KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » si culun glow up ch 9

    si culun glow up ch 9

    BY 19 Jan 2025 Dilihat: 231 kali
    Si Culun Glow Up ch 8_alineaku

    Ch 9 || Kakak Vyora

    Pagi ini kakak Vyora dari luar kota akan pulang dikarenakan sedang libur bekerja. Namanya adalah Narala Becca, berusia 20 tahun, sedangkan Vyora berusia 18 tahun. Vyora dan ibunya sedang mempersiapkan makanan dan berbagai aneka cemilan.

    “Assalamualaikum!” Ucap Nara yang baru datang.

    “Kak Nara!!” Ucap Vyora yang berlari menuju pintu depan.

    “Waalaikumsalam kak nara! Aku kangen..” Ucap Vyora sambil memeluk kakaknya. 

    “hehe iya, kita masuk aja ya. Di sini panas.” Kata Nara sambil melepaskan pelukan dari Vyora.

    “Ibu, Nara pulang!” Seru nara sambil memeluk ibu tiri Vyora, Nara memang sangat menyayangi Ibu tirinya itu, bahkan sebab Ayah Vyora menikah pun karena Nara.

    “Anak Ibu cantik banget sekarang. Kamu pasti lapar, kan? Ayo kita makan siang dulu.” Ajak Ibu.

    Vyora mengikuti Ibu dan Nara yang berjalan menuju dapur. Tiba-tiba ibunya melirik sinis ke arah Vyora.

    “Kamu mau kemana?!” Tanya Ibu.

    “Mau ikut makan siang.” Jawab Vyora. 

    “Nggak boleh! Kamu makannya nanti aja! Bikin ngngnggak nafsu makan aja!” Seru Ibu sambil menatapnya sinis.

    Vyora sedih mendengar ucapan Sang Ibu Tiri. Dia memutuskan untuk pergi ke kamarnya saja. Vyora menunggu Ibu dan Nara selesai makan. Sampai beberapa menit makan siang selesai, Nara memanggil Vyora.

    “Ada apa, Kak?” Tanya Vyora kepada Nara yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya sambil membawa koper.

    “Minggir, aku mau tidur di sini.” Jawab Nara. Dia tidak menunggu jawaban dari Vyora. Nara langsung masuk ke dalam kamar.

    “Kak, kok main masuk kamar aku?” Ucap Vyora kebingungan.

    “Ya terus? Mulai hari ini aku tidur di sini. Kamu tidur di kamar belakang sana.” Ujar Nara.

    “Tapi kan kamar belakang banyak serangga Kak. Dan nggak pernah dibersihkan sama sekali.” Jelas Vyora.

    “Ya kamu bersihkan dong! Gitu aja apa susahnya?!” Timpal Ibu.

    “Tapi Bu, kan ini kamar aku. Seharusnya Kak Nara yang tidur di ka–“

    “SSSTT!! Diam!! Mendingan kamu sekarang bersihin kamar belakang, terus kamu cuci piring bekas makan tadi.” Ujar Ibu memotong ucapannya.

    “Bu, aku kan juga capek.” Ucap Vyora.

    “Udah sana, cepat!!!” Ucap ibu sambil pergi.

    Vyora kesal dengan sikap Ibu Tiri dan kakaknya itu, tapi mau bagaimana lagi. Jika Vyora melawan, habislah dia.

    Dengan malas, Vyora memunguti piring-piring kotor dan membawanya ke wastafel. Dilihatnya semua makanan sudah habis tak tersisa, tinggal kuah saja yang tersisa.

    “Tega banget mereka ngasih aku kuahnya aja. Padahal kan aku juga bantuin Ibu masak.” Gumam Vyora kesal.

    “Aku cuci piring dulu deh. Habis itu bersihkan kamar terus aku mau keluar cari makan. Bisa mati kelaparan aku.” Ucap Vyora sambil mencuci piring.

    Hampir satu jam Vyora membersihkan kamar dan mencuci piring, kini Vyora bersiap untuk pergi mencari makan di luar.

    “Hm, mau makan apa, ya?” Ujar Vyora sambil melihat-lihat berbagai macam makanan yang dijual berjejer di depan toko.

    “Tapi kan aku harus diet! Aku beli salad sayur aja deh.”

    Vyora memutuskan untuk membeli salad sayur saja karena dia ingat akan dietnya. Selesai membeli, Vyora bertemu dengan Jefri yang tengah belanja di toko.

