“Bu, kenapa sujudnya lama sekali? Saya sudah sudah membaca bacaan shalat ketika sujud itu tiga kali. Memangnya Ibu berapa kali membacanya? Sepuluh kali, dua puluh kali apa tertidur ya?” Tanya seorang anak bernama Gemi kepada ibunya yang baru selesai sholat.
Tampaknya Sang Ibu lupa kalau sholat berjamaah dengan anaknya yang masih kecil. Biasanya kalau sholat sendirian bisa sesuka hati mau lama, mau lambat atau cepat. Namun jika dia sedang berjamaah maka dia akan mempercepat sholatnya seperti sholat berjamaah pada umumnya.
Menyadari bahwa anaknya merasa bosan dan penasaran juga Sang Ibu tersebut duduk membalikkan badannya ke arah anaknya yang tetap mengikuti ibunya sujud lama.
Dipeluknya anaknya sambil dicium pipinya kiri kanan.
“Oya, maaf ya ibuk tadi lupa kalau sedang berjamaah sama Gemi. Ibu mau cerita sedikit nich. Gemi mau mendengarkan kah?” tanya ibunya menghidupkan suasana sekaligus menghibur hati anaknya yang sedikit ngambek karena ibunya sujud lama.
“Ceritanya apa, panjang apa pendek ceritanya? Kalau lama Gemi tak mau lah Bu, Gemi mau segera main kucing. Gemi mau sepedaan keliling-keliling sambil membawa si kucing kecilku di dalam tas. Seperti kemarin itu lo Bu.” Jawab si Gemi menawar nasehat ibunya.
“Oke lah, Cuma sebentar aja kok. Begini lo, beberapa hari ini ibu sholat subuh berjamaah di masjid itu ndilalah tempatnya berdekatan atau bersebelahan dengan bu Nuri. Nah, saat sujud itu Ibu lihat Bu Nuri sujudnya ngambang. Maksudnya dia sujud tetapi jidatnya, hidungnya, atau wajahnya tidak menyentuh sajadah atau lantai. Jadi dia sujud tetapi ditahan oleh kedua tangannya. Wajahnya berjarak sekitar 5 cm dari sajadah tempat sujud. Saat melihat itu ibu juga kaget, lho kenapa itu Bu Nuri sujudnya kok seperti itu. Begitu ibu bertanya sendiri dalam hati. Tapi ibu juga tetap saja meneruskan sholat. Walaupun sambil menahan rasa penasaran. Sedangkan Ibu tidak berani tanya kepada Bu Nuri. Takutnya Bu Nuri nanti tersinggung. Jadi Ibu diam saja. Keesokan harinya juga sama seperti itu. Sampai beberapa hari kemudian.” Ibunya menceritakan pengalamannya yang didengarkan dengan seksama oleh Gemi.
“Melihat keadaan seperti itu kita tahu betapa nikmatnya dan betapa bahagianya kita bisa sujud dengan menaruh jidat dan wajah di lantai. Kalau sujud ngambang seperti itu pasti kurang nyaman, kurang tenang, dan ada sakit yang dirasakan. Maka dari itu kebahagiaan seseorang itu tidak bisa diukur dengan kebahagiaan orang lain. Karena masing-masing orang memiliki rumus bahagianya sendiri-sendiri. Bagi orang yang sulit untuk sujud, kebahagiaan tak terhingga baginya jika ia bisa sujud dengan sempurna. Iya kan?
Ibunya menambahkan penjelasan dan pencerahan untuk anaknya. Sekaligus nasehat yang baik untuk dirinya juga.
Mendengar keterangan yang begitu mendalam si Gemi sampai terkesima dan tidak terburu-buru lagi untuk bersepeda keliling dengan menggendong si kucing di menggunakan tas sekolahnya.
#########################
Kreator : Endah Suryani, S. Pd AUD
Comment Closed: SUJUD LAMA
Sorry, comment are closed for this post.