Hari ini adalah terakhir sekolah karena akan pembagian raport setelah selesai melakukan ujian selama satu minggu. Wali kelas Vyora meminta setiap siswa datang bersama wali murid untuk mengambil raport.
Sementara itu di rumah Vyora sedang bingung bilang kepada Ibu, apakah Ibu mau mengambil raport Vyora di sekolah.
“Bu…” Panggil Vyora dengan ragu.
“Kenapa? Kok belum berangkat sekolah kamu?” Tanya Ibu.
“Hmm, wali kelas Vyora bilang kalau ngambil raport-nya harus ditemani oleh wali murid jadi ibu mau ga–” Jelas Vyora.
“Gak!” Ucap ibu Vyora memotong ucapannya.
“Aku mohon, Bu. Aku sama siapa nanti?” Ucap Vyora memohon.
“Terserah kamu. Saya gak mau, nanti yang ada malu dilihat orang-orang! Udahlah sana berangkat!” Ucap ibu Vyora.
Vyora akhirnya berangkat ke sekolah dengan perasaan sedih. Semua siswa-siswi datang bersama wali muridnya masing-masing, sementara Vyora sendirian.
“Haii Vyora, pagi!” Sapa Gio.
“Pagi. Kamu sama siapa?” Tanya Vyora.
“Sama Ayah, sih. Kalau kamu, Ra?” Tanya Rio.
“Aku sendirian. Ibu tiri aku gak mau datang. Sedih banget lihat semua anak ditemani orang tuanya masing-masing.” Ucap Vyora.
“Hm kamu yang sabar ya Ra, kamu harus kuat. Aku pergi dulu ya.” Ucap Gio.
Vyora berjalan menuju kelasnya, sementara Gio sedang mencari keberadaan Jefri.
“Woii Jep, ada info penting!” Ucap Gio menghampiri Jefri yang tengah duduk di kursi kantin.
“Info apa? Kalau tentang cewek centil itu malas gue, bikin mood gue rusak, mana masih pagi lagi!” Kata Jefri.
“Bukan, ini tentang Vyora. Kasihan banget dia.” Ucap Gio.
“Uhukk!” Jefri seketika tersedak saat mendengar tentang Vyora.
“Vyora, kenapa? Dia kenapa?? Jawab Gio!” Tanya Jefri sambil menggoyangkan kepala Gio.
“Berhenti!! Gimana gue mau cerita, lo aja ngomong terus, pusing kepala gue!”
“Hehe. Maaf.” Jefri nyengir.
“Jadi, tadi gue kan ketemu Vyora tuh di parkiran. Dia sendirian, terus gue samperin la–“
“Berani banget lo nyamperin Vyora pagi-pagi?! Maksud lo apa?!” Ucap Jefri memotong ucapan Gio sambil menggedor meja.
“Sabar dulu woy! Dengar gue ngomong dulu, baru marah!” Kata Gio jengkel.
“Gue samperin Vyora terus gue sapa lah ya. Nah, dia nanya gue dateng sama siapa, terus gue jawab, sama Ayah. Nah, gue tanya balik Si Vyora dia sama siapa dan lu tahu, dia jawab dia datang sendirian, Ibu Vyora gak mau nemenin, bro!!”
“Yaelah, info kaya gitu aja!” Ucap Jefri.
“Diam lo! Kasihan banget tahu, Jep. Mana dia ngomong kalau dia sedih lagi ngeliat yang lainnya datang sama orang tuanya.” Jelas gio.
“Sekarang gue mau samperin Vyora, pasti dia di kelas.” Ucap Jefri.
Baru saja Jefri ingin menuju kelasnya,tiba-tiba bel berbunyi tanda bahwa pembagian raport akan dimulai. Semua siswa-siswi beserta orang tua sudah duduk di kelas.
Jefri segera masuk. Dia melihat Vyora duduk sendirian tanpa siapapun yang menemaninya.
“Assalamualaikum, selamat pagi semua.” Ucap Bu Tika, wali kelas.
“Hari ini adalah pembagian raport, itu tandanya ujian satu minggu sudah selesai dilaksanakan ya, Bapak Ibu sekalian. Saya meminta semua siswa-siswi untuk datang bersama wali murid masing-masing supaya bisa melihat perkembangan anaknya di sekolah.” Jelas Bu Tika.
“Sekarang kita mulai saja pembagian raportnya, ya.”
Bu Tika memanggil satu per satu nama sesuai dengan urutan absen, hingga tiba giliran Vyora untuk maju ke depan.
“Vyora Gribellia!” Panggil Bu Tika.
Vyora pun maju ke depan kelas.
“Selamat, ya! Kamu dapat juara 1. Orang tua kamu mana, Vyora?” Tanya Bu Tika.
“Orang tua saya ada keperluan, Bu. Jadi, tidak bisa datang.” Jawab Vyora sambil menahan air mata yang sudah tak tertahankan lagi.
“Hm jangan nangis ya. Gak apa kok jika orang tua kamu gak datang. Kamu harus semangat ya, sayang.” Ucap Bu Tika memberikan semangat kepada Vyora lalu memeluknya.
“Selamat ya atas ujian sekolah yang telah kalian selesaikan dengan baik. Alhamdulillah, semua siswa-siswi naik kelas 12!” Seru Bu Tika.
Semua wali murid dan siswa-siswi memberikan tepuk tangan sebagai tanda kebahagiaan.
“Nak.” Panggil Mama Jefri.
“Kenapa, Ma?” Tanya Jefri.
“Itu Vyora anaknya teman Mama itu ya? Yang katanya anak tiri.” Ucap Mama Jefri.
“Iya Ma, kasihan banget Vyora, ibunya gak mau datang.” Jelas Jefri.
“Hmm, seharusnya mau gimanapun Ibu Vyora harus datang.” Ucap Mama Jefri.
Pembagian raport selesai, semua siswa-siswi menuju ke parkiran untuk mengambil kendaraan masing-masing.
“Wah hebat kamu, Mama bangga sama kamu!”
“Makasih ya Ma, aku akan selalu buat Mama bangga!”
Vyora mendengar percakapan seorang anak dari kelas 11 bersama dengan orang tuanya.
“Aku iri, aku juga pengen.”Batin Vyora.
“Woy, culun!” Panggil Clara.
“Ada apa lagi?” Jawab Vyora dengan malas. Pasti Clara datang untuk menanyakan hal-hal yang tidak penting.
“Mana orang tua lo? Gak datang ya? Kasihan banget sih!” Ucap Clara.
“Pasti orang tua Vyora malu datang ke sekolah makanya dia gak datang.” Timpal Rara.
“Ya jelas malu lah. Siapa yang gak malu punya anak kayak Vyora. Yang ada malah malu-maluin!” Sambung Jevano dari kejauhan.
“HAHAHAHA!”
Tawa mereka menggelegar memekakkan telinga.
“Kalian kalau gak tau apa-apa tentang Vyora, mending diam! Gak usah sok tau!” Ucap Jefri tiba-tiba.
“Je-Jefri?!” Ucap Vyora kaget.
“Wah pahlawan datang nih. Cabut yok bro, malas gue ada pahlawan, takut ihh.” Ucap Jevano mengejek.
“Sayangnyaa aku……” Ujar Clara sambil menghampiri Jefri. Tiba-tiba saja Clara memeluk pinggang Jefri.
“My honey baby sweety!! Aku kangen banget sama kamu. Nanti kita healing bareng ya. Kan libur sekolah, beb!”
“Hih!! Geli gue!! Lepasin!!” Seru Jefri sambil menyuruh tangan Clara untuk melepaskan pelukannya.
“Kok gitu sih beb? Kan kita pacaran. Kamu malu ya sama aku?” Tanya Clara.
“Iya, gue malu sama lo! Jangan ganggu! Sibuk gue!!” Ucap Jefri lalu pergi sambil menarik tangan Vyora. Jefri menarik tangan Vyora menuju parkiran sekolah.
“Jefri, sakit, lepasin.” Ucap Vyora.
“ehh maaf ya. Aduh maaf Ra.”
“Iya gak apa kok. Kenapa kamu tarik aku kesini?” Tanya Vyora.
“Kamu jangan patah semangat ya. Jangan pernah dengerin apa kata orang.”
“Iya, Jef. Aku sebenarnya iri lihat orang-orang pada hidup bahagia, mana keluarganya pada cemara lagi. Lha aku?” Keluh Vyora dengan air mata yang sudah mengalir di pipinya.
“Kamu gak perlu iri sama orang-orang di luar sana. Bisa jadi ada yang kayak kamu.” Jelas jefri.
“Kayak aku? Emang ada yang spesial dari hidup aku? Badan gendut, gak cantik, dan masih banyak lagi kekurangan aku, Jef.”
“Banyak hal yang spesial dari hidup kamu, Ra. Kamu tau gak, orang-orang di luar sana banyak yang pengen dapat juara kelas, mereka berusaha buat dapetin juara kelas tapi belum tentu dapat. Sedangkan kamu, kamu sudah mendapatkan apa yang orang lain impikan.” Ucap Jefri mencoba menyemangati Vyora.
