KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Sujudku Terjawab

    Sujudku Terjawab

    BY 27 Sep 2025 Dilihat: 12 kali
    Sujudku Terjawab_alineaku

    Seharian ini aku menyibukkan diri didapur, dirumah sederhana di daerah transmigran pinggiran kota Gorontalo. Semenjak kematian suamiku, ku putuskan untuk kembali tinggal disini dan mengurus sawah ladang milik keluarga turun-temurun, meninggalkan rumah kecil di kota dimana aku mengasuh anak-anakku.  

    Rendang dan nasi bungkus resep turun temurun dari jawa adalah andalanku di setiap buka puasa terakhir bulan Ramadhan. Aroma bumbu rendang yang komplex berpadu dengan bau daun khas dari nasi bungkus yang sudah sejak subuh direbus, membangkitkan kenanganku bersama anak-anak. 

    Aku hanya dianugerahi seorang anak kandung, Sudarman. Ia kini sudah dewasa, bekerja di kota dan sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak perempuan yang cantik. Selain Sudarman, aku punya seorang putra yang lain, yang bukan lahir dari rahimku. Tapi, aku diberkahi dengan kesempatan mengasuhnya sejak umur 3 bulan sampai ku tinggalkan, pindah ke rumah ini saat ia sudah SMA. Namanya Albert. Anak laki-laki dari keluarga Kristen, yang dipercayakan oleh orang tuanya untuk ku asuh. Dan aku sangat menyayanginya, layaknya sayangku pada Sudarman. Demikian juga A’a Darman, demikian panggilannya, ia juga menyayangi Albert layaknya mereka saudara kandung. Tidak ada batas yang menghalangi kasih sayang kami, walaupun kami berbeda Agama. 

    Sudarman biasanya datang mengunjungiku bersama istri dan anaknya, paling tidak sebulan sekali saat weekend. Saya maklum, mereka datang hanya bersepeda motor dan menempuh 3-4 jam untuk tiba di sini. Dan di penghujung Ramadhan ini, mereka sudah tiba sejak pagi dan masih setia menjalankan puasa walaupun menempuh perjalanan yang panjang selepas shalat subuh tadi. 

    Kehadiran Sudarman bersama istri dan anaknya selalu membawakan kebahagiaan dan keceriaan bagi dunia ku yang sunyi di pinggiran kota yang sunyi ini. Namun, kali ini rasanya masih ada ruang rindu yang kosong yang sudah beberapa tahun tak terisi. Walau diri ini ku sibukkan dengan segala persipan Ramadhan, namun dalam sujudku selalu ku doakan agar anakku Albert bisa berkumpul bersama dengan kami di hari raya kali ini. 

    Mungkin sudah ada empat tahun atau lima kali Lebaran, Albert tidak datang mengunjungiku. Aku paham, kini ia sibuk dengan pekerjaannya. Albert sibuk mengejar impiannya. Namun, beberapa waktu lalu, Mama kandung Albert meninggal dunia. Aku yang ringkih ini tak sempat pergi melayat ke kota, karena saat itu sementara dirawat di Rumah Sakit. Aku tahu, Albert pasti sangat kehilangan mamanya. 

    Kulihat Sudarman dan anaknya bermain di halaman, sambil memetik jeruk Bali yang sudah matang. Istri Sudarman masih berkutat menata kue kering dalam toples. Sudah hampir waktunya berbuka puasa, yan terakhir di tahun ini. Sebentar lagi kami akan merayakan Hari Kemenangan. Namun, hati ini masih gundah. Rasa rinduku pada Albert seakan membatalkan Kemenangan yang sudah di depan mata. 

    Kumandang adzan terdengar dari pengeras suara masjid, Sudarman bergegas mengambil sarung dan pecinya, segera mengambil wudhu. Diikuti istri dan anaknya dan juga aku, kami bergegas masuk ke kamar, menggelar sajadah masing-masing menunaikan shalat. Selesai shalat Magrib, aku masih bersimpuh diatas sajadahku. Melantunkan doa yang sama dari hari ke hari. Mendoakan kesehatan, kesejahteraan dan kebahagiaan anak-anakku. Di sela doaku, ku dengar ketukan di pintu, namun tidak ku gubris karena tahu ada Sudarman atau istrinya yang sudah keluar kamar lebih dahulu tadi. Aku hanyut dalam permohonanku, mengutarakan besarnya rinduku pada Albert dan keinginanku untuk memeluknya. Air mata tak bisa ku bendung, isakku ku tahan sebisa mungkin, sambil mengakhiri doaku. 

    Lutut tuaku yang tak lagi bergerak lincah membuatku agak susah untuk berdiri. Masih sambil duduk ku buka mukenah yang ku kenakkan, dan berusaha menopang diri dengan tangan untuk berdiri. Tiba-tiba, sepasang tangan yang lebar dan hangat, merangkul dan mengangkatku, membantuku berdiri. 

    Dengan harapan membuncah di dadaku, kubalikkan badan dan kupeluk erat leher tinggi dan kokoh itu. Tanpa harus melihat wajahnya, aku tahu itu anakku. Albert!

    Tubuh tinggi tegapnya kini ada dalam pelukannku. Sungguh hadiah Kemenangan yang indah ku terima. Sujudku di jawabNya. 

    “Abe pulang, Mak,” katanya lirih, penuh dengan luapan emosi. 

    “Welcome home, lilBro! Kira ley ngana so nintau ni rumah? Nda ilang jalang jo tadi?” sembur Sudarman sambil merangkul kami. 

    “Ini Mang Abe, Pak?” tanya putri kecilnya, yang hanya kenal Amangnya dari cerita bapaknya. 

    “Iya Neng, ini Mang Abe. Dulu torang so pernah bakudapa, mar waktu itu ngana masih bayi, jawab Albert sambil menggendong putri Sudarman. 

    “Ayo, botram. Somo dingin tu rendang dengan nasi bungkus di meja, ngoni cuma da cuek akang,” kata Emak dengan logat gado-gado Sunda-Manado. 

    Nda mungkin lah, Mak. Depe bobow itu yang kase tunjung jalang kamari tadi. Klo so dapa ciong ni rendang pe bobow, so nda mo nyasar kita pulang, biar so lama nda datang kamari,” kata Albert diikuti tawa riang seisi rumah. 

    Meja makan yang biasanya kosong, kini penuh dengan makanan dan para garis keras penikmat rendang dan nasi bungkus buatan Emak yang lezatnya tiada tandingan. Doa yang terjawab, rindu yang terobati, keluarga yang harmonis dalam perbedaan, adalah Kemenangan yang penuh kenikmatan bagiku dan keluarga kecilku ini. 

     

     

    Kreator : Vidya D’CharV (dr. Olvina ML.L. Pangemanan, M.K.M.)

    Bagikan ke

    Comment Closed: Sujudku Terjawab

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021