Ch 4 | Kecelakaan
Jefri berteriak saat suatu mobil sedang melaju dengan kecepatan yang kencang menabrak tubuh Vyora. Tubuh Vyora terpental begitu jauh, kepalanya berdarah, rambutnya acak-acakan. Jefri melihat itu langsung lari menuju Vyora.
“Raa… Bangun, Raa…” ucap Jefri sambil memegang kepala Vyora.
“J-jef kepala aku sakit banget.” ucap Vyora kesakitan.
Tanpa berpikir panjang Jefri langsung membawa Vyora ke rumah sakit. Disana Vyora langsung ditangani dengan sigapnya oleh dokter. Sementara Jefri menunggu diluar.
“Masnya keluarga dari Vyora?” tanya Dokter itu.
“E-eh bukan saya temannya. Gimana keadaan teman saya, Dok?” tanya Jefri.
“Korban mengalami benturan yang cukup keras di kepalanya. Jadi, untuk saat ini korban belum boleh pulang dulu.” Jelas Dokter itu.
“Baik, Dok. Tapi dia baik-baik aja, kan?” Tanya Jefri memastikan.
“Iya, dia baik-baik saja kok. Yang sabar, ya.” Ucap Dokter.
Jefri masuk ke dalam ruangan dimana Vyora terbaring dengan lemas.
“Ra, maafin gue ya. Gue gak bisa nolongin lo.” Ucap Jefri.
“Lo bangun ya, Ra. Lo harus semangat.”
“J-je..frii” panggil Vyora dengan lemas.
“Iya Ra, gue di sini.” Ucap Jefri
“A-aku masih hidup? Kenapa aku gak mati aja? Aku capek sama dunia ini yang gak adil.”
“Huss, mulutnya gak boleh gitu Vyora. Kamu harus kuat demi masa depan kamu.” Kata Jefri sambil memegang kepala Vyora.
“Masa depan? Emang ceweK kaya aku nih punya masa depan?” ucap Vyora penuh kesedihan.
“Punya! Semua orang pasti punya masa depan, kamu harus yakin kalo masa depan kamu itu sangat menunggu kamu.” Ucap Jefri meyakinkan
“Kamu mau kan nemenin aku keluar dari masalah ini? Gak ada orang yang mau mendampingiku, Jeff.”
“Ra, kamu tenang aja, aku pasti nemenin kamu kok. Aku bakal nemenin kamu sampai kamu bahagia, dan aku bakal nemenin kamu keluar dari masalah ini.”
“Makasih ya, Jeff. Kalo gak ada kamu aku pasti udah gak bisa apa-apa.”
“Iya sama-sama, santai aja.”
Keesokan harinya….
Vyora sudah pulang dari rumah sakit diantar oleh Jefri menuju rumahnya.
Di rumah, Ibu Tiri Vyora sudah menunggunya pulang dan berdiri di depan pintu sambil membawa sapu kayu.
“d=Dari mana aja kamu?!” tanya Ibu tiri Vyora.
“Vyora kemarin habis kecelakaan, Te. Kemarin habis dirawat di rumah sakit. Saya temannya Vyora.” Ucap Jefri menjelaskan.
“Saya gak tanya kamu siapa ya! Saya hanya tanya ke Vyora, bukan kamu.”
“Vyora!! Masuk kamu!!” ucap Ibu tiri Vyora.
“I-iya Bu. Jefri aku masuk dulu ya, makasih sudah nganterin aku. Hati-hati di jalan, ya.” Ucap Vyora sambil masuk ke dalam rumah.
Tanpa basa-basi, Jefri langsung kembali pulang karena ia sudah cukup lelah dan rasanya ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur.
“Assalamualaikum Ma, Jefri pulang.” Ucap Jefri.
“Waalaikumsalam, kamu dari mana aja, Jef. Semalam kok gak pulang?” tanya mama Jefri.
“Maaf Ma, kemarin sore temen Jefri kecelakaan dan Jefri harus nemenin dia di rumah sakit.” Jelas Jefri ke Mamanya.
“Ya sudah kalo gitu, kamu sudah jujur. Udah sana, masuk, istirahat.”
Jefri langsung masuk dan bersih-bersih lalu merebahkan tubuhnya. Sungguh hari yang melelahkan.
“Kasihan banget ya Vyora hidupnya cuma dibully terus.” Monolog Jefri.
******
Vyora merasa badannya sudah sehat, ia langsung bergegas untuk pergi ke sekolah.
“Mau kemana?!” tanya Ibu tiri.
“Sekolah.” Jawab Vyora.
“Emang tu badan udah sehat? Jangan sampai di sekolahan pingsan lagi. Saya gak mau kamu dibawa ke rumah sakit, nanti saya juga yang repot.”
Vyora tidak menggubris perkataan ibunya tadi. Dia langsung berangkat begitu saja.
Sampai di sekolah, ia disambut oleh Pak Satpam yang menyebalkan itu.
“Pagi, Ndut. Lo kemarin kemana?” tanya Pak Satpam.
“Gak perlu tau.” Ucap Vyora.
“Buset galak bener, ndut. Tambah gendut, rasakan nanti!” ejek Satpam itu.