    “Vyora!!” Panggil Jefri.

    “Eh Jefri, kamu mau kemana?” Tanya Vyora.

    “Habis belanja nih. Kamu habis belanja juga?” Ucap Jefri.

    “Iya, aku beli salad buah soalnya aku kan pengen kurus juga, hehe.” Kata Vyora sambil tertawa kecil.

    “Wah bagus dong, Sayang. Pasti nanti habis libur sekolah, penampilan kamu berubah drastis dan tambah cantik pastinya. Gendut aja kamu cantik, apalagi kurus. Hahaha.” Ucap Jefri sambil tertawa.

    Vyora seakan tak percaya dengan ucapan Jefri barusan dia memanggil Vyora sayang. Ah, Vyora dibuat salah tingkah olehnya.

    “Sayang?” Tanya Vyora ragu.

    “E-eh maksud aku .. anu e-e .. Udah lah, nggak usah dipikirin. Sekarang aku anterin kamu pulang, yuk!” Jawab Jefri gugup.

    “Boleh, yuk.”

    Jefri pun mengantar Vyora pulang kerumahnya. Terlihat Nara dan ibunya sedang duduk di kursi teras rumah. Suara motor Jefri yang berhenti mendadak membuat Vyora memeluk tubuh Jefri.

    “Eh, maaf Jef.” Ucap Vyora.

    “Iya nggak papa, aku juga yang salah.”

    “Makasih ya, Jef. Hati-hati di jalan, jangan ngebut. Ingat, besok pagi kita jogging bareng lagi.” Kata Vyora.

    “Oke, siap! Nggak sabar kurus ya, Ra.” Ledek Jefri sambil pergi. Sedangkan di teras, Nara dan Ibu tirinya menatap Vyora sinis.

    “Assalamualaikum.” Ucap Vyora.

    “Waalaikumsalam! Siapa itu?” Tanya Ibu.

    “Itu Jefri, teman sekolah aku.” Jawab Vyora.

    “Eh, tunggu. Jangan masuk dulu.” Ucap Nara menahan tangan Vyora yang hendak masuk ke dalam rumah.

    “Ada apa?”

    “Kamu punya nomer dia nggak?” Tanya Nara.

    “Nggak!” Jawab Vyora, dia sengaja untuk tidak ingin memberikan nomor WhatsApp Jefri kepada Nara.

    “Bohong! Ibu dengar waktu itu Jefri nelpon dia.” Timpal Ibu.

    “Kamu nggak mau kasih aku nomor WhatsApp teman kamu itu? Berani kamu ya?!” Ucap Nara tak terima.

    “I-iya nanti aku kirim nomornya di WhatsApp.” Ujar Vyora.

    Sementara itu Jefri bersama temannya sedang nongkrong di tempat biasa.

    “Ngapain lo senyum-senyum sendiri dari tadi?” Tanya Jefri kepada Vano yang sepertinya sedang bahagia.

    “Dih, mau tau aja lu!” Jawab Vano.

    “Oh gitu, oke kita bukan friends. Ya nggak, Gi?” Ucap Jefri. 

    “Gitu aja marah lu, dasar baper banget.” Ucap Vano.

    “Lagian Vano ditanyain jawabnya gitu.” Timpal Gio.

    “Iya iya gue kasih tau. Jadi, gue lagi bahagia banget hari ini, karena gue berhasil nembak cewek impian gue! Mana tadi malam gue habis sleep call lagi. Akhhh pokoknya gue salting parah.” Jelas Vano sambil senyum-senyum sendiri.

    “Dih, gitu aja senang lu. Gue aja …” Ujar Gio menggantung ucapannya.

    “Lo nggak pernah dapetin cewek impian lu kan? Hahahaha!” Kata Vano meledek Gio dengan senangnya.

    “Awas ya lu! Gue bakal dapetin cewek paling cantik! Nanti, kalian berdua pasti bakalan melongo lihat kecantikan cewe gue.” Ujar Gio dengan pedenya. 

    “Iya deh. Tapi, gue nanti bakal dapetin cewek yang paling cantik satu sekolah. Kita bakal kagum sama kecantikannya, pokoknya dia cantik deh kaya bidadari.” Sambung Jefri.

    “Siapa tuh? Perasaan gue, cewek paling cantik di sekolah kita itu anak kelas 12 IPS.” Ucap Gio.

    “Hah? Siapa??” Tanya Vano.

