KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Aksi » Sore di malam hari

    Sore di malam hari

    BY 19 Jun 2024 Dilihat: 72 kali
    Permulaan Takdir Salju_alineaku

    Badai salju melanda kerajaan Zima, menciptakan lapisan putih yang tebal menutupi tanah dan bangunan. Angin dingin bertiup dengan ganas, menciptakan gemuruh melalui pepohonan karena tekanan angin. Tetapi di dalam istana Cerny hrustal yang hangat dan nyaman, ketenangan terasa menggantung di udara.

     

    Malam itu, Aria Jedlicka, istri dari Alexei sang Vladyka ke-11. Merasakan getir dan gemuruh dalam dirinya. Rasa sakit yang muncul menandakan bahwa saat yang lama dinanti akan tiba. Dengan penuh kehati-hatian, Alexei, membimbing Aria ke ruang kelahiran istana, tempat berbagai generasi penerus telah melihat cahaya untuk pertama kalinya.

     

    “Tenanglah, Aria. Kita bersama-sama menghadapi momen ini,” ucap Alexei dengan penuh kasih sambil mencengkram erat tangan Aria.

     

    Aria tersenyum, meskipun sedikit terengah-engah, “Aku tahu, Alexei. Kita telah menantikan kedatangan anak kita yang akan membawa sinar baru bagi keluarga kita.”

     

    Di dalam ruangan kelahiran, suasana tenang dihiasi oleh nyala lilin yang lembut dan hangat. Belyy Iscelenbe, perawat terampil, bersiap membantu Aria melewati proses kelahiran dengan damai.

     

    Wajah Alexei penuh haru dan kebahagiaan saat melihat istrinya memasuki fase yang menuntut ketabahan dan keberanian. Momen ketika Aria mulai merasakan dorongan untuk mendorong membuat hati Alexei berdebar-debar. Sementara itu, Belyy memberikan bimbingan dan doa untuk memberikan kekuatan kepada Aria.

     

    “Saatnya mendorong, Aria.” kata Belyy dengan suara lembut.

     

    Aria mengambil nafas dalam-dalam, mengumpulkan kekuatannya. Dengan dorongan penuh tekad, ia mulai proses yang akan membawa kehadiran bayinya ke alam Zivotu.

     

    Pada saat yang sama, kilatan cahaya biru muda melingkupi tubuh Aria. Keajaiban energi keseimbangan yang melekat pada keluarga Jedlicka terasa semakin kuat. Alexei menyadari bahwa kelahiran anaknya tidak hanya suatu peristiwa biasa, tetapi juga mengandung keajaiban dari keluarga mereka.

     

    Aria akhirnya melahirkan dengan penuh kegigihan, dan suasana ruangan kelahiran dipenuhi dengan tangisan lembut dari bayi yang baru lahir. Belyy meraih tubuh mungil sang bayi, menyambutnya ke dunia. Sementara itu, Alexei dan Aria saling bertatapan dengan ekspresi campuran antara kebahagiaan dan kelegaan.

     

    Namun, di saat yang penuh keajaiban ini, terjadi kejadian tak terduga. Cahaya biru muda yang melingkupi tubuh Aria dan bayinya tiba-tiba berkilau lebih terang, menciptakan sinar bercahaya yang memenuhi ruangan kelahiran.

     

    Dalam kilau cahaya, entitas kecil dan bersinar muncul di sekeliling sang bayi. Sesosok Angeluc penjaga, dengan sayap berkilauan, mengepakkan sayapnya dan melingkari sang bayi dengan penuh kelembutan. Sebuah sinar matahari yang tak terlihat bersama cahaya bulan bercampur, menciptakan pemandangan yang luar biasa.

     

    “Bayi ini memiliki perlindungan dan berkat dari alam Cristvo Bozije. Dia bahkan membawa kehadiran Angeluc dari alam Cristvo Bozije,” jelas Belyy dengan suara yang penuh penghormatan.

