KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Swastamita

    Swastamita

    BY 01 Okt 2024 Dilihat: 88 kali
    Swastamita_alineaku

     Bersamamu aku menemukan kebahagiaan. Walau itu hanya sesaat karena tertutup banyaