Mal di kota kecil ini satu-satunya mal yang tertua yang pernah ada. Namun tua bukan berarti gedungnya sudah tua melainkan mal ini berdiri yang pertama sebelum mal-mal lain ada. Memang mal ini didirikan dengan proses pembebasan gedung tua, kalau tidak salah gedung peninggalan zaman penjajahan dahulu.
Mal itu berdiri di jalan protokol yang tidak jauh dari gedung pusat kepala daerah dan tidak jauh dari pusat kota. Tepatnya dalam satu jalan lurus dari gedung kepala daerah di sebelah utara menuju pusat kota di selatannya. Di tengah-tengahnya mal itu terletak. Jadi, posisi yang sangat strategis.
Mal itu pula yang pada mulanya memperkenalkan gaya belanja di supermarket, yang segala ada, lengkap, sejuk, barang boleh pilih-pilih sendiri, dan cara pembayaran menggunakan kartu debit. Dan, dulu mal itu pula yang memperkenalkannya, bagaimana cara berbelanja dengan kartu, kalua sekarang namanya kartu kredit. Tapi jangan salah ya. Enak belanjanya, tapi tidak enak bayar tagihannya, kata saya dalam hati.
Sebagai bagian dari pemasaran, di awal mal itu berdiri, tim marketingnya, datang ke sekolah menawarkan kepemilikan sebuah kartu bermerk mal itu. Tim marketing menjelaskan tentang cara penggunaan kartu belanja tersebut. Singkatnya, pembayaran untuk pembelanjaan kita, kita bisa bayar dengan kartu yang digesekkan ke mesin hitung. Dan, guru tinggal menunggu petugas mal yang dating di awal bulan untuk mengambil tagihan atas belanja yang kita lakukan.
Tentunya, sebagai mal tertua ada kelebihan di banding mal-mal lain yang berdiri menjamur berikutnya. Sebagai yang pertama mal ini jauh memiliki pengalaman bagaimana berstrategi bisnis.
Tentu saya dan keluarga sampai saat ini setia untuk berbelanja di mal ini untuk belanja bulanan kebutuhan sehari-hari. Selain, harganya selisih dengan mall lain, juga produk-produk yang dipajang berkualitas.
Mal ini, semakin terkenal di dunia sekolah karena sering mengadakan event lomba yang melibatkan anak-anak atas nama sekolah. Event yang sering diselenggarakan adalah fotogenik, lomba menyanyi, lomba mewarnai, lomba matematika, dll. Sebaliknya pula mal ini selalu mau mendukung acara-acara sekolah ketika sekolah menyelenggarakan suatu event. Misalnya ulang tahun sekolah.
“ Selamat pagi, Pak” saya menyapa sekuriti berseragam biru tua yang berdiri tegap di area depan mal itu. Sekuriti Pun membalas dengan ramah sapaanku.
“ Ada yang dapat saya bantu, “ Tanya security sambil tangan kanan disilangkan di dada kiri.
Setelah tahu maksud kedatangan saya, “ Bapak dari sini naik ke lantai dua. Di lantai dua bapak terus menuju ke belakang. Di sana ada petugas yang berjaga juga. Bapak bisa sampaikan mau bertemu ibu manajer, “ panjang lebar sekuriti itu menjelaskan arah yang harus saya lewati di mal itu.
“ Bapak silahkan masuk, “ pesan sekuriti di atas sambil mempersilahkan saya masuk ke ruang ber-AC, sejuk sekali. Karena, secara geografis mal ini berada di sekitar pantai. Maka suhu udaranya panas. Rupanya sudah ada pesan dari sekuriti di bawah sehingga saya tidak ditanya-tanya lagi. “ Mohon ditunggu sebentar, Bapak. Silakan duduk. Ibu manajer baru bertemu owner perusahaan.