    “Clarissa Evangelista. Dia itu ya, udah cantik, pintar, putih lagi pokoknya idaman dah.” Jelas Gio.

    “Dih, kalau gue walaupun dikasih cewek itu gue nggak mau bro.” Ucap Vano.

    “Lah, kenapa?” Tanya Jefri.

    “Emang sih Clarissa itu cantik, pintar, putih lagi tapi dia itu cowoknya banyak. Di kelas gue aja cowoknya ada tiga.” Jawab Vano.

    Jefri dan Gio hanya mengangguk mendengar ucapan Vano.

    “Kalo gue sih, yang paling cantik Nayara Nathalia. Pendiam, sopan, baik lagi.” Ujar Vano.

    “Terserah lu pada deh. Nanti lu lihat aja dua cewek yang menurut kalian cantik itu bakalan kalah cantiknya sama cewek yang gue bawa. Nanti gue bakalan berangkat bareng dia ke sekolah, lihat aja waktu masuk sekolah nanti.” Kata Jefri dengan senyuman manisnya.

    “Oke lah, gue pegang omongan lu. Kalau sampai lu nggak bawa tuh cewek waktu masuk sekolah nanti, lu traktir gue makan sepuasnya di kantin.” Ucap Gio.

    “Nah, gue setuju sama Gio.” Sambung Vano.

    “Oke, deal!” Jawab Jefri dengan penuh percaya diri.

     

    Keesokan harinya …

    Pagi ini Jefri sudah berada di depan rumah Vyora. Dia ingin melakukan rutinitasnya setiap pagi, yaitu jogging. Nara yang melihat Jefri segera menghampirinya.

    “Hai.” Sapa Nara.

    “Hm, ya.” Jawab Jefri acuh.

    “Kamu ngapain di sini?” Tanya Nara basa basi.

    “Nunggu Vyora.” Jawab Jefri.

    “Ayo Jef, aku udah siap.” Ucap Vyora yang baru keluar dari rumah.

    “Loh, Kak Nara ngapain di sini?”

    “Aku mau ikut kalian jogging!” Jawab Nara memaksa.

    “Maaf Kak, tapi kan kam–“

    “Diam! Kalau kamu nggak bolehin aku ikut jogging pagi, lihat aja akibatnya.” Ancam Nara.

    Akhirnya Nara ikut jogging pagi bersama Vyora dan Jefri. Di sepanjang jalan mereka bertiga hanya diam, tak ada obrolan sama sekali.

    “Ra ..” Bisik Jefri.

    “Apa? Maaf ya kalo Kakak aku ikut.” Ucap Vyora.

    “Iya nggak papa, cuman nggak nyaman aja. Mana dari tadi sikapnya kek gitu, centil banget jadi cewek.” Jelas Jefri.

    “Iya, aku juga nggak nyaman sama dia.” Ucap Vyora.

    “Eh, ayo kita nyebrang jalan. Kita berteduh di bawah pohon besar itu, kayaknya sejuk.” Ucap Jefri.

    Mereka pun menyeberangi jalan tersebut. Jefri sudah menyebrang jalan terlebih dahulu kini giliran Nara dan Vyora, dari kejauhan terlihat sebuah motor yang melaju dari kejauhan Vyora berhenti sejenak. Namun, muncul ide jahat dari kepala Nara.

    “Hm, gue dorong aja Vyora biar dia rasain!” Batin Nara.

    BRAKKK!!!

    Tubuh Vyora didorong oleh Nara sehingga mengenai sebuah motor yang tengah melaju kencang. Akibatnya, tubuh Vyora terpental ke trotoar dan kepalanya terantuk batu.

    “Vyoraa!!” Pekik Jefri sambil berlari menghampiri Vyora.

    “Akhhh, sa-kit…” Ucap Vyora sambil memegangi kepalanya yang mengeluarkan darah.

    “Kita ke klinik depan aja ya, soalnya yang dekat cuma itu.” Ucap Jefri panik.

    “Kamu kenapa sih tiba-tiba dorong Vyora?!”

    Jefri pun membawa Vyora ke klinik. Untungnya tidak ada yang parah, hanya luka kecil di kepala Vyora.

    “Ra, kamu udah baikan?” Tanya Jefri.

    “Iya, nggak apa kok, cuma pusing aja.” Jawab Vyora.

    “Hm, kita pulang aja ya.” Ajak Jefri. 