     

    Alexei dan Aria hanya bisa menatap dengan penuh kekaguman dan rasa syukur. Momen kelahiran anak mereka membawa sebuah keajaiban sekaligus kebahagiaan bagi mereka.

     

    Belyy, Alexei dan Aria dengan penuh hormat mengucapkan doa pada Sang Ilahi dan Angeluc penjaga yang melingkupi sang bayi. Cahaya istimewa itu memberikan nuansa keanggunan dan kedamaian yang melibatkan semua yang hadir.

     

    Setelah suasana ruangan kelahiran dipenuhi dengan keajaiban, Alexei, dengan mata penuh kasih, memandang sang bayi yang baru lahir, terbungkus dalam selimut lembut. Cahaya lilin menyoroti wajah kecil sang bayi, memancarkan ketenangan dari dirinya.

     

    “Sangat istimewa,” gumam Alexei, masih terpana oleh momen yang baru saja terjadi.

     

    Aria, lalu menyentuh lengan Alexei dengan lembut, “Apa yang kau pikirkan, sayang?”

     

    Dengan senyuman yang penuh arti, Alexei menjawab, “Nama untuk anak kita yang luar biasa ini. Aku merasa kita perlu memilih sesuatu yang mencerminkan keindahan, keajaiban, dan kehangatan yang baru saja kita saksikan.”

     

    Alexei memandang sang bayi dengan penuh kehangatan. “Ilta,” ucapnya perlahan, hampir seperti bisikan ke dalam telinga sang bayi. “Nama ini memiliki arti ‘sore di malam hari,’ seperti cahaya yang membawa kehangatan di tengah dinginnya kerajaan Zima. Ilta, harapan dan keajaiban kita.”

     

    Aria tersenyum dan mencium kening Ilta, “Ilta… begitu indah. Nama yang cocok untuk sang keajaiban dalam hidup kita.”

     

    Ilta, meskipun masih bayi yang baru lahir, seolah mengerti makna di balik nama yang diberikan oleh ayahnya. Mata putih saljunya bersinar penuh kecerdasan dan kehangatan, seakan-akan meresapi arti kata yang baru saja diberikan kepadanya.

     

    Dengan perasaan haru dan rasa syukur yang memenuhi hati mereka, Alexei dan Aria menyambut Ilta. Saat tubuh mungilnya berada pada pangkuan sang bunda, Aria, cahaya lilin ruangan kelahiran menyoroti kepala Ilta. Rambut hitamnya yang lembut dengan corak putih menyerupai jejak salju yang jatuh di malam yang sunyi.

     

    Alexei, menyaksikan dengan kagum dan kekaguman melihat mata putih Ilta yang bersinar ketika bayi itu memandang dunia untuk pertama kalinya. Mata Ilta, begitu bersih dan murni, mencerminkan keanggunan dan kebijaksanaan dari alam Cristvo Bozije yang memberkati Ilta.

     

    Ilta, si kecil yang membawa sinar baru ke dalam kerajaan Zima. Alexei dan Aria, dipenuhi kekaguman dan rasa syukur, menyaksikan anak mereka yang telah memasuki dunia dengan keistimewaan yang luar biasa.

     

    Ilta, yang masih berada dalam dekapan hangat sang bunda, memancarkan ketenangan dan kehadiran yang menyejukkan hati. Cahaya dari Angeluc penjaga masih memancar di sekelilingnya, memberikan sentuhan sihir pada momen istimewa ini.

     

    Alexei memandang Ilta dengan mata yang penuh kasih, “Kamu adalah harapan dan masa depan kerajaan Zima, keajaiban yang membawa kedamaian di tengah badai salju.” Suaranya penuh dengan keyakinan akan takdir Ilta yang istimewa.

     

    Aria tersenyum lembut, mencium kening Ilta dengan penuh kelembutan. “Kami akan melindungimu dengan segenap kekuatan dan cinta kami, Ilta. Kamu adalah sinar terang didalam kegelapan yang dingin.”