Sambil menunggu, aku melihat dan memperhatikan sekeliling ruang. Dinding ruang bercat salem itu benar-benar memberi kesejukan alami apalagi sebuah AC bertengger di atas meja kerja yang terbuat dari kayu berplistur. Di atasnya kaca riben berukuran sekira lima millimeter menutup permukaan meja yang memberi kesan bersih dan mengkilat.
Ada vas bunga kecil dengan bunga hidup sepertinya baru dipasang. Sebuah buku agenda bercover hitam tergeletak di atas meja. Di sampingnya sebuah vender kecil tempat ballpoint. Di atas meja kecil di pojok ruang itu tampak sebuah foto keluarga. Ayah berjas berdiri sebelah kiri, anak kecil perempuan di depan ayahnya di samping ibunya yang duduk di sebuah kursi rotan. Mungkin itu keluarga ibu manajer. Tapi entahlah.
Dan, kursi sofa bersampul kulit berwarna coklat tua, empuk, di mana aku duduk. Kursi itu membawa rasa betah sekalipun hampir setengah jam sudah saya harus menunggu. Akhirnya aku seruput suguhan air mineral di botol yang dibawakan seorang karyawan , pelayan untuk tamu2. Saya sebagai tamu dari sekolah merasa terhormat. Saya pikir suguhan-suguhan dan perhatian hanya untuk tamu-tamu penting saja, misalnya rekanan perusahaan, dll.
“ Selamat siang, Pak, “ terdengar suara renyah seorang wanita menyapa dari belakangku memasuki ruang itu. “ Mohon maaf lama harus menunggu ,ya, Pak, “ ujarnya sambil menarik kursi duduknya di hadapan saya.
“ Tidak apa-apa Bu. Saya mengerti kesibukan Ibu.” Jawabku sambil memperbaiki dudukku yang semula santai.
“ Eh…Bapak ! Bapak , Pak Syukur. Dulu wali kelas saya, Bapak,” Ibu manajer setengah terperanjat melihat saya.
“ Oalah, Surti, toh!” tugasku juga agak terkejut. Saya berdiri untuk membalas ajakan berjabat tangan, tangannya yang putih bersih. Tangan saya dipegang erat-erat dan hangat. Mungkin dia amat senang berjumpa.
“ Bagaimana, Bapak sehat, ? “ tanyanya. “ Lama tidak berjumpa, ya, Pak,” sambil tetap tangan saya digenggamannya.
Surti bercerita panjang lebar karir pekerjaannya yang tergolong moncer. “ Saya baru dua bulan di sini Pak. Sebelumnya sudah dua kali berpindah di Jakarta dan Bandung,” Ujarnya.
Perjumpaan dengan Surti siang itu, selain membawa kegembiraan tersendiri karena lama tidak pernah bertemu, juga membawa ingatanku ke beberapa tahun silam, saat Surti menjadi anak didik di kelasku.
Di saat penerimaan rapor akhir tahun, ibunya menerima dengan sangat bersedih hati karena Surti tidak naik kelas. Angka rapor yang buruk. Dari dua belas nilai mata pelajaran , hanya lima yang sudah mencapai nilai standar cukup. Laporan perkembangan sikap dan perilaku yang bagus, dengan nilai verbal A, tidak cukup menolong Surti untuk naik ke kelas selanjutnya.
“ Baiklah, Pak. Mungkin ini sudah nasib Surti harus menerima kenyataan pahit, “ sesal ibunya sambil menitikkan air mata. “ saya akan berusaha menjelaskan kepadanya, “ lanjutnya dengan perasaan sedih mengingat nasib anaknya yang baru duduk di kelas satu harus mengulang karena tinggal kelas.
Saya tidak bisa banyak bicara lagi, selain hanya menatap ibu Surti yang bersedih. “ Baiklah, Bu. Semoga Surti bisa menerima keputusan sekolah ini. Dan, saya berjanji, jika Surti mengulang pelajaran, saya akan membantu semaksimal mungkin supaya Surti tidak mengulang pengalaman ini, “ hiburku sambil berjabat tangan erat ibu Surti yang kemudian ngeloyor meninggalkan kursi tempat konsultasi orang tua menuju pintu keluar kelas. Dan sejenak saya tengok dari setengah pintu kelas, Ibu Surti sudah lenyap.
