Suara burung berkicau memecah keheningan hutan, begitu pula sinar mentari bersama semilir angin. Sosok lelaki berbadan kekar tampak sedang duduk bersila di atas sebongkah batu besar di tengah hutan. Matanya masih terpejam, seakan-akan sinar mentari tidak mampu menembus pandangannya. Senjata prajurit lengkap tampak berada di samping lelaki itu.
Seekor ular bertubuh besar tiba-tiba mengganggu konsentrasi lelaki yang sedang bertapa itu. Lidahnya menjulur-julur dan tubuhnya hendak melilitnya. Pemandangan yang tidak biasa, lelaki itu mengaum bak harimau. Seketika tubuh sang ular tepental tak tau kemana. Lelaki itu berubah menjadi sosok harimau besar.
“Astaga!” ucap Basir, lelaki tua yang sedang mencari kayu bakar di hutan.
Tanpa sengaja lelaki tua itu menyaksikan kejadian yang tidak biasa. Ia lari terbirit-birit menjauhi tempat itu.
***
Keramaian pasar desa hari itu berbeda dari hari-hari biasanya. Barisan prajurit berkuda Kerajaan Pajajaran menambah keramaian pasar pagi itu.
“Sepertinya aku pernah melihat lelaki itu, tetapi di mana?” tanya lelaki tua pada dirinya sendiri sambil menata ubi dagangannya.
“Ada apa, Paman?” tanya seorang gadis berparas ayu di sebelahnya.
Belum sempat menjawab pertanyaan itu, Basir dikejutkan oleh kedatangan salah seorang prajurit di tokonya. Ternyata sejak tadi prajurit itu telah memperhatikan keponakan Basir dari kejauhan.
Ia terkesima dengan paras cantik gadis tersebut, hati sang prajurit bergetar ketika menatap wajahnya. Menyadari tatapan mata yang tidak biasa, gadis itu langsung menundukkan pandangannya.
“Siapa namamu?” tanya prajurit berkumis tebal itu.
“Sa-ya Ayu, Tuan,” jawab ayu terbata-bata sembari menundukkan pandangan.
“Cocok sekali dengan parasmu, Ayu,” ucap prajurit tersebut sembari tersenyum.
Ayu memberanikan diri menatap wajah prajurit gagah itu untuk beberapa saat, ia tersipu malu dengan pujian sang prajurit.
Melihat apa yang terjadi, Basir mengerutkan kening dan wajahnya berubah kecut. Berbeda dengan Ayu, wajahnya tampak berseri-seri mendengar sanjungan dari prajurit tersebut. Rombongan prajurit Prabu Siliwangi itu pun berlalu. Namun, Ayu masih terlihat memandangi rombongan sembari tersenyum sendiri.
“Kamu kenapa?” tanya Basir heran.
“Tidak apa-apa, Paman,” ucap Ayu sambil tersenyum dan melanjutkan menata dagangan pamannya.
***
Sinar bulan menerangi malam gelap nan pekat, lamunan Ayu tertuju pada prajurit yang memujinya tadi pagi. Ia tersipu malu dan sesekali tersenyum sendiri.
“Rasa-rasanya aku jatuh hati pada prajurit tampan itu,” ucap Ayu sembari memainkan rambut panjang lurusnya.
***
“Wajahmu telah mengganggu pikiranku, akankah esok bisa berjumpa lagi denganmu?” ucap prajurit pada dirinya sendiri sambil tersenyum.
Prajurit yang belum pernah jatuh hati pada perempuan manapun.
Suatu hari ketika tidak ada pengawalan untuk Sri Baduga Maharaja, prajurit itu pergi ke pasar lagi untuk menjumpai Ayu. Ia mencari keberadaan Ayu di toko milik Basir. Namun, ia tidak menemukan gadis itu. Ia berusaha mencari tau di mana gadis berparas Ayu berada.
“Pak tua, di mana rumah gadis yang biasa bersamamu?” ucap prajurit dengan penuh rasa penasaran.
Lelaki tua itu menunjukkan di mana keponakannya tinggal, karena rumah Ayu berada tidak jauh dari pasar. Tidak lama kemudian Ayu muncul dan segera menemui sang prajurit.