     

    Ilta, kini menjadi lambang harapan dan keajaiban bagi kerajaan Zima. Di Dalam istana Cerny hrustal yang hangat, keluarga Vladyka merayakan kelahiran Ilta dengan sukacita dan penuh keberkahan, menyambut masa depan yang cerah dan penuh cinta untuk sang putra tercinta.

    ***

     

    Alexei Jedlicka adalah seorang pria tinggi dengan rambut hitam legam yang tebal, memberikan kesan keperkasaan dan kekuatan. Matanya yang putih bersinar tajam, seakan-akan memancarkan kehangatan dan kebijaksanaan yang mendalam. Wajahnya tegas dengan rahang yang kokoh, tetapi sering kali terlihat lembut ketika ia tersenyum, terutama saat melihat keluarganya. Pakaian Alexei selalu rapi dan berkelas, mencerminkan statusnya sebagai bagian dari keluarga kerajaan Zima. Dalam momen kelahiran Ilta, matanya yang putih memancarkan kebanggaan dan harapan yang besar.

     

    Aria Jedlicka, istri Alexei, memiliki kecantikan yang anggun dan mempesona. Rambutnya putih seputih salju, panjang dan selalu tersusun rapi, memberikan kesan ketenangan dan keanggunan. Matanya yang hitam pekat penuh dengan kasih sayang dan ketenangan, mencerminkan jiwanya yang hangat dan keibuan. Aria sering mengenakan gaun-gaun elegan yang memancarkan keanggunan dan kehangatan, sangat kontras dengan dinginnya kerajaan Zima. Ketika ia mencium kening Ilta dengan penuh cinta, terlihat jelas betapa besar kasih sayangnya kepada anaknya.

     

    Ilta Jedlicka, sang bayi yang baru lahir, adalah perpaduan sempurna dari kedua orang tuanya, mewujudkan keajaiban dan harapan bagi keluarga dan kerajaan Zima. Rambutnya hitam dengan corak putih, menyerupai jejak salju yang jatuh di malam yang sunyi, menggambarkan kombinasi dari rambut hitam Alexei dan rambut putih Aria. Matanya mencerminkan keunikan yang luar biasa: satu mata hitam seperti mata Aria, dan mata lainnya putih seperti mata Alexei. Mata ini bersinar penuh kecerdasan dan kehangatan, seakan-akan meresapi arti kata yang baru saja diberikan kepadanya.

     

    Rutinitas sang bayi

    Pagi di kediaman Vladyka membawa cahaya hangat ke dalam kamar Ilta yang kini berusia empat bulan. Aria, dengan lembut, membuka pintu kamar dan tersenyum saat melihat bayinya yang masih tertidur pulas. “Selamat pagi, Ilta sayang. Hari ini akan menjadi petualangan yang menyenangkan,” kata Aria dengan penuh kelembutan, sambil mendekati tempat tidur bayinya.

     

    Ilta terbangun dengan tatapan mata yang masih penuh kantuk, tetapi senyum kecilnya seolah memberikan persetujuan. Aria menggendong Ilta dan membawanya ke kamar mandi yang sudah disiapkan. “Ilta, waktunya untuk mandi. Airnya hangat dan nyaman menanti untukmu,” ucap Aria sambil memasukan Ilta ke dalam kamar mandi yang dipenuhi aroma sabun bayi yang harum.

     

    Ilta menikmati momen mandi, tangannya dengan penuh kekaguman meraih gelembung sabun yang berputar di udara. Aria tertawa pelan melihat ekspresi bahagia dari bayinya. Setelah selesai, Ilta digendong kembali ke tempat tidur, dan Aria menyusui bayinya dengan penuh kelembutan. Meskipun belum bisa berbicara, kehadiran Ilta memberikan rasa kenyamanan dan kebahagiaan yang tak terhingga pada Aria.

