“Kalian harus rajin, tekun, ulet, dan banyak membaca karena buku merupakan kunci dari semua ilmu pengetahuan. Apabila ada anak yang sama sekali tidak senang membaca, maka ilmu pengetahuan yang dimilikinya akan dangkal. Sebenarnya, semua kondisi otak manusia itu sama, tidak ada yang bodoh, tidak ada pula yang pintar. Kepintaran dan kebodohan sebenarnya tergantung pada manusia itu sendiri yang akan membekalinya,”
Aku mulai memberi mereka motivasi sebelum memasuki kegiatan inti dalam proses kegiatan belajar mengajar.
“Ketahuilah bahwa Tuhan Maha Adil. Dia telah menciptakan keberadaan umat manusia itu setara, tapi berbeda, khususnya mengenai otak manusia. Dia telah menciptakan otak manusia tanpa ada perbedaan yang nyata antara kapasitas otak seseorang dengan kapasitas otak orang lain dan selalu tidak terdapat yang lebih sedikit atau lebih banyak,” lanjutku lagi.
“Baiklah, Ibu akan memberikan contoh.”
Aku tidak pernah langsung memberikan materi, selalu ada saja yang ku sampaikan di awal proses belajar.
“Kalian tahu kan sebuah gelas?” Tanyaku pada murid-murid.
“Ya, Bu.” Jawab mereka serempak.
“Sebuah gelas kosong yang tenang akan terisi lebih cepat penuh dibanding gelas kosong yang selalu goyang. Nah, mereka sama-sama gelas tapi bagaimana mereka menerima air sangat berbeda. Begitulah otak kalian dalam menerima pelajaran. Otak kalian memiliki kapasitas yang sama, tapi dalam penerimaannya sangat berbeda. Untuk mengisi otak, kita butuh ketenangan, konsentrasi dan perhatian penuh. Itulah yang membedakan otak kalian dalam membekalinya.”
“Baiklah, hari ini materi yang akan kita bahas adalah Ciri Khusus Makhluk Hidup dengan sub pokok bahasan Ciri Khusus Hewan. Namun, sebelum Ibu melanjutkan, ada hal-hal penting yang harus kalian lakukan yaitu mengamati gambar sambil memperhatikan penjelasan Ibu. Karena setelah ini Ibu akan menyuruh kalian untuk mengulang kembali apa yang telah Ibu jelaskan, dan orang pertama yang akan Ibu tunjuk adalah mereka yang duduknya paling gelisah.” Jelasku kepada mereka.
Mulailah aku menjelaskan ciri khusus hewan-hewan tertentu seperti kelelawar, unta, bebek, dan cicak. Mereka semua sangat memperhatikan entah karena mereka benar-benar ingin mengetahuinya atau karena takut dengan ancamanku yang akan menunjuk salah satu diantara mereka yang duduknya tidak tenang.
Benar saja sebelum aku melanjutkan bahasan selanjutnya, tiba-tiba aku mengejutkan salah seorang muridku yang sibuk dengan catatannya.
“Nandita, Ibu memberikan kamu penghargaan sebagai orang pertama untuk menjelaskan ulang materi tentang ciri khusus hewan.”
Tanpa menunggu perintah yang kedua kalinya, Nandita maju ke depan. Mulailah ia menjelaskan dari awal hingga batas penjelasan materi yang disampaikan Ibu Guru. Walau dengan tersendat-sendat dan kurang lengkap, akhirnya selesai juga dia menjelaskannya.
Beberapa saat aku terdiam sambil mengedarkan pandangan mataku.
“Sekarang Vinka, silahkan kamu menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan oleh Nandita,” sambil menyerahkan spidol yang dipegang Nandita kepada Vinka.
“Ciri khusus hewan kelelawar yaitu memiliki sistem sonar sehingga memudahkan ia untuk terbang dengan benar tanpa menabrak benda-benda yang ada disekitarnya walau dalam gua yang sangat gelap.“ Tanpa ada keraguan Vinka melanjutkan penjelasannya hingga akhir batas materi yang aku sampaikan.
“Silahkan duduk. Nah, sekarang Ibu ingin bertanya dan jawab pertanyaan Ibu dengan jujur,” Lanjutku lagi.
“Siapakah yang lebih jelas penjelasannya dari kedua temanmu tadi?”
“Vinka, Bu!” Jawab kami serempak.
“Apakah kalian tahu, mengapa mereka berdua berbeda dalam menjelaskan?”
“Iya, Bu!” Jawab Iin di bangku kedua dari belakang.
“Apa itu?”
“Nandita kurang konsentrasi. Saya melihatnya tadi dia sibuk dengan catatannya, sedangkan Vinka sangat memperhatikan apa yang ibu jelaskan,” jelas Iin lagi.
“Nah, itulah yang ibu maksud. Kalian memiliki kapasitas otak yang sama tapi berbeda cara membekalinya.”
Pukul 08.00 waktu yang ditunjukkan saat ini, tinggal 30 menit pelajaran SAINS. Aku menyuruh mereka untuk meringkas penjelasan yang telah kuberikan dan menyampaikan kepada mereka untuk mempelajarinya. Kalau sudah demikian penyampaian pastilah pada pertemuan berikutnya akan aku awali tanya jawab.
Seiring bel berbunyi, aku meminta hasil pekerjaan mereka. Sebuah nasihat pasti akan kusampaikan untuk menutup pelajaran hari ini.
“Belajarlah. Tidak ada seorang pun yang dilahirkan dalam keadaan pintar, dan orang-orang berilmu akan berbeda dengan orang-orang bodoh,” Setelah itu aku menyuruh mereka keluar untuk bermain.
***
Kreator : Indarwati Suhariati Ningsi
Comment Closed: Setiap Dari Kalian Berharga
Sorry, comment are closed for this post.