“Saya Ayu, Tuan,” ucap Ayu sambil menundukkan pandangan.
Prajurit tersenyum bahagia karena bisa berjumpa dengan pujaan hatinya. Tampak Ayu mempersilahkan prajurit itu untuk duduk dan menikmati secangkir teh buatannya.
“Pertama kali melihatmu, hati ini langsung jatuh hati padamu, Ayu. Parasmu selalu mengganggu pikiranku dari segala penjuru. Bolehkah aku meminta hatimu untukku?” ucap prajurit merayu.
Ayu tersipu malu mendengar rayuan sang prajurit, hatinya juga merasakan hal yang sama.
“Bolehkah aku tau siapa nama Anda, Tuan?” ucap Ayu memberanikan diri.
“Tentu saja, panggil saja aku Ranu,” ucap prajurit sambil tersenyum penuh kebahagiaan.
Mereka terlibat perbincangan hangat, sambil sesekali mereka beradu pandang malu-malu. Pemandangan ini tanpa sengaja dilihat oleh seorang perempuan, Nyai Singgah namanya. Tampak ia mengintip Ayu dan Ranu yang sedang dilanda asmara. Raut wajah perempuan itu berubah menjadi suram, ia cemburu melihat Ranu dan Ayu bermesraan.
“Apa yang Kamu lakukan di sini, Nyai?” ucap Basir yang tiba-tiba muncul mengagetkan dan membuat perempuan itu langsung beranjak pergi.
Namun setelah Ranu meninggalkan kediaman Ayu, perempuan itu datang kembali untuk menemui Ayu.
“Apa Kau menyukai Ranu, Ayu?” ucap Nyai Singgah dengan raut wajah cemburu.
“Apa maksud Nyai, aku tidak mengerti,” ucap Ayu heran.
“Ikutlah denganku!” ucap Nyai Singgah memaksa.
Nyai Singgah memaksa Ayu pergi ke hutan, ia memperlihatkan suatu hal yang tidak diketahui oleh Ayu. Tampak sosok lelaki berbadan kekar sedang bertapa di atas batu. Betapa terkejutnya Ayu, sosok lelaki yang ia lihat adalah Ranu.
“Lihatlah!” perempuan itu berkata lalu menghilang.
“Nyai! Di mana Kamu?” ucap Ayu kebingungan karena Nyai Singgah menghilang dari pandangannya.
Ayu masih memperhatikan Ranu yang sedang bertapa di tengah hutan, tiba-tiba seekor ular raksasa mengganggu Ranu. Lidah ular itu menjulur-julur dan tubuhnya hendak melilit tubuh Ranu. Ranu mengaum dan seketika berubah menjadi harimau putih. Tubuh ular raksasa itu terpental entah kemana. Harimau itu mengaum terus karena merasa terganggu.
Melihat hal ini Ayu sangat terkejut. Ia tidak menyangka jika lelaki pujaan hatinya adalah seorang siluman harimau. Ia menangis tersedu-sedu di dalam pekatnya hutan malam. Tanpa ia sadari tangisannya terdengar oleh Ranu yang masih berwujud harimau. Harimau itu mendekati Ayu dan menatapnya, tatapan yang sama ketika menatap wajah Ranu.
Tubuh harimau itu seketika berubah menjadi sosok lelaki gagah dan berkumis tebal. Ranu telah berubah kembali menjadi manusia. Tangan Ranu mencoba meraih tangan Ayu yang masih menangis tersedu-sedu. Ayu memandang wajah lelaki yang baru beberapa waktu meluluhkan hatinya itu. Ia kemudian memeluk erat tubuh Ranu, seakan-akan ia tidak mempercayai apa yang baru saja dilihatnya.
Tampak Basir yang sejak tadi mengintai kepergian Ayu dan Nyai Singgah mengusap air mata yang menetes di pipinya. Apa yang ia lihat beberapa waktu lalu saat mencari kayu bakar di hutan terjawab sudah.
Kreator : Putri Noviana
Comment Closed: Siluman Harimau
Sorry, comment are closed for this post.