     

    Di siang hari yang cerah, Alexei pulang setelah menyelesaikan tugasnya sebagai pemimpin Kerajaan Zima. Wajahnya berseri-seri melihat Ilta yang terjaga. “Apa kabar, pangeran kecil? Ayah membawa sesuatu untukmu,” ucap Alexei sambil mencium pipi Ilta. Ilta merespon dengan senyuman yang penuh makna, seolah mengerti apa yang dikatakan oleh ayahnya.

     

    Alexei membawa beberapa mainan berbentuk binatang kecil yang lembut. “Ayo, kita lihat binatang-binatang ini bersama-sama,” ajak Alexei, berusaha membuat Ilta tertawa dengan gerakan dan suara yang lucu menggunakan mainan. Ilta terlihat senang, tangannya berusaha menangkap bayangan mainan tersebut. Tawa kecilnya seolah menjadi musik kebahagiaan di ruangan itu.

     

    Saat waktu sore, Keluarga Jedlicka menikmati berbagai kegiatan bersama Ilta. Setelah sehari penuh dengan canda tawa, mereka berusaha menciptakan momen-momen istimewa untuk sang bayi.

     

    Alexei, Aria, dan Ilta duduk bersama di ruang keluarga yang hangat. Aria membawa buku cerita dengan gambar-gambar yang cerah dan menghibur. “Ilta, kita membaca cerita. Apa yang ingin kamu baca?” tanya Aria sambil menunjukkan berbagai buku di hadapannya.

     

    Ilta dengan gemetar meraih satu buku yang berwarna-warni. Aria membukanya dan mulai membacakan cerita dengan suara lembut. Walaupun Ilta belum bisa memahami sepenuhnya kata-kata, suara sang bunda dan gambar-gambar di buku membuatnya terpesona. Alexei duduk di samping mereka, menyaksikan momen hangat tersebut.

     

    Setelah membaca, mereka beralih ke permainan ringan. Alexei membawa set mainan yang berwarna-warni. “Ayo, Ilta, kita bangun benteng dengan balok-balok ini,” ajak Alexei sambil tersenyum cerah. Ilta, meskipun masih mungil, terlihat bersemangat dan dengan bantuan Aria ia meletakkan balok-balok kecil di atas satu sama lain. Suasana keceriaan dan kebahagiaan mengisi ruangan, menciptakan kenangan yang akan mereka simpan dalam hati.

     

    Ketika matahari mulai tenggelam, keluarga itu pindah ke taman. Mereka membawa Ilta untuk merasakan kelembutan dan keindahan alam di sekitar istana Cerny hrustal. Sebelum ketaman,  Alexei dan Aria menutupi Ilta dengan energi api untuk menjaganya tetap hangat. Mereka berjalan beriringan sambil menggendong Ilta, sesekali menunjuk pada langit yang mulai berubah warna.

     

    “Warna langit yang berubah ini indah sekali, Ilta. Seperti lukisan yang tercipta khusus untuk kita,” ucap Alexei sambil menatap matahari terbenam. Aria menambahkan, “Dan warna langit malam ini, cantik. bukan?”

     

    Ilta, meskipun belum mengerti kata-kata orangtuanya, merasakan kehangatan dalam keluarganya. Suara tawa, bisikan sayang, dan perasaan kasih yang melibatkan Ilta dalam setiap momen.

     

    Saat malam tiba, keluarga itu kembali pulang ke istana dan pergi ke kamar tidur. Alexei membawa alat musik kecil, sementara Aria mempersiapkan tempat tidur Ilta. Mereka merasa beruntung memiliki Ilta sebagai bagian dari kehidupan mereka dan ingin menambahkan sentuhan khusus untuk merayakan keberadaannya.

     

    ” Ilta, kita akan ditemani oleh melodi indah malam ini,” ucap Aria sambil menempatkan Ilta di pangkuannya. Alexei mulai memainkan seruling dengan lembut, menciptakan suara yang menenangkan. Ilta, yang dikelilingi oleh suara musik dan cinta keluarganya, meresapi keindahan malam dengan mata yang mulai mengantuk.