     

    *******

     

    “Assalamualaikum.” Ucap Vyora.

    “Waalaikumsalam, kamu dari mana?” Tanya Ibu.

    “Jogging pagi. Tadi Kak Nara juga ikut kok.” Jawab Vyora.

    “Terus, kenapa kepala kamu itu?”

    “Jatuh. Gara-gara dia aku begini!” Jelas Vyora jengkel sambil menunjuk Nara.

    “Oh, jadi kamu nyalahin aku? Fitnah dia, Bu. Nara nggak ngelakuin apa-apa kok dituduh aneh-aneh.” Timpal Nara tak terima.

    “Fitnah? Kak, mata aku belum rabun! Bisa-bisanya Kak Nara bilang kalau aku fitnah, aku nggak terima ya!” Protes Vyora.

    “Vyoraa!! Ngelawan aja kamu bisanya! Kalau Kakak kamu bicara, kamu dengarkan! Bukan malah ngebantah kaya gini!” Sambung Ibu emosi.

    “Ibu bakalan beri kamu hukuman, berani banget kamu sama kakak sendiri!”

    Ibu Tiri Vyora menarik tangannya menuju gudang, dimana kondisinya gelap gulita dan berdebu.

    “Bu, ngapain Vyora dibawa kesini?” Tanya Vyora ketakutan.

    “Masuk! Saya kunci kamu, selama tiga hari!! Biar kamu rasain akibatnya kalau ngebantah omongan kakaknya!” Ucap Ibu sambil menutup pintu gudang dengan keras.

    Vyora sekarang terkunci di dalam gudang tersebut.

    “Tolong!! Buka pintunya, buka!!!” Teriak Vyora dengan tangannya menggedor-gedor pintu.

    Satu jam Vyora berteriak meminta tolong kepada Ibu dan kakaknya, tapi tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya, karena Vyora sudah tak tahan, dia melarikan diri lewat jendela. Vyora mengambil kayu dan memukul kaca jendela supaya pecah.

    “Akhirnya aku bisa kabur juga.” Ucap Vyora merasa lega setelah dia sudah berada di luar rumah.

    “Tapi, aku mau kemana ya? Pulang ke rumah sama aja, aku bakal dikunci di gudang lagi. Mana sekarang sudah mau maghrib aja.” Gumam Vyora sambil berjalan.

    Setengah jam Vyora berjalan, kini adzan maghrib sudah berkumandang di setiap masjid. Vyora ketakutan karena hari semakin gelap, dan hujan gerimis mulai turun.

    Di sebuah gang rumah kecil, Vyora berjalan dengan badan gemetar karena takut akan adanya orang jahat. Vyora melihat dua orang sedang duduk di bawah pohon, dengan tampilan yang menyeramkan.

    “Semoga aku nggak kenapa-kenapa.” Ucap Vyora sambil menundukkan kepalanya ketika melewati dua orang tadi.

    “Kiw, cantik! Mau kemana maghrib gini? Nggak takut hantu?” Goda salah satu dari orang tersebut.

    “Mau abang temenin nggak, Cantik?

    “Nama saya Abang Jali.” Ucap Bang Jali.

    “Ma-af tapi aku bisa sendiri….” Jawab Vyora gugup.

    “Sini aja cantik, ikut kami.” Goda Bang Jali. 

    Vyora melarikan dirinya dari dua orang tersebut, tapi sayangnya dua orang tersebut mengejar Vyora menggunakan motornya.

    Oh, shit!!!

    Suara motor yang mengerem mendadak, menghadang Vyora dari depan.

    “Haha. Mau kemana kamu? Sini!”

    “Nggak! L-lepasin aku, tolonggg….” Teriak Vyora.

    “Shhtttt! Berani banget kamu!” Ucap Bang Jali sambil tangannya membungkam mulut Vyora.

    “Tolong.. hmpphhh!!!” Teriak Vyora dengan kesusahan.

    Saat kedua orang tersebut hendak menaikkan Vyora ke motornya, tiba-tiba Jefri datang.

    BRAKK!!!

    Jefri menendang tubuh Bang Jali hingga terjatuh di tanah.

    “Heii!!! Berani kamu ya, sok jagoan!!” 

    Jefri dan dua orang tersebut terlibat saling pukul satu sama lain. Sampai akhirnya, kedua orang tersebut kalah. Jefri menjatuhkan badannya di tanah, dia kesakitan.