Rapat awal tahun pelajaran menghasilkan beberapa keputusan. Di antaranya, saya menjadi wali kelas satu A. Agenda awal tahun pelajaran. Kegiatan Pengenalan sekolah atau masa orientasi. Daftar siswa kelas satu A saya terima. Ada tiga puluh lima siswa yang terdaftar. Dan saya baca di nomor urut tiga puluh tercatat “ Surti Kumaladewi”. Ya, Surti siswi yang akan mengulang pelajaran. Saya bersyukur, Surti mau mengulang, paling tidak dia tidak patah semangat.
“ Baik, Saya akan membantumu semaksimal mungkin. Pasti kamu dirundung malu dan putus asa dengan penerimaan rapor kenaikan. Tapi baiklah, kamu jangan berputus asa, Saya siap sepenuh tanggung jawab untuk menolongmu,” ujarku saat awal tahun pelajaran berjumpa Surti di kelas yang berbeda.
Di awal tahun pelajaran, Surti tidak banyak bicara dan bergaul dengan teman-teman barunya, siswa baru adik kelasnya. Keceriaannya seperti sirna. Tidak ada seperti respek lagi dengan teman-temannya. Dia lebih banyak menyendiri. Kebetulan juga hanya dia satu-satunya anak yang mengulang di kelasku. Saya sangat memaklumi dan memahami perilaku Surti. Sudah mau bersekolah lagi saja , saya sudah sangat senang. Demikian juga, ibunya mau mendorong Surti untuk mengulang di jenjang yang sama saja , sudah membuat hati saya lega.
Namun, saya tidak bisa membiarkan Surti di awal tahun pelajaran yang terus menerus bersusah hati. Bagaimana kalau hal itu dilakukan terus menerus. Mungkin akan mengulang kegagalan yang sama.
“ Sur, bagaimana kabarmu hari ini, “ Tanya saya mengawali pembicaraan di ruang Bimbingan konseling, saat saya undang untuk mengajaknya membahas perkembangan di awal tahun pelajaran.
“ Baik, Pak. “ jawabnya singkat.
“ Masihkah Surti merasakan perasaan yang minder dengan teman-teman barunya?’ telusur saya sambil mengamati reaksi dan rona di wajahnya.
Surti hanya tertegun. “ Surti mau Bapak bantu supaya dapat menguasai pembelajaran di kelas?’ serentetan pertanyaan saya lontarkan kepada Surti. Yang dibalas Surti hanya dengan anggukan-anggukan kecil.
“ Sur, pernahkan mendengar tokoh-tokoh seperti Thomas Alva Edison, Walt Disney. Dan lainnya. Mereka adalah tokoh-tokoh dunia yang pernah mengalami kegagalan, lho “ papar saya ingin memabngkitkan semangat.
Surti tampak semakin fokus mendengarkan cerita saya. “ Buat mereka, ada satu pedoman hidup yang baik kita tiru , yaitu kegagalan adalah sukses yang tertunda. Jadi, kalua suatu waktu kita mengalami kegagalan, apakah harus menyerah?” tanyaku meyakinkan.
Wajah Surti mulai tampak lebih cerah. Sepertinya tumbuh harapan untuk mengatasi kesulitannya selama ini. “ Untuk mengatasi kegagalanmu, salah satu cara, adalah mengubah cara belajarnya baik di sekolah maupun di rumah. Cara apa yang dapat dilakukan,” saya memberi saran panjang lebar. “ Singkatnya saat di kelas jalankan metode ATM artinya amati, tulis, dan mengulang, “ itu maksud bapak. “ Amati saat guru memberikan pelajaran. Tulis hal-hal penting, dan mengulangi di rumah dengan mencatat ulang, “ papar saya menjelaskan maksudnya.