     

    Dengan setiap suara yang dikeluarkan oleh seruling Alexei dan lantunan lembut dari Aria, Ilta merasakan getaran kebahagiaan dan ketenangan. Suasana malam penuh dengan kasih sayang dan harapan akan masa depan yang cerah untuk Ilta.

     

    “Malam ini kita tidur dengan lagu yang penuh kasih, Ilta. Semoga mimpi-mimpimu dipenuhi dengan kebahagiaan,” ujar Aria sambil memeluk bayinya. Ilta, yang sudah mengantuk, menutup mata perlahan. Cahaya lembut dari lampu malam menyinari ruangan, menciptakan atmosfer damai. Alexei dan Aria duduk di samping tempat tidur Ilta, menatap bayi mereka yang tertidur nyenyak.

     

    “Terima kasih, Ilta, karena telah membawa kebahagiaan dalam hidup kita,” ucap Alexei dengan lembut, dan Aria mengangguk setuju. Ilta tidur dengan senyum di wajahnya, meresapi cinta dan kehangatan keluarganya.

     

    Perkembangan 

    Pagi hari terbuka dengan hangatnya sinar matahari yang menyoroti ruangan bermain Ilta. Bayi berusia delapan bulan itu terbangun dan terbaring diatas ranjang, matanya terbuka dengan penuh rasa ingin tahu akan dunia di sekitarnya. Aria, sang bunda, dengan penuh semangat duduk di sampingnya.

     

    “Pagi, Ilta. Hari ini, kita akan mencoba sesuatu yang baru,” ucap Aria sambil tersenyum lembut pada bayinya.

     

    Ilta dengan sukacita merespon, tangannya yang mungil bergerak-gerak mencoba mencengkeram udara. Aria duduk di depannya, memberikan panduan lembut tentang bagaimana merangkak.

     

    “Letakkan tanganmu di depanmu, sayang, dan dorong tubuhmu sedikit ke atas,” bimbing Aria, mengajari Ilta untuk merangkak.

     

    Ilta mencoba meniru gerakan tersebut, namun mata kecilnya lebih tertarik pada mainan di depannya. Aria tertawa ringan melihat sang bayi yang bermain-main.

     

    “Ilta pasti bisa, teruslah mencoba,” ajak Aria, memberikan semangat pada bayinya.

     

    Sementara itu, Alexei, sang ayah, bergabung dalam keceriaan pagi itu. Ia duduk di samping Ilta, menunjukkan wajah lucu yang membuat si kecil tertawa.

     

    “Begini, Ilta. Kamu bisa melangkah maju untuk menggapai sesuatu yang kamu inginkan,” kata Alexei sambil memberikan contoh gerakan.

     

    Ilta, yang semakin bersemangat, mencoba melangkah maju dengan gaya uniknya sendiri. Namun, ia lebih suka duduk dan meraih mainannya daripada merangkak, tetapi setiap upaya Ilta dihargai dengan senyuman penuh kebanggaan dari kedua orangtuanya.

     

    Dalam beberapa hari kemudian, Ilta tiba-tiba menunjukkan minat untuk merangkak. Dengan penuh tekad, ia mulai menjelajahi dunianya yang semakin luas. Aria dan Alexei menyaksikan dengan penuh kebanggaan saat Ilta berhasil mengatasi tantangan baru ini.

     

    “Hebat, Ilta! Kamu benar-benar pintar,” puji Aria dengan sukacita.

     

    Alexei dengan wajah penuh kegembiraan berkata, “Lihat, Ilta, sekarang kamu bisa menjelajahi istana dengan cara yang baru!”

     

    Ilta tertawa kecil, merasakan kegembiraan setiap langkah pertamanya. Dengan dukungan penuh dari orangtua yang penuh kasih, Ilta melangkah ke fase baru dalam perkembangannya.