    “JEFRII!!” Pekik Vyora, sambil mengelus kepalanya.

    “Jeff, jangan tinggalin aku. Huhuhuhu.” Isak tangis Vyora semakin keras, karena Jefri menutup matanya.

    “HAHAHAHA!!” 

    Jefri tak mampu menahan gelak tawanya melihat ekspresi Vyora.

    “Jef, kamu hidup lagi?” Tanya Vyora.

    “Aku belum mati, Ra. Aku cuma nutup mata aja soalnya perut aku sakit. Sekarang kamu antarkan aku ke rumah, boleh?” Ucap Jefri.

    Vyora mengantarkan Jefri dengan menaiki taksi.

    “Assalamualaikum ma, Jefri pulang.” Ucap Jefri sesampainya di rumah.

    “Walaikumsalam- YA ALLAH! Kamu kenapa, Nak? Kok lebam gini mukanya. Kenapa perut kamu sakit? Kok dipegangi terus?” Tanya Mama Jefri panik. 

    “Tadi Jefri nolongin Vyora, Ma. Ada preman tadi.” Jawab jefri.

    “Oh, jadi kamu Vyora itu? Gara-gara kamu anak saya begini!” Ucap Mama Jefri dengan ketus.

    “T-tapi Ma, Vyora nggak salah. Tadi kebetulan aja Jefri lewat sana.” Jelas Jefri.

    “Diam kamu, Jefri! Gara-gara Vyora ini kamu sering sakit, kamu sering luka. Apa sih yang kamu sukai dari dia? Dia gendut, culun lagi.”

    “Ma-af Tante, tapi Vyora nggak tahu apa-apa. Jefri sendiri yang datang nyelamatin saya. Dan, saya mohon Tante jangan hina fisik, saya sakit hati.” Ucap Vyora dengan senyuman manis.

    “Halah! Nggak usah sok nasehatin saya!”

    “Pokoknya kalau kamu masih sama Jefri aja, saya bakalan bikin kamu nyesel nantinya! Pantss ya, ibu tiri kamu itu benci sama kamu! Saya aja juga benci sama kamu! Mukamu itu ngeselin banget, jelek lagi!” Ucap Mama Jefri menatap ke arah Vyora dengan sinis.

    “Tante, saya sakit hati banget sama ucapan Tante. Lihat aja, Vyora bakalan datang lagi kesini dengan penampilan berbeda dan Tante nggak akan ngenalin Vyora lagi. Huhuhu,” Kata Vyora dengan isak tangisnya. Lalu, dia pergi begitu saja. 

    “Vyora!!” Ujar Jefri mencoba menghentikan Vyora yang pergi.

    “Jefri! Kamu ini keterlaluan! Ngapain sih bela cewek culun kaya gitu?!” Ucap Mama Jefri.

    “Udah Ma, UDAH!! Mama keterlaluan banget! Mama sadar nggak sih yang barusan Mama bilang ke Vyora tadi bikin sakit hati, Ma.” Jelas Jefri penuh emosi.

    “Jadi, kamu lebih milih belain dia daripada Mama kamu sendiri?!”

    “Bukan gitu, Ma. Tapi Mama udah keterlaluan banget sama Vyora. Mama tau nggak sih, Vyora itu nggak punya siapa-siapa lagi selain Jefri. Vyora nggak punya Ibu yang selalu buat dia semangat. Vyora nggak punya Ayah yang selalu mendukung Vyora dalam hal apapun. Vyora nggak punya siapa-siapa, Ma.”

    “Dan, hari ini Mama bikin hati Vyora sakit, Ma. Vyora sudah banyak merasakan sakit. Sudah banyak orang yang menghina fisiknya. Dia sendirian menghadapi kejamnya dunia ini tanpa siapapun yang menemaninya.” Jelas Jefri dengan perasaan penuh kecewa kepada Mamanya.

    “Jef—“

    “Udah, Ma. Jefri nggak nyangka ternyata sifat asli Mama kayak gini. Seharusnya, Mama menghargai setiap fisik orang. Jefri kecewa sama Mama!” Ujar Jefri pergi meninggalkan Mama yang sedang berdiri mematung di depan pintu.

    Sementara itu, Vyora sedang bingung hendak pergi kemana. Pulang ke rumah juga bakalan dihukum dengan Ibu tiri dan kakaknya. Tapi, jika tidak pulang, harus kemana Vyora pergi.

