Suami Nempel Terus Selama Haji, kisah seorang istri yang sebelum pergi haji, selalu dijauhi suami
Kita mungkin banyak mendengar kisa istri yang disakiti oleh suaminya atau sebaliknya. Dari cerita tersebut, banyak juga yang memilih berpisah dan tidak bertahan. Namun, kisah berbeda dialami oleh Ibu Nunik (58) dan Pak Bejo (61). Walau sakit dan selalu dihina, Nunik menahannya dan bersabar karena ingin anak-anaknya tetap dalam pengawasan kedua orangtua. Tidak banyak orang kuat seperti Nunik, namun inilah buah manis kesabarannya.
Semua jamaah nampak bingung pada pasangan pasutri ini. Kemana istrinya pergi, Pak Bejo selalu membuntuti. Bahkan seperti anak kecil, manjanya. Bagi para pasangan muda, tingkah Pak Bejo bikin ilfil. Kemanapun ia selalu ingin menggandeng istrinya. Berada di sisinya bahkan makan juga ingin disuapi. Pada suatu kesempatan, saat sholat berjamaah di Masjidil Haram, mereka harus berpisah, karena shaf laki-laki dan wanita terpisah. Bu Nunik bercerita bagaimana kisah cinta mereka. “Mohon maaf ya, atas tingkah laku suami saya yang kaya bocah itu. Tadinya dia tidak seperti itu loh, dia benci sekali dengan saya, bahkan sepertinya dia jijik,” cerita bu Nunik.
Pernikahan Nunik dan Bejo akibat dijodohkan oleh kedua orangtua mereka. Kebetulan, keluarga Nunik cukup terpandang dan memiliki banyak aset. Bejo adalah pria yang tinggi tegap, berkulit sawo matang. Nunik, wanita yang berkulit gelap, tubuhnya mungil serta wajah yang biasa saja. Awalnya pernikahan mereka biasa saja, namun saat orang tua Nunik meninggal dan aset keluarga dibagi-bagi, bertepatan dengan pekerjaan Bejo yang diterima di Jakarta. Bejo bekerja sebagai buruh bangunan. Dia cukup handal mengerjakan tugas-tugasnya. Berbekal uang warisan orang tua Nunik, mereka mengadu Nasib di Jakarta, membeli sebidang tanah dan membangun warung. Selama menjadi istri, Nunik sangat sabar dan patuh. Sebaliknya Bejo sangat temperamen, bicaranya teriak-teriak, dan sering memaki istrinya. Walau tidak pernah main tangan, namun Nunik merasa tidak nyaman jika dimaki-maki Bejo. Setelah kelahiran anak pertama, Bejo makin jarang di rumah. Di pergi membangun rumah, kadang pulang 1 bulan, atau 2 bulan sekali. Nunik tidak pernah mengeluh. Sebagai ibu dan pedagang, ia sangat aktif dan lincah. Uang Nunik banyak! Ia juga tidak pernah minta uang pada suaminya. Namun setiap suaminya pulang, Nunik selalu menyambutnya dengan ramah.
Hingga mereka punya anak 3 orang, kehidupan masih seperti itu. Warung Nunik bahkan makin berkembang. Kini ia punya 3 toko kelontong yang ramai pembeli. Walau tidak pernah meminta uang pada suaminya, Nunik tetap melayaninya sepenuh hati. Menyediakan baju bersih, makanan dan menemani sang suami jika ada di rumah. Bejo masih juga bersikap dingin, hingga akhirnya anak-anak mereka tumbuh besar. Anak pertama mereka berhasil kuliah dan bekerja di Jepang. Setelah anak-anak makin besar, Nunik merasa ia mulai mendapatkan perlindungan. “Setelah anak-anak saya besar, Bapak tidak pernah bentak-bentak saya lagi. Pernah lagi makan bersama, tehnya kurang panas. Lalu saya dibentak. Anak saya yang kedua langsung bentak balik Bapaknya, selama ini gak ada yang pernah berani sama suami saya. DIbentak anak, dia kaget juga,” cerita bu Nunik. Anak bu Nunik yang pertama dan kedua adalah laki-laki, sementara yang terakhir Perempuan. Anak laki-lakinya berpeawakan tinggi besar seperti Pak Bejo, sementara anak Perempuan mungil seperti bu Nunik. “Suami saya gak berani sama anak saya yang kedua. Karena badannya lebih gede dari dia. Tingginya 180 cm, juga jago bela diri, hehehe.”
Setelah usia tua, Pak Bejo mulai sakit-sakitan dan makin tergantung pada keluarga. Anak pertama yang sudah mapan itu, mengusulkan agar berangkat haji. Semua biaya ditanggung olehnya. “Pergi haji ya ibu dan Bapak, tapi Pak, jagain ibu. Jangan sampai ibu disakitin terus,” begitulah kira-kira pesan anaknya. Barangkali melalui ucapan dan kesabaran anaknya pulalah yang membukakan hidayah pada Pak Bejo. Ia jadi lebih banyak di rumah. Membetulkan rumah, masjid, musholla. Nada suaranya tidak lagi tinggi dan yang mengejutkan ia selalu ingin menggandeng istrinya kemana-mana.
Setelah mengetahui kisahnya, para jamaah lain jadi terharu dengan kesabaran dan ketaatan Bu Nunik.Wajar jika anak-anaknya berhasil, karena ditempa oleh ibu yang super.
Kreator : Nurhablisyah
Comment Closed: Suami nempel terus selama haji
Sorry, comment are closed for this post.