“Emang benar ya, Jef?” Tanya Vyora.
“Iya benar banget. Jadi, sekarang kamu gak boleh iri ya sama orang lain. Sekarang kamu hapus air matanya, nanti cantiknya hilang loh!” Jawab Jefri sambil mengusap air mata Vyora dan tersenyum manis.
“Makasih ya, Jef. Cuma kamu yang selalu ada buat aku.” Ucap Vyora.
“Iya, sekarang ayo kita pulang.”
Jefri dan Vyora pun pulang bersama.
******
BANGUNNN!!” Seru Ibu Vyora membangunkan Vyora yang sedang tidur dengan nyenyak.
“Ada apa sih? Ini emangnya jam berapa?” Tanya Vyora sambil mengucek matanya.
“Ini jam lima! Cepetan bangun!” Jawab Ibu Vyora sambil menarik selimut.
“Hm, iya.” Jawab Vyora malas.
Akhirnya Vyora bangun, lalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara itu, Jefri sudah bangun untuk bersiap-siap pergi maraton pagi.
“Ma, jefri mau maraton dulu. Assalamualaikum!” Ucap Jefri.
“Hati-hati ya, Nak. Walaikumsalam.”
Jefri berpikir ingin mengajak Vyora untuk maraton pagi bersama. Jefri pun menelpon Vyora.
DRRTT.. DRRTT..
Ponsel Vyora bergetar. Ia segera lari dan mengambil ponselnya yang ada di atas kasur. Nama Jefri tertera di layar.
“Halo, Jef. Ada apa?” Tanya Vyora.
“Ra, mau gak kita jogging pagi bareng?” Ajak Jefri.
“Boleh. Aku tunggu di depan rumah ya.”
“Oke.”
Vyora bersiap-siap untuk maraton bersama Jefri. Dia memakai jogger pants dengan atasan panjang berwarna hitam.
Tidak menunggu waktu lama, Jefri datang.
“Ayo, Ra!!” Ajak jefri.
“Kita mau jogging sampai mana nih?” Tanya Vyora.
“Sampai komplek sebelah. Gimana? Mau?” Jefri menawarkan.
“Boleh.”
“Ra, sebenarnya aku pengen kamu diet. Kamu gak kesinggung kan kalau aku ngajakin kamu maraton setiap pagi?” Ucap Jefri memberanikan diri untuk bertanya, karena dia tidak mau menyakiti perasaan Vyora.
“Aku gak keberatan kok. Aku juga pengen kurus, Jef.” Ucap Vyora.
“Oke, jadi setiap pagi kita jogging ya. Mumpung sekolah libur. Oh iya, skincare dari aku kamu pake yang rutin ya. Nanti kalau habis, kamu bilang aku aja.” Jelas Jefri.
“Oke siap.”
Vyora dan jefri pun berjalan menyusuri komplek perumahan yang masih sepi, karena orang-orang belum banyak yang beraktivitas.
Vyora melihat sebuah warung bakso yang nampak lezat banyak orang sedang menikmati bakso. Warung Bakso Pak Somat namanya. Warung bakso inilah yang buka 24 jam. Karena warung bakso Pak Somat berada di pinggir jalan raya, maka banyak orang yang membeli apalagi jika orang yang sedang bepergian.
“Heumm enak banget, udah lama aku nggak makan bakso.” Ujar Vyora sambil melihat warung bakso tersebut.
Jefri yang menyadari bahwa Vyora tidak ada di belakangnya seketika berhenti, melihat Vyora mematung.
“Heyyy!!” Seru Jefri sambil melambaikan tangannya.
Vyora masih saja bengong melihat warung bakso tersebut.
“Vyora!” Panggil Jefri.
“eh, J-Jefri” Ucap Vyora kaget.
“Kamu ngapain berhenti disini, ayo jalan lagi ra.” Ajak Jefri.
“Jefri, kayaknya bakso di warung Pak Somat enak. Beli yuk!” Ucap Vyora.
“Vyoraa….Kamu kan mau diet. Katanya mau kurus, kok malah makan bakso?” Ucap Jefri mengingatkan.
“Hmm, iya deh gak jadi kalau gitu. Ayo kita lanjut jalan!”
Vyora pun berjalan lagi bersama Jefri. Setengah perjalanan, Vyora berhenti di sebuah pohon yang rindang.
“Jefri, berhenti dulu ya. Aku capek.” Ucap Vyora.