    “Hm, aku pulang aja deh. Daripada nanti ada orang jahat lagi.” Batin Vyora.

    Akhirnya, dengan terpaksa Vyora memutuskan untuk pulang ke rumahnya kembali.

    Baru saja Vyora ingin masuk lewat jendela yang dia pecahkan tadi, Vyora penasaran dengan suara Ibu dan kakaknya yang tengah tertawa dengan senangnya. Vyora mengintipnya lewat jendela.

    “HAHAHA. Kaya kita, Bu…” Ucap Nara.

    “HAHAHA. Iya, Nar. Nanti kita shopping baju sepuasnya, ya!” Sambung Ibu dengan tertawa.

    “Untung Ayah nggak tahu kalau selama dia transfer uang buat Vyora kita yang ambil.”

    “Iya, untung kita pintar!”

    Vyora terkejut saat mendengar percakapan Ibu tiri dan kakaknya itu. Selama ini, ternyata Ayah sering mengirimkan uang untuk Vyora, tetapi ibunya tidak memberitahu soal itu kepada Vyora.

    PRANGG!!!

    Vyora tidak sengaja menyenggol vas bunga yang ada di dekat jendela.

    “Siapa itu?!” Teriak Nara dengan matanya melirik ke arah luar jendela.

    “Siapa Kak?” Tanya Ibu.

    “Nggak ada orang, palingan juga kucing.” Jawab Nara.

    Untung saja, Vyora sempat bersembunyi sehingga Nara tidak mengetahuinya. Vyora segera masuk ke gudang melewati jendela yang sudah dipecahkan tadi.

    CKLEKK!!

    Pintu dibuka, terlihat Nara sedang berdiri di depan pintu.

    “Sini lu!” Ucap Nara sembari menarik tangan Vyora menuju ke kamarnya.

    “Akhh sakit! Lepas!” Ujar Vyora kesakitan karena tangannya dipegang erat oleh Nara.

    “Sana, bersihin kamar gue!” Perintah Nara.

    Terlihat baju-baju kotor yang berserakan, belum lagi baju yang bersih tapi belum dilipat, dan bungkus snack berserakan dimana-mana.

    “S-semua ini?!” Tanya Vyora melongo melihat kondisi kamar Nara yang berantakan dan kotor.

    “Iya! Kenapa?! Nggak terima lu?!”

    “T-tapi kan ini banyak banget, Kak. aku capek banget, Kak.” Jelas Vyora malas.

    “Capek??!! Cih! Aku lebih capek, Vyora!! Sekarang kamu bersihin ini atau aku….”

    “Aku apa?” Tanya Vyora menantang.

    “Atau kamu diusir dari rumah ini!” Jawab Ibu.

    “I-bu?” Ucap Vyora terbata-bata.

    “Kenapa?! Kamu ini nggak bisa ya kalau disuruh itu diam nggak ngelawan terus kerjain deh apa yang disuruh sama Kak Nara! Bukannya malah ngomel-ngomel yang nggak jelas, ngelawan lagi!” Jelas Ibu dengan ketus.

    “Tapi Bu, aku juga punya rasa capek. Nggak setiap saat aku harus ngerjain ini semua. Aku bukan babu kalian berdua, ya!”

    Kali ini, Vyora memberanikan diri untuk bicara kepada Ibu tiri dan kakaknya yang sedang menatapnya sinis.

    “Lihat! Udah berani ngelawan kan, Bu. Lebih baik kita kasih dia pelajaran.” Ucap Nara.

    “Lihat saja kalau kalian ngelakuin apa-apa sama aku. Aku bakal telepon Ayah. Aku aduin kalian ke Ayah!”

    “Heh! Vyora!! Dasar anak nggak berguna kamu ya! Berani banget sih kamu!!” Ucap Ibu yang mulai emosi.

    “Aku udah tau ya, kalau selama ini uang dari Ayah buat aku kalian ambil buat senang-senang kan? Kalian nggak peduli sama kebutuhan aku, kalian berdua cuma tau foya-foya yang nggak jelas!” Kata Vyora dengan dengan tangannya menunjuk Kakak dan ibunya.

    “K-kamu tau dari mana?” Tanya Nara dengan terbata-bata.

    “Kakak nggak perlu tahu! Yang terpenting sekarang Vyora akan bongkar sifat asli kalian berdua, biar ayah tau!”

    “Vyora! Awas ya, kalau kamu bilang sama Ayah, saya bakal bikin kamu nyesel selamanya!” Ujar Ibu.

