Perjalanan penantian ini begitu panjang, bahkan terasa seperti tak ada ujung di setiap harinya. Hanya penuh harap dan kecemasan di setiap ikhtiar yang diupayakan. Apalagi jika setiap niat ikhtiar hanya untuk memenuhi ekspektasi manusia, akan terasa lelah bukan?. Setiap tatap jumpa mereka tak henti bertanya, hasil dari sebuah ikhtiar, lalu muncul sebuah perbandingan, lalu nampak sebuah hal yang tak maksimal dalam upaya. Lantas hati menggerutu kesal atas apa yang diupayakan tak seperti apa saran mereka katakan.
Mari kita mulai setiap permulaan ikhtiar dengan menyiapkan ruang “penerimaan”, menyiapkan telinga yang hanya cukup mendengar tanpa harus memasukan ke dalam hati setiap ucapan tendensi. Menepis rasa untuk memenuhi ekspektasi manusia, mengenyahkan pikiran, “aku udah coba usaha itu, kenapa nggak seperti yang dia katakan.”
Mari mulai semua perjalanan penantian ini dengan “ini takdir terbaik dari Allah, dan aku bersyukur dengan semua ini.” Memang susah dan perlu proses panjang, tapi waktu yang akan menyembuhkan dan mendidik kita menjadi pribadi yang sabar, mampu mengendalikan diri dan menata diri lebih baik penuh kesyukuran. Mintalah kepada-Nya, untuk pada permulaan perjalanan hingga ke akhirnya.
Mari, menampakkan kesyukuran dan menyembunyikan ikhtiar, agar ikhtiar itu tidak hanya untuk memenuhi ekspektasi manusia, dan hanya terus dituntut oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada ujungnya. Sampai pada masanya Allah akan memberi di waktu yang tepat, dengan takdir yang terbaik. Karena Allah lebih tahu, kapan waktu yang tepat dan kesiapan kita menjadi orang tua. Karena Allah lebih tahu kita, melebihi diri kita sendiri.
Selamat menjadi pribadi yang penuh syukur.
Kreator : Diyah Laili
Comment Closed: Simpan Ikhtiarmu, Tampakkan Syukurmu
Sorry, comment are closed for this post.