“Iya, kita istirahat disini dulu.”
“Jef, aku boleh curhat gak?” Tanya Vyora.
“Boleh, dengan senang hati.” Jawab Jefri.
“Kadang aku pengen nyerah, Jef. Setiap malam pasti aku nangis, gak pernah ada malam tanpa menangis. Aku insecure habis-habisan sama orang yang cantik, putih, kurus, dan selalu dihargai sama orang lain. Aku gak pernah dihargai sama orang lain, selain kamu.” Jelas Vyora.
“Kamu gak boleh insecure, Ra. Kamu cantik kok. Kamu seharusnya bersyukur, lihat di luar sana banyak orang yang wajahnya cacat. Ada yang gak punya mata, ada yang mulutnya sumbing, dan masih banyak lagi.”
“Jadi aku harus bersyukur, Jef?” Tanya Vyora.
“Iya, Vyora. Kamu harus bersyukur. Buat apa kamu hidup kalau gak bersyukur? Bisa-bisa kita terbunuh oleh rasa insecure. Soalnya insecure gak bakal ada habisnya. Setiap ngeliat orang yang lebih sempurna, pasti insecure. Jadi, mulai sekarang biasakan buat selalu bersyukur. Aku selalu ada buat kamu, aku rumah keduamu.” Jawab Jefri.
“Hmm makasih ya, Jef. Kalau gitu aku akan coba buat gak insecure lagi!”
“Nah, gitu dong baru Vyora. Ayo kita lanjut jalan!”
“Ayo!!”
Vyora dan Jefri jogging sampai-sampai tidak sadar bahwa jam menunjukkan pukul 10.00.
“Jefri, sudah siang ternyata!” Ucap Vyora.
“Eh iya, sampai gak sadar karena keasikan ngobrol.” Ujar jefri.
“Ya udah aku pulang duluan ya, Jefri. Soalnya hari ini kakak aku datang!” Ucap Vyora, lalu pergi.
Vyora berjalan menuju rumahnya. Dilihatnya ibu-ibu sedang berkumpul membeli sayuran di warung.
“Pagi, Bu..” Sapa Vyora pada ibu-ibu tersebut.
“Iya. Kamu dari mana, Vyora?” Tanya Bu Lilis.
“Dari jogging, Bu.” Jawab Jefri.
“Gitu dong. Kamu kan gadis, masa gak mau ngerawat diri.” Timpal Ibu lainnya.
“Iya Vyora, kamu harus bisa ngerawat diri dengan baik.” Sambung Bu Lilis.
“Halah Bu Lis! Mana ada Vyora ngerawat dirinya. Yang ada di pikiran Vyora pasti cuma makan dan makan! Kamu ini gadis tapi gak bisa ngerawat diri. Lihat aja anak saya cantik dan pintar ngerawat diri!” Ucap salah satu ibu-ibu dia membandingkan Vyora dengan anaknya, sambil matanya sinis melirik kearah Vyora.
“Jangan gitu dong, Bu. Kamu kalau ngomong juga harus hati-hati.” Ucap Bu Lis.
“Saya permisi ya, Bu.” Ucap Vyora sambil pergi meninggalkan ibu-ibu yang sedang membeli sayuran.
“Huh! Seharusnya gak aku sapa tadi ibu-ibu yang cerewet itu. Bikin mood rusak aja!” Monolog Vyora.
Sementara itu, Jefri yang baru pulang langsung disambut oleh Mama dan Papa.
“Assalamualaikum, Ma, Pa.” Ucap Jefri.
“Waalaikumsalam. Lama banget Jefri jogging-nya.” Ucap Mama.
“Ya sambil jalan-jalan Ma, mumpung libur.”
“Kamu jogging sendirian aja, Jef?” Tanya Papa Jefri.
“Iya.” Jawab Jefri.
“Besok Papa temanin, mau? Itung-itung Papa pengen kurusin nih badan biar sehat juga.”
“E-eh, gak usah Pa! Jefri sama teman-teman.”
“Hm, Papa mau temanin langsung bilang sama teman.” Ucap Papa Jefri.
“Teman apa temen, Jef?? Hahaha.” Ledek Mama Jefri sambil tertawa.
“Apa sih, Ma?!” Ucap Jefri malu.
Jefri pergi naik menuju kamarnya.
“Huh bosan gue, nongkrong asik nih !” Ucap Jefri.
Ting!
Sebuah notif dari ponsel Jefri. Ternyata dari Gio.
“Bro, ke tempat biasa sekarang. Ada yang mau gue omongin.” Pesan dari Gio.