     

    Hingga beberapa bulan berlalu, Ilta yang kini berusia setahun mulai mengekspresikan dirinya dengan kata-kata pertamanya.

     

    “Buna!” seru Ilta dengan keceriaan.

     

    Aria dan Alexei tersenyum bahagia mendengar kata pertama Ilta.

     

    “Ya, sayang. Bunda di sini. Apa yang ingin Ilta katakan?” tanya Aria sambil mendekat.

     

    “Aya!” seru Ilta sambil menunjuk ke arah sang ayah, Alexei.

     

    “Hebat, Ilta! Kamu mulai bisa berbicara. Apa lagi yang ingin kamu katakan, nak?” tanya Alexei penuh semangat.

     

    Ilta dengan penuh semangat mulai menyebutkan nama-nama mainan dan benda di sekitarnya. Dialog ceria dan tawa kecil Ilta menjadi melodi bahagia dalam keluarga Vladyka. Si kecil yang sekarang bisa merangkak dan berbicara membawa keceriaan dan kebahagiaan bagi kedua orangtuanya dan seluruh kerajaan.

     

    Waktu berlalu, Ilta yang kini berusia sekitar 13 bulan terbaring di tempat tidurnya. Aria, sang bunda, dengan penuh semangat membuka tirai kamar, membiarkan cahaya pagi memasuki ruangan.

     

    “Selamat pagi, sayang. Apa kabar hari ini?” sapa Aria dengan lembut, menyentuh pipi Ilta yang mulai terbangun.

     

    Ilta membuka mata, memberikan senyuman kecil sebagai jawabannya. Aria dengan hati penuh kasih menggendong Ilta dan membawanya ke ruang keluarga. Di sana, Alexei, sang ayah, sudah menunggu dengan tangan terbuka.

     

    “Hari ini kita punya rencana istimewa, Ilta. Ayah dan Bunda akan membantumu belajar berjalan!” kata Alexei penuh semangat.

     

    Ilta, yang selama merangkak dan berjalan sambil berpegangan pada meja atau kursi, menatap kedua orangtuanya dengan penuh semangat.

     

    “Ilta, pertama mari kita berdiri,” ajak Aria sambil memegangi Ilta.

     

    Tangan kecil Ilta meraih jari-jari Aria. Aria berjongkok di depan Ilta, memberikan dukungan dan rasa aman.

     

    “Ingat, sayang, langkah pertama selalu yang paling sulit, tapi Bunda ada di sini untuk mendukungmu,” kata Aria sambil memberikan senyuman lembut.

     

    Ilta, dengan mata bersinar dan tekad di wajahnya, mencoba mengangkat kaki pertamanya. Beberapa kali ia berusaha, kadang-kadang tubuhnya bergoyang akibat kesulitan berdiri, tetapi dengan dukungan penuh dari kedua orangtuanya, Ilta mulai berhasil berdiri dengan mantap.

     

    “Bagus, Ilta! Kamu luar biasa,” ucap Alexei sambil memberikan tepuk tangan kecil pada Ilta.

     

    Aria bergerak perlahan, mengajak Ilta berjalan ke arahnya. Ilta melangkah pelan, masih merasa belum terlalu yakin. Namun, dengan setiap langkah kecilnya, Ilta semakin memahami gerakan berjalan.

     

    “Ilta, mari ke pelukan Bunda.” ajak Aria sambil membuka pelukannya.

     

    Ilta merespon dengan gembira, “Bunda!” serunya kecil, mulai melangkah perlahan menuju Aria. Kedua orangtuanya bersorak kecil melihat pencapaian Ilta dalam berjalan.

     

    “Kamu sangat luar biasa, Ilta! Kami bangga padamu,” kata Alexei sambil mengangkat Ilta ke udara dengan penuh kasih.