“Biar! Saya doain Bapak tambah kurus!” ucap jengkel Vyora.
Vyora segera pergi menuju kelasnya, dia berjalan dengan malasnya karena pasti akan dibully oleh Clara dan teman-temannya.
“Hei, gendut! Kemarin lo kemana kok gak masuk?” tanya Clara.
“Kepo banget sih. Kamu gak perlu tau ya!” jawab Vyora.
“Ehh, Clara. Lo gak curiga? Dia kemarin gak masuknya bareng sama Jefri loh.” ucap Rara.
“Apa sih lo, pagi-pagi aja udah bikin gua naik darah! Dasar temen gak guna!” Seru Clara.
Sementara itu, Jefri baru datang di sekolah.
“Jep, lu kemarin kemana? Kok gak masuk?” Tanya Vano.
“Gue di rumah sakit kemarin sama Vyora. Dia kemarin habis kecelakaan.” Jelas Jefri.
“Oh aja sih. Eh, btw si Clara suka lu tuh.” Ucap Vano lagi.
“Ih jijik gue. Udah biarin aja sih kan dia yang suka gue, bukan guanya. Mana dia centil banget lagi jadi cewek.” Ucap Jefri merasa jijik.
“Hahahaha, kalo dilihat-lihat Vyora lebih cantik daripada si Clara itu.” Ucap Vano.
“Ya emang bener, Van. Minusnya dia culun sama gendut aja.” Sambung Gio.
“Iya bener. Udah dulu ngomongnya, gue mau masuk kekelas dulu nanti gurunya datang lagi.” Ucap Jefri.
KRING….KRING….KRING!!!!
Bel berbunyi tiga kali tandanya seluruh siswa-siswi harap berkumpul di aula.
“Selamat pagi, anak-anak.” Ucap Kepala Sekolah.
“Pagi, Pak…” Jawab seluruh siswa.
“Hari ini Bapak kumpulin disini karena ada yang Bapak ingin bicarakan. Terutama masalah pembullyan, karena saya dengar dari sekolah lain maraknya kasus pembullyan. Saya akan memberhentikan pembullyan ini. Apakah disini ada yang membully temannya sendiri?” tanya Kepala Sekolah.
Seketika wajah Clara pucat. Pasti dia ketakutan dan keringatnya bercucuran.
“Duhh jangan sampai deh kalo Papa bilang Clara yang suka bully Vyora, bisa-bisa rencana gue hancur nih.” batin Jefri.
“Kenapa tidak ada yang menjawab? Ada atau tidak?!” tanya Kepala Sekolah.
“Tidak!!!” jawab semua serentak.
“Yakin? Kalau saya sampai dengar ada yang membully temannya sendiri, atau dapat laporan pembullyan, saya akan mengeluarkan orang yang suka bully itu!” Tegas Kepala Sekolah.
“Yang kedua, saya ingin menyampaikan bahwa hari Senin kita akan melaksanakan ujian semester. Jadi, untuk agenda hari ini adalah kita pasang kartu buat ujian besok. Ingat! Semua siswa besok harus masuk. Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan, terima kasih.”
Pengumuman selesai. Semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing.
“Jepp, basket yukk.” Ajak Gio.
“Gas aja lah.” Jawab Jefri.
Saat Jefri dan teman-temanya bermain basket, seluruh kaum hawa langsung menuju lapangan dan melihat Jefri bermain basket.
Clara yang melihatnya, langsung berlari menuju Jefri. Ia membawakan air minum dan coklat.
“Jefriiii ini ada air minum dan coklat buat kamu.” Ucap Clara dengan suara yang dibuat-buatnya.
“Van, ambil tuh buat lo.” Ucap Jefri.
“Kok dikasih ke Vano sih? Kan ini buat kamu.” Ucap Clara.
“Kan lo ngasih ke gue, tapi gue lagi gak mau aja nerima barang dari lo. Jadi, gue kasih aja ke Vano. Daripada nanti gak gue ambil, nanti lo sakit hati.” Ucap Jefri ketus.
Clara geram dengan Jefri dia langsung kembali ke kelasnya. Di sana Vyora sedang asik mencatat.
“Ra! Ini semua salah lo kan?!” tanya Clara.
“Apa? aku salah apa?” jawab Vyora kebingungan.
“Gak usah sok polos lo! Gue mau lo pindah dari sekolah ini! Gue gak sudi liat lo lagi. Udah gendut, culun lagi. Bikin mata gue sakit aja lo itu.” Ucap Clara.
“Gak! Aku gak bakal pindah dari sekolah ini!” jawab Vyora.
“Berani ya lo sekarang?!”
Clara mengangkat satu tangannya yang hendak menampar pipi Vyora, tapi tangannya dihadang oleh seseorang.
“Gak semudah itu lo nampar Vyora! Aku bakal selalu lindungi Vyora.”
“J-jefri?” ucap Clara kaget.
“Pergi! Gue bakal selalu lindungi Vyora sampai kapanpun itu Clara!” Ujar Jefri.
Kreator : Safira melanie khaerotunisa
Comment Closed: si culun glow up ch 4
Sorry, comment are closed for this post.