Setelah perjumpaan itu, tampak ada sedikit perubahan dalam perilaku Surti. Di kelas mulai lebih ceria. Mulai mau bergaul dengan teman-teman barunya. Surti mulai memberikan harapan perubahan.
Dalam perjumpaan di kelas, sesekali saya mengecek kesungguhan Surti melakukan apa yang saya sarankan. Dan Surti dengan baik dan bertanggung jawab menjalankan metode ATM. Saya mengecek semua catatan di sekolah dan membandingkannya dengan catatan di rumah. “ Sip!” puji saya sambil saya angkat satu jempol untuknya. Surti tersenyum bahagia.
Dan, kenyataan, Satu demi satu kesulitan pelajaran teratasi. Di akhir tahun pelajaran, Surti meraih posisi yang cukup bagus di kelasnya. Ia meraih rangking ketiga. Sebuah pencapaian yang luar biasa . Dari terpuruk menjadi juara. Tiada habisnya saya bersyukur atas usaha dan kerjasama Surti dan orang tuanya untuk mengantarkan kesuksesan Surti. Memang benar kata orang bijak, “ hasil tidak pernah mengkhianati proses.”
“ Pak Syukur, “ seorang rekan guru memanggil saya saat masuk kantor istirahat pelajaran yang pertama. Saya belum sempat menjawab, “ Ada tamu, di ruang tamu. Cewek. Cantik. Pasti yang muda , ya,” canda beberapa rekan guru di ruang guru.
“ Hush…! Sembarangan kalian, ” sergah saya, sambil ngeloyor meninggalkan ruang guru menuju ruang tamu sekolah. Pikiran sempat bertanya-tanya. Orang tua murid siapa yang datang. Seingat saya, saya tidak pernah memberi janji hari ini. Kecamuk pertanyaan-pertanyaan memenuhi pikiranku sambil berjalan menuju ruang tamu sekolah. Ah, peduli amat , siapa yang datang, pikirku.
Ternyata Surti. Dia ditemani beberapa stafnya masih berdiri di dekat pintu masuk . “ Mari…mari silakan masuk , “ ajak saya ke pada Surti dan stafnya. “ Mari…mari… silahkan duduk , tangan saya mempersilahkan menuju kursi-kursi yang ada.
“ Pak Syukur, mohon maaf mengganggu waktu istirahat Bapak. Siang ini, kami membawa kabar untuk Bapak dan sekolah atas proposal yang bapak kirimkan kepada kami bulan lalu. Perusahaan kami siap membantu untuk pelaksanaan lomba Sain dan Matematika dan menjadi sponsor utama ya, Pak, “ papar Surti sambil dibantu stafnya menyerahkan enam buah tropi kejuaraan, sepuluh voucher belanja masing-masing lima puluh ribu rupiah , dan sepuluh goodie bag hadiah hiburan untuk para peserta yang berlogo perusahaan.
“ Terima kasih…Terima kasih , Sur. Luar biasa, “ ujarku , sambil menerima hadiah-hadiah yang dibawakan untuk sekolah.
“ Semoga dapat bermanfaat dan membantu kesuksesan acara ulang tahun sekolah ke- 50, ya, Pak. Hanya ini yang dapat kami bantu, “ ujarnya.
“ Surti…Surti. Kini kamu sudah sukses. Sukses mengatasi kegagalanmu dan meraih kesuksesan menjadi seorang manajer. Semoga karir pekerjaanmu juga terus semakin naik, ya. Doaku, menyertaimu untuk kesuksesan karirmu. Doa seorang guru untuk muridnya, “ gumamku sambil menyaksikan kepergian Surti didampingi para stafnya meninggalkan sekolah.
Kreator : Hanya
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Seuntai Doa Seorang Guru untuk Muridnya
Sorry, comment are closed for this post.