“Oke, gue OTW.” Balas Jefri.
Jefri segera bersiap-siap untuk berangkat ke tempat tongkrongannya.
“Ma, Jefri mau keluar nongkrong sebentar, ya.” Ucap Jefri.
“Kemana lagi sih, Jef. Baru aja pulang.”
“Ada kepentingan Ma, assalamualaikum!” Ucap Jefri, berlari menuju pintu keluar.
“Waalaikumsalam! Dasar anak nakal kamu ya!” Ujar Mama.
Jefri melajukan motornya menuju tongkrongan. Disana Jefri sudah ditunggu oleh teman-temannya.
“Sampe juga lu.” Ucap Vano.
“Ada apa sih, tiba-tiba ngomong ada kepentingan aja.” Omel Jefri.
“Lihat deh status WhatsApp Clara!”
“Gak habis pikir gue, geli lihatnya.” Ucap Gio.
“Lihat coba, soalnya kontak Clara gue bisukan malas gue lihatnya.” Jelas Jefri.
“Nih, lihat.” Ucap Gio sambil menunjukkan foto Jefri, dengan caption my honey baby sweety aku, gue bakal umumkan di grup OSIS kalau Clara punya Jefri.
“Dih gila tuh cewe! Ilfeel berat gue liat statusnya!” Ucap Jefri bergidik ngeri.
“Kalau gue, udah gue putusin tuh cewe. Mana badan doang yang gede, pemikiran kaya anak SD dasar!” Timpal Vano.
“Iya, Jef. Kalau gue udah gue putusin aja, mana centil banget lagi. Kalau saran gue lu putusin aja sebelum dia umumin tentang hubungan lu di grup OSIS. Tahu kan lu, anak OSIS sikapnya kayak mana.” Sambung Gio.
“Oke gue bakal putusin, gue telepon dia sekarang.” Ucap Jefri.
“Halo? Kenapa beb? Kok tumben nelfon? Kangen ya? Akhirnya kamu sadar juga beb!” Ucap Clara dari telepon.
Gio dan Vano yang mendengar suara Clara seketika bergidik ngeri.
“Hm, Clara gue mau ngomong serius.” Ucap Jefri.
“Serius?? Jangan bilang kamu mau ngomong kalau mau ngajak aku nikah setelah lulus nanti!”
“Bukan. Gue mau bilang kalau hubungan kit–“
“Hubungan kita ke jenjang yang lebih serius kan?? Sudahlah beb, aku sudah tahu kamu gak perlu jelasin.” Ucap Clara memotong ucapan Jefri.
“Woe lah! Dengerin gue dulu, ngomong aja terus kaya jalan tol lurus terus!” Ucap Jefri geram.
“Eh, ya maaf beb.”
“Hubungan kita sampai sini aja, gue mau kita putus. Gak tahan gue sama sikap lo, bikin ilfeel, tau gak.” jelas Jefri.
“Apa? Putus? Gak mau! Aku sayang banget sama kamu, kalau kamu putusin aku bakal bikin Vyora menderita.” Ancam Clara.
“Dih pake ancaman segala! Gue gak takut. Kita putus! Titik!”
Jefri lalu mematikan teleponnya dia sudah tidak tahan dengan suara Clara.
“Gue heran, kok ada ya cewek kayak Clara. Mana alay banget lagi!” Ucap Vano.
“Hih, ngeri sendiri gue bayangin kalau Jefri nikah sama Clara.”
“Mungkin sama Clara kalau sudah nikah sama Jefri langsung diumumin di acara TV, hahaha.” Timpal gio sambil tertawa meledek Jefri.
“Kalian berdua ya, bikin orang emosi tau gak!” Ucap Jefri kesal.
“Jangan marah dong my honey baby sweety aku.” Ledek Gio sambil cengengesan.
“Apa sih, mendingan lo cari cewe sana biar laku!” Ledek Jefri balik.
“Tuh kan, lo pasti kalau kalah debat lo bawanya ke cewe mulu. Lihat aja nanti gue bakal dapetin cewek cantik dan –.” Ucap Gio menggantung ucapannya.
“Dan apa?” Tanya Jefri.
“Dan giginya gingsul tujuh. Hahaha.” Timpal Vano sambil tertawa terbahak-bahak.
Jefri yang mendengar ucapan Vano langsung tertawa dengan senangnya melihat muka Gio yang berubah marah.
Kreator : Safira Melanie Khaerotunisa
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Si Culun Glow Up ch 8
Sorry, comment are closed for this post.