KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Surat Pertama Untukku

    Surat Pertama Untukku

    BY 30 Des 2022 Dilihat: 149 kali

    Oleh : Nyi Ai Tita

    Pukul enam empat puluh lima aku tiba di sekolah. Kemudian masuk kelas menuju tempat duduk. Seperti biasa aku bersihkan dulu meja dan kolong meja. Takut ada sesuatu atau sampah. Biasanya bersih sih, tapi pas aku lihat ada kertas dilipat dengan rapi.  

    Aku coba ambil kertas tersebut. Aneh ada tulisan, “Tuk Mia!”

    Jidatku langsung mengerut dan bertanya. “Lha ko untuk aku, dari siapa  yah?” 

    Ah males membacasnya. Biarin aja. Emang gua pikirin. Kemudian aku biarkan surat itu di bawah meja.

    Bel berbunyi, sebagai tanda masuk. Aku seperti biasa mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Pas istirahat, temanku bilang, “Miaa itu ada kertas seperti surat!” 

    Aku langsung kaget.

    “Surat apa?” aku balik nanya dan pura-pura tidak mengerti kebetulan lupa juga terhadap kertas yang berada di dalam meja. Nampak kelihatan dari bangku belakang oleh temanku. 

    “Coba lihat?” ungkap temanku.

    “Enggaklah, aku tidak tahu apa-apa?” jawabku.

    “Coba ambil Mia!” Ungkap temanku sambil keluar bangku dan mengambil kertas tersebut. 

    Aku kaget kertas seketika sudah berada di tangannya. Temanku bilang, “Ini buat kamu Miaa!” 

    Aku terdiam belum mengerti sebetulnya apa isi tulisan tersebut. Lagian aku tak peduli apa isinya. Karena aku ingin tetap belajar konsen. Tidak mau terganggu oleh siapapun dan masalah percintaan di usia remaja.

    Dia membacakan isi surat tersebut. Isinya mengungkapkan bahwa dia, kagum kepadaku. Menurutnya, aku wanita anggun, baik, dan rajin di sekolah. Pokoknya dia mengungkapkan bahwa aku berbeda dengan perempuan lain. Karena itu, “Aku ….kamu!” ada gambar love gitu. 

    Lagian itu surat hanya ada tandatangan tanpa nama. Aku tak peduli mau ada nama atau tidak yang jelas tidak mau punya sahabat khusus dulu pada waktu itu.

    Aku tetap ingin konsentrasi dulu belajar. Seandainya ada biarkan aja karena yang tahu jodoh aku siapa-siapanya  hanya Allah. Kalau sudah jodoh nanti juga pasti akan dipertemukan.

    Sebetulnya sih ingin punya kekasih tapi rasa takut lebih dominan. Takut oleh orangtua walau orangtuaku sendiri tidak pernah marah atau menegur ketika ada salam dari lawan jenis.

    Aku tidak mau orangtuaku resah melihat aku punya kekasih. Lebih baik cari amannya saja. Selain itu bagiku merasa rugi memikirkan yang masih bukan hakku. Lebih baik pokus-pokus. 

    Aku yakin jodohku sudah ditetapkan. Entah siapa. Pasti suatu saat nanti pasti dipertemukan. Lagian takut kebablasan padahal belum tentu dia jodohku. Menurutku pada waktu itu rugi besar. 

    Itulah pengalaman pertama mendapat surat di kolong meja. Surat dari kertas yang dilipat rapi. Tapi aku tidak tertarik sedikitpun. Bahkan ingin sekali merobek dan membuang surat tersebut. 

    Separah itukah aku pada waktu usia sekolah menengah pertama. Lagian aku pada waktu itu lagi seneng ikut kajian-kajian remaja masjid. Sedang semangat-semangatnya belajar tentang agama yang aku pegang. 

    Allhamdulillah aku bisa pokus sampai usia sekolah menengah atas. Walaupun banyak sekali rintanga dan godaan di masa remaja. Namun berusaha untuk pokus.

    Seiring usiaku semakin dewasa terpikirkan juga siapa yang akan menjadi pendamping nanti. Akhirnya mulai membuka diri dan membuat kriteria. Untuk menjadi calon pendamping hidup. 

    Tak disangka tak diduga dikira jodohku tidak jauh dari temanku yang biasa bareng di organisasi. Bahkan di antara temanku ada yang menyatakan bahwa dia mencintaiku. Tapi hanya sebatas lewat teman. 

    Suatu hari aku dapat buku bacaan dari teman baru di sebuah remaja masjid. 

    “Teh Mia ada buku isinya bagus, mungkin Teteh mau baca?” Ungkap dia menawarkan. 

    Aku langsung menyahut, “Buku apa Kak?”

    “Nanti Teteh baca aja sendiri biar tambah jelas dan yakin!” ungkapnya.

    “Boleh-boleh, mana bukunya?” Tanyaku.

    Dia mengambil buku ukuran A5. Buku cantik berwarna pink keungu-unguan yang bercover indah sekali. Dia memberikan buku tersebut.

    “Ini Teh bukunya!” 

    “Terima kasih Kak nanti aku baca!” Aku langsung menerimanya.  

    “Teh bacanya bisa di rumah yah…!”” pinta dia.

    “Baik Kak, makasih yah!” 

    “Selamat membaca Teh Mia semoga suka. Kakak pamit dulu yah!” ucapnya pamit.

    “Assalamualaikum….!”

    “Waalaikumsalam…!”

    Beres kegiatan sekitar pukul  sembilan tiga puluh aku dan sahabat-sahabat pulang ke rumah masing-masing. Sebelum tidur aku ingat si kakak meminjamkan buku. 

    Kucoba buka buku tersebut yang di bungkus pelastik sangat rapi dan bersih seperti karakter yang meminjamkanya. Pas kubuka ternyata ada sepucuk kertas surat berwarna yang cantik bergamabr bunga. 

    Lha ko ada kertasnya. Sepertinya surat. Ada tulisan yang cukup panjang dan sangat rapi sekali. 

    Tulisannya seperti ini, “Teruntuk Dinda Mia di Tempat!”

    Maaf Dinda mengganggu waktunya…bla bla  bla isinya. Membuatku kaget dan tidak bisa tidur. Sampai itu surat diulang-ulang lebih dari sepuluh kali membacanya. Takut salah dan lain sebaginya. 

    Tapi benar, surat itu ditujukan kepadaku. Setelah membaca surat tersebut pikiranku melayang-layang tak karuan. Bahkan senyum-senyum sendiri. Hati berbunga-bunga rasanya bagaikan mimpi.

    “Ko bisa yah, masa iya, duuuh gimana ini. Aku tak bisa tidur waktu sudah menunjukkan pukul satu malam!” ungkapku dalam hati. 

    Rasa ini sangat bahagia sekali. Baru pertama kali mendapatkan surat serapi dan seindah ini begitu juga tulisannya.  Betul surat ini memberikan energi dosis tinggi untuk jiwaku.

     

    Tugas ke-7_Nyi Ai Tita

    Bagikan ke

    3 Komentar Pada Surat Pertama Untukku

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021