     

    Momen itu penuh kebahagiaan dan kebanggaan. Ilta, dengan langkahnya yang mungil, mulai menjelajahi dunianya. Keluarga itu, bersama-sama, menyaksikan perkembangan Ilta dalam perjalanan hidupnya.

     

    Hari-hari berikutnya diisi dengan latihan berjalan yang lebih banyak. Ilta, dengan semangat dan ketekunan, terus berusaha hingga akhirnya dapat berjalan tanpa bantuan. Setiap langkah kecilnya menjadi alasan bagi keluarga Jedlicka untuk merayakan dan mengukuhkan ikatan keluarga yang penuh kasih dan dukungan.

     

    Ilta yang semakin mahir berbicara dan aktif, kini menjadi pusat perhatian dalam kehidupan keluarga Vladyka. Setiap pagi, Ilta bangun dengan senyum ceria, menyapa orang tuanya dengan kata-kata sederhana yang dipelajarinya.

     

    “Pagi, Bunda! Pagi, Ayah!” sapa Ilta dengan riang.

     

    “Pagi juga putra bunda dan ayah,” jawab Aria dan Alexei yang selalu memberikan sambutan hangat, dan menyemangati setiap perkembangan Ilta. Hari-hari mereka diisi dengan berbagai kegiatan yang memicu perkembangan si kecil.

     

    Sore hari adalah waktu yang paling dinanti-nanti. Aria sering membawa Ilta ke taman istana, memberinya kesempatan untuk bermain. Dan sebelum bermain di luar, Ilta selalu dibalut oleh energi api untuk menjaganya tetap hangat.

     

    Ilta, yang kini bisa berjalan dengan lancar, sering kali berlari-lari kecil di antara bunga-bunga yang tertutup oleh salju.

     

    “Ayo, Ilta, kita bermain dengan bola. Lihat seberapa jauh kita bisa melemparkannya!” ajak Alexei sambil menggenggam bola kecil.

     

    Ilta berusaha mengikuti, melangkah maju dengan serius, dan melempar bola dengan penuh semangat. Bola kecil itu meluncur beberapa meter, disambut tawa kecil dari kedua orangtuanya.

     

    “Sekarang giliran Ayah!” seru Alexei sambil memperlihatkan teknik melempar yang lucu menggunakan energi angin. Ilta tertawa melihat ayahnya yang membuat gerakan hebat tersebut, “Ayah keren! Bolanya, terlempar jauh!” Katanya penuh semangat.

     

    Setelah bermain, mereka duduk di meja taman, menikmati matahari terbenam. Aria membawa buku cerita kecil, dan mereka membacanya bersama-sama di bawah bayangan pohon.

     

    Selesai membaca buku, Aria berkata, “Bagaimana dengan hari ini, Ilta? Apa yang paling seru menurutmu?” tanya Aria sambil tersenyum.

     

    Ilta dengan semangat menjawab, “Bola! Bunga! Salju!”

     

    Tidak lama berselang matahari mulai terbit dan waktu malam telah tiba, ritual tidur Ilta dimulai dengan penuh kelembutan. Aria menyanyikan lagu-lagu lembut sambil memeluknya, menciptakan suasana yang menenangkan bagi Ilta.

     

    “Ayah, baca cerita?” pinta Ilta pada sang ayah, sambil menunjuk sebuah buku cerita.

     

    Alexei kemudian mengambil buku cerita favorit Ilta. Mereka duduk bersama di tempat tidur, membuka buku, dan mengikuti petualangan cerita sebelum memasuki dunia mimpi.

     

    Hari demi hari, Ilta terus tumbuh dan berkembang. Keluarga Jedlicka menjadi saksi dari petualangan Ilta dalam menjelajahi kehidupan. Dimulai saat langkah pertamanya hingga kata-kata pertama Ilta, setiap momen membentuk kenangan yang penuh kasih.

     

    Kreator : Ry Intco

    Bagikan ke

    Comment Closed: Sore di malam hari

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021