Adanya Covid-19 perubahan pada siswa sangat besar, baik dari segi positif maupun negatif. Bagaimana segi positif yang dialami siswa-siswaku, perubahan pada siswa – siswaku mengenahi pembelajaran sudah bisa menggunakan IT yaitu bisa menggunakan HP maupun laptop dengan lancar, siswaku dalam pembelajaran dapat menggunakan Google Met, zoom bahkan sudah bisa membuat video dari Canva, Cap Cut, Kinemaster, bisa membuat tik tok dan lain – lain. Bahkan gurunya belum bisa menguasahai masalah pembuatan vedio siswaku sudah lihai. Padahal dalam pembelajaran di era Covid guru dituntut membuat video untuk mempermudah siswa belajar dan memahami materi yang disampaikan dari jarak jauh. Di zaman Covid ini siswa sudah melambung tinggi masalah pembelajaran jarak jauh dengan melalui video yang dibuat oleh guru maupun video yang mereka buat untuk tugas.
Pada pembelajaran di era Covid siswa belajar di rumah dengan guru utama yang mendampingi dalam belajar adalah orang tua sendiri, orang tua juga berperan sebagai guru dalam proses pembelajaran. Jika orang tua mendidik, membimbing, dan mengarahkan anaknya dengan baik tentu siswaku akan menjadi siswa yang baik dan terarah sebagai dampak positif bagi siswa tersebut atas bimbingan orang tua yang baik pula.
Sedangkan dampak siswaku dari segi negatif. Guru merasakan dampak negatif dari era Covid ini sangat banyak, siswaku banyak yang menjadi pemalas, HP hanya dipakai untuk bermaian, bermaian WA, face book, instragram maupun twiter bahkan ngegame yang tidak ada selesai-selesainya. Siswa jarang ada di rumah tapi berada di tempat warung Wi-fi dengan alasan mengerjakan tugas dari guru, apa yang terjadi di warung wi-fi, main game sampai semalam suntuk, di warung wi-fi mereka bertemu dengan anak yang tidak bersekolah, berbuat merokok menjadi ikut-ikutan merok, rambut seperti startrek tidak terawat, pacarana dan lain sebagainya, itu yang dialami siswaku di saat belajar dari rumah. Orang tua yang seharusnya berperan menjadi orang tua maupun menjadi guru pengganti di madarsah/sekolah pada akhirnya belajar jarak jauh atau belajar dari rumah pada kenyataannya orang tua tidak sempat mengontrol anak, orang tua sibuk sendiri, tidak ada kesempatan untuk mndidik anaknya sendiri, ini akan berdampak pada ada anak tidak punya ketaatan terhadap orang tua, tidak punya rasa ibah kepada orang tua, tidak punya rasa betapa sengsaranya orang tua harus bekerja banting tulang, kenyataan ini terjadi pada orang tua yang tidak mampu dalam hal ekonomi. Sebaliknya siswa yang orang tuanya bernota bene mampu dan kaya dalam hal segi ekonomi, namun orang tua tidak sempat memberi arahan dan bimbingan orang tua sibuk sendiri, anak meminta apa saja selalu diberi, sehingga siswaku menjadi anak manja dan pemalas, mengandalkan orang tua yang serba ada membeli apa saja bisa terbeli. Dari orang tua yang mampu bukan jamnian untuk anak menjadi sregep dan semangat ada kalanya anak menjadi liar tanpa control orang tua dan arahan orang tua
Satu tahun kita tinggalkan era Covid yang melanda dunia. Siswaku yang mulai masuk ke madrasah masing-masing dan masih ada yang menggunakan masker dan ada pula yang sudah terbuang tidak lagi menggunakan masker, menganggap Covid sudah berlalu, tinggal dampak Covid pada siswa-siswaku yang banyak membuat kekesalan maupun pelanggaran-pelanggaran pada tatatertib madrasah yang makin meningkat.
Setelah siswaku sudah masuk sekolah dengan normal seperti sedia kala. Mulai bersekolah dengan meningkatkan tatatertib yang masih tertempel di pintu masuk. Jadwal pelajaran sudah mulai untuk diberikan pada siswa, mulailah mendidik, memberi arahan dan membimbing siswa dengan program-program madrasah untuk disampaikan pertama kepada siswaku.
Berlangsung beberapa hari siswaku mulai tampak antara keseriusan dan tidak terhadap belajar maupun prilaku yang ia lakukan di madrasah. Waduh luar biasa dampak sang Covid, siswa perempuanku pakai masker masih dipakai untuk menjaga antar nafas yang tidak sama, pada kenyataanya setelah disuruh membuka maskernya, hem ternya memakailips tik terkadang juga lips gloss, salah satu temuan, wajah tampak glowing ini terjadi pada anak tingakat MTs tidak hanya anak MTs anak SD ternyata tidak jauh berbeda.
Bagaimana dengan anak laki-laki? Anak laki-laki lebih parah lagi mulai dari rambut, merokok di kamar mandi dengan bersembunyi – sembunyi, tidak boleh membawa HP ke madrasah mereka sembunyi – sembunyi, baju tidak dimasukkan seakan sekolah ini bebas seperti di rumah mereka, akhlak mereka sangat menurun prilaku terhadap guru apalagi temannya. Pelajaran jarang ada yang memperhatikan baik anak laki-laki maupun perempuan.
Ku bilang “Anak Covid” ini perlu pendidikan akhlaq yang dimulai dari nol lagi. Luar biasa membuat capek hanya untuk mengingatkan akan prilaku dari pada pembelajaran dengan materi.
Comment Closed: SISWAKU SISWA ERA COVID
Sorry, comment are closed for this post.