah yang dimaksud. Aku hanya bisa bersyukur bahwa Tuhan memberi takdir, aku menemukan rumahnya dan mempertemukan dengan kedua orang tuanya yang kebetulan ada di rumah semua.

    Berawal dari pertemuan itulah, kurajut harapan menyamakan persepsi untuk bersama-sama memerhatikan Ananda, baik di rumah maupun di sekolah. Ananda mau bercerita di hadapan kami bertiga; Ayah, Ibu, dan aku, gurunya. Sejak saat itu pola asuh ayah ibunya mulai berubah. Dan sejak saat itu, dari hari ke hari aku melihat pancaran raut mukanya yang mulai bercahaya. Serpihan cermin retak itu tampak menyatu kembali, mewujudkan keutuhan cermin yang dapat dipakai kembali untuk berkaca. Bahkan tampak jelas memancarkan aura kecantikan yang sesungguhnya walaupun tanpa riasan atau make up lainnya.

    Aku ikut berbahagia, hingga masa pendidikan menengah pertamanya usai, melanjutkan pendidikan menengah atas, dan kini menjadi mahasiswa sebuah perguruan tinggi ternama. Aku mendengar kabar kecemerlangan studinya. Dia menjadi ketua salah satu organisasi kemahasiswaan. Kepiawaiannya berorganisasi sangat dikagumi teman-teman kuliah. Cara bicara dan berkomunikasi nya luar biasa. Bahkan menjadi mahasiswa Duta Wisata. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan untuk membolak-balikkan sesuatu. Serpihan cermin retak jangan pernah diabaikan.

     

     

    Kreator : Dwi astuti

    Bagikan ke

    Comment Closed: Serpihan Cermin Retak

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021