    “Dan, kamu, Kak Nara! Vyora nggak percaya ternyata sifat asli Kak Nara begini. Kak Nara berubah sejak ada Ibu Jahat ini masuk di kehidupan kita! Lebih baik Ayah tidak menikah sama dia!” Ucap Vyora dengan emosi.

    PLAKK!!!

    Satu tamparan mendarat di pipi Vyora.

    “Rasain! Ngomong aja terus! Biar saya bikin kamu mati sekalian. Mau kamu?!” Ancam Ibu Tiri berapi-api. 

    “JAHAT! Kalian berdua JAHAT!!”

    “Huhuhu.” Isak Vyora dengan tangannya memegangi pipinya.

    “Sekarang, sini kamu!!” Ucap Nara.

    Nara membawa Vyora menuju dapur. Nara mengambil air panas yang ada di dalam galon.

    “J-ja-jangan! Mau apa kamu??!!” Teriak Vyora.

    “Bu! Cepat pegangin badan Vyora!” Seru Nara memanggil ibunya.

    “Sini, biar Ibu pegangin.”

    Ibu tiri Vyora memegangi tubuhnya, sementara Nara sudah memegang air panas.

    “Hahaha! Vyora!!” Nara tertawa dengan seramnya sembari mendekati tubuh Vyora.

    “TIDAKK! Lepas, tolong!!!” Teriak Vyora.

    NYESS!!!

    “Akhhhh! Panas!!!”

    “I-ibu!!”

    Vyora menggigit tangan ibunya sehingga Vyora menjatuhkan badannya ke samping. Sementara air panas yang dipegang oleh Nara oleng mengenai tangan ibu tirinya.

    “P-panas!!! Kamu nggak becus banget sih! Gitu aja kena Ibu!” Omel Ibu.

    “Ibu yang nggak becus, kenapa megangin si culun gitu aja nggak bisa. Sesusah apa sih, megangin badan si culun!” Ucap Nara kesal.

    “Rasain! Itu karma karena kalian mau nyakitin aku.” Ucap Vyora sambil berlari keluar rumah.

    Vyora berlari menuju luar rumah, tapi saat di ruang tamu rambut Vyora ditarik oleh Nara sehingga dia terjatuh.

    “Hahaha, habis kamu Vyora..”

    Nara ingin menaruh spatula panas ke tangan Vyora.

    “Jangann Kak Nara. Sak-ittt!” Jerit Vyora.

    Nyess

    “akhhhh!”

    Vyora mengarahkan spatula panas ke wajah Nara. Sehingga Vyora tidak terkena spatula, justru Nara yang terkena.

    Vyora segera melarikan diri keluar rumah, dia berlari sejauh mungkin dari rumah.

    “Huh, capek juga lari-lari.” Ucap Vyora ngos-ngosan.

    Vyora memperhatikan sekelilingnya, tidak ada satupun orang. Sepertinya karena ini sudah malam, orang-orang lebih memilih untuk tidur.

    Vyora bingung hendak kemana lagi, akhirnya dia memutuskan untuk menelepon vano.

    “Halo, Van.” Ucap Vyora.

    “Iya, kenapa, Ra? Malam-malam kok nelpon?” Tanya Vano dengan suara serak sepertinya Vano baru saja terbangun dari tidurnya.

    “Maaf, aku boleh minta bantuan nggak?”

    “Boleh. Apa, Ra?”

    “Kamu bisa kesini nggak? Nanti aku kirim lokasinya, soalnya ini penting banget, Van.” Jelas Vyora.

    “Bisa kok aku kesana sekarang.”

    Vyora menunggu vano datang sambil duduk di pinggir trotoar jalan. Tak lama kemudian, Vano datang menggunakan motornya.

    “Ada yang bisa aku bantu, Ra?” Tanya Vano.

    “Jadi, aku kabur dari rumah karena kakak sama ibu aku menghukum aku, dan aku sekarang nggak tau mau kemana. Boleh nggak kalau kamu bantu aku cari kos-kosan?” Tanya Vyora.

    “Boleh kok, nanti aku bantu kamu cari kosan, ya.”

    “Oh iya, kenapa kamu nggak minta tolong Jefri?” Tanya Vano.

    “Nggak mau. Aku sakit hati banget sama Mama Jefri yang udah hina fisik aku habis-habisan.”

