Suasana kemarin malam tidak seperti biasanya. Pandangan romantis. Malam itu banyak warga sekitar rumahku berkumpul di pos ronda. Ketua RT tampak paling sibuk. Karpet digelar, layar bekas banner caleg dipasang, sering bergoyang-goyang ditiup angin. Tak ketinggalan proyektor di depannya. Makin malam makin banyak warga yang merapat. Sambil menenteng kopi dan makanan ringan, mereka duduk berhadap-hadapan. Kepulan asap rokok makin membuat malam itu menjadi indah.
“Bagi kopi dong,” Sela beberapa orang.
Mereka saling bersenda gurau, saling bercerita, saling melempar senyum, sesekali terdengar tawa renyah mereka. mereka pun tak lupa membawa slayer berbagai warna, diikatkan di leher dan lengan. Bertuliskan angka 43, 1, 23 dan lain-lain. Nomor motor tunggangan jagoan mereka.
Tampaknya, malam itu mereka lagi nobar (nonton bareng) GP1. Maklum, nobar di samping sungai, yang kebersihan airnya kurang diperhatikan. Aroma kurang sedap dari sungai tidak mengurangi keharmonisan malam itu. Persaingan lomba balap motor pun segera di mulai. Suara teriakan warga menambah seru suasana. Deru mesin motor begitu memekakkan telinga. Kecepatan lajunya hingga 300 km/jam. Meliuk-liuk melintasi sirkuit yang bentuknya seperti ular tangga. Tidak sedikitpun tampak ketegangan di raut wajah pengendaranya. Bahkan, saat sesi wawancara pasca lomba, mereka mengakui sangat menikmati suasana persaingan. Dan yang pasti, saling respek walaupun harus di akui ada yang terbaik, sang juara. Tak terasa dua jam berlalu, tontonan GP1 pun selesai. Dengan tertib warga membubarkan diri, hanya tersisa beberapa orang yang masih bertahan, sambil nyeruput kopi yang mulai dingin.
Sepanjang malam setelah nobar, aku bertanya pada diri sendiri. Betapa hebatnya mereka. Kecepatan motor secepat kedipan mata. Hitungan di bawah detik. Entah apa itu namanya. Ditopang teknologi kelas tinggi, dalam angle yang berbeda, mampu merekam detail semua aktivitas. Kemampuan kamera di setiap sudut dan kamera drone, makin menyuguhkan tontonan dan memanjakan penikmat GP1.
Seribu satu pertanyaan terbersit dalam diri. Bagaimana seorang pembalap mampu melintasi sirkuit Internasional Mandalika sejauh 116 km, terdiri dari 27 lap, 17 tikungan setiap lapnya, dilahap hanya dalam 41 menit saja. Rata-rata satu lap yang jauhnya 4,5 km, ditempuh dalam limit waktu sekitar 90 detik atau 1,5 menit. Perbandingannya seperti jarak Surabaya – Nganjuk yang 116,5 km, itu pun butuh waktu 3 jam via tol. Tentunya dibutuhkan adrenalin di atas rerata. Waow … Amazing … Luar biasa!!
Tontonan Moto GP memberikan pesan paling dasar dalam mengarungi kehidupan, seperti pembalap melewati kerasnya persaingan dengan para kompetitornya. Pesta juara dilakukan setelah menyentuh garis finish. Artinya, persaingan secara sehat akan terus terjadi di dalam sirkuit. Sikap curang dan tidak respek akan mendapatkan hukumannya. Entah itu dikurangi waktunya hingga terkena pinalti, berupa diskualifikasi dari lomba.
Fokus menjadi kata kunci jika ingin menjadi Sang Champions. Tidak menoleh ke belakang, spion pun tidak terpasang. Artinya, fokus dalam bekerja sesuai dengan profesi masing-masing dengan sikap profesionalitas. Masa lalu adalah pembelajaran, masa depan adalah perjuangan dan cita-cita. Seorang yang hanya tenggelam pada masa lalunya, akan mudah terhipnotis dalam lamunan. Jika menyenangkan, ia akan berandai-andai. Jika menyedihkan, ia akan menjadi pencela. Faidza faraghta fanshab (jika sudah selesai satu urusan, maka berusahalah pada urusan lainnya).
Gunakan strategi kemenangan, artinya disiplin dalam mengatur waktu, dengan mengutamakan skala prioritas, sesuai dengan visi dan misinya. Jika di perusahaan dibutuhkan SOP, maka dalam menjalani hidup pun demikian. Evaluasi etos kerja dan hasil kerja harus dilakukan mandiri, jika ingin mendapatkan hasil yang memuaskan.
Tidak cepat puas dengan hasil balapan, artinya selalu memberikan banyak kemanfaatan dalam hidup. Selalu berusaha lebih baik dan semakin baik.
Imam al-Ghazali berpesan, “Jika terlepas menghitung pahala, melupakan dosa akan menyebabkan seorang tertipu amal sendiri.”
Artinya, jika anda telah melakukan kebaikan, maka segera lupakan dan jangan menceritakan kepada orang lain. Agar keikhlasan anda terjaga, tidak puas diri dan tidak tersandera oleh sikap “keangkuhan religiusitas.” Posisikan diri kita, seakan-akan tidak pernah melakukan kebaikan apapun. Sebaliknya, ingatlah dengan tumpukan dosa, sebagai motivasi membangun mental diri, untuk melakukan banyak kebaikan.
Tidak kenal menyerah sebelum garis finish, artinya jangan pernah putus asa dan menyerah. Hidup masih koma, belum titik. Menjaga motivasi dan semangat. Orang tua dan leluhur kita sering menasehati, sing penting selamet dunia akhirat. Bendera kehidupan terus berkibar. Bagi seorang muslim, spirit hidupnya menggapai ridha dan mahabbah Allah Swt. apapun problem dan rumitnya kehidupan yang dihadapi.
Liman kana yarju Allah wal yaumil akhir.
“Bagi orang yang mengharap (rahmat ) Allah dan (kedatangan)hari kiamat.” (Qs. Al-Ahzab : 21)
Kreator : Arif Budiono
Comment Closed: Sirkuit Internasional Mandalika MotoGP
Sorry, comment are closed for this post.