    “Ya udah, ayo kita kesana.”

    Vano mengajak Vyora mencari kos-kosan. Akhirnya setelah berputar-putar mencari kosan yang pas, akhirnya Vyora mendapatkannya.

    Vyora juga sudah berunding dengan pemiliknya jika saat ini dia belum bisa membayar. Besok lusa ia akan berusaha membayarnya.

    “Van, makasih ya. Maaf udah ngerepotin kamu.” Ucap Vyora.

    “Sama-sama. Nggak papa kok, kamu nggak ngerepotin sama sekali. Aku juga senang bisa bantuin kamu. Oh iya, badan kamu sekarang kurusan ya, Ra!” Ujar Vano yang sedari tadi memperhatikan badan Vyora.

    “Hehe. Iya, soalnya aku lagi diet. Bagaimanapun juga aku pengen cantik. Eh, kamu jangan bilang sama Jefri ya kalau aku sekarang tinggal di kosan ini, soalnya aku nggak mau kalau Jefri tau.”

    “Oke Ra, aku pamit pulang ya!”

    Vyora masuk ke dalam kosan tersebut. Memang tidak besar tapi cukup untuk Vyora tinggal, di dalamnya terdapat sebuah kamar, dapur yang bergabung dengan kamar mandi, dan ruang tamu kecil. Vyora membersihkan semua ruangan tanpa terkecuali. Untungnya, dia masih mempunyai uang sisa dari Ayahnya.

    Sementara itu, Jefri sangat khawatir dengan kondisi Vyora karena ucapan Mamanya. Jefri takut jika Vyora tidak mau menemuinya lagi karena Mamanya.

    “Ah! Gue ke tempat nongkrong aja dah.” Batin Jefri.

    “Halo, bro!” Ucap Jefri menyapa Gio setelah ia sampai di tempat tongkrongan.

    “Yoii. Vano kemana?” Tanya Gio.

    “Lah? Mana gue tahu! Kan lu yang dekat sama rumahnya.” Jawab Jefri.

    Shit.

    Suara motor Vano yang mengerem mendadak membuat Gio dan Jefri langsung menoleh.

    Sorry, terlambat.” Ucap Vano.

    “Dari mana aja lu?” Tanya Jefri.

    “Gue tadi habis di telepon sama Vyo–” Jawab Vano nyari keceplosan. 

    Dia menggantung ucapannya karena lupa bahwa Vyora sudah berpesan untuk tidak memberitahu soal Vyora yang pindah.

    “Vyo? Vyo siapa?” Jefri bertanya-tanya kepada Vano, sepertinya Jefri mulai curiga.

    “Hm, udah lah lupain aja.” Ucap Vano.

    “Jangan jangan lu ketemuan sama Vyora??” Jefri curiga dengan sikap Vano yang salah tingkah karena takut jika Jefri tahu.

    “E-nggak! Tenang aja, bro.” Ujar Vano.

    Jefri menatap sinis ke arah Vano.

    “Udah lah. Sekarang kita pikirin gimana caranya agar kita bisa ngalahin Jevano sama temannya.” Timpal Gio.

    “Jevano? Emangnya Jevano bikin ulah?” Tanya Vano. 

    “Iya, dia ngelabrak gue. Jevano bilang kalau dia ngajak ketemu besok malam.” Jelas Gio.

    “Lah, masalahnya apa? Kok tiba-tiba ngajak gelud tuh orang!” Ucap Jefri emosi.

    “Katanya urusan lu sama Jevano belum selesai, tentang Vyora yang waktu malam itu.” Ucap Gio.

    “Oh, jadi gitu. Dia masih dendam ternyata sama gue.” Ujar Jefri.

    “Oke, kita susun rencana aja.” Kata Vano.

    Jefri dan teman-temannya mulai menyusun rencana untuk mengalahkannya Jevano. Jevano orangnya licik jadi tidak mudah untuk dikalahkan.

     

     

    Kreator : Safira Melanie Khaerotunisa

    Bagikan ke

    Comment Closed: si culun glow up ch 9

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo memiliki peran sangat penting dalam pembentukan dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menjelaskan gagasan ini dengan jelas, menekankan pentingnya persatuan dan keadilan sosial. Dengan demikian, fokusnya pada teori negara integralistik membantu menyatukan pemerintah dan rakyat dalam satu kesatuan. Lebih lanjut, gagasan ini tidak hanya membentuk […]

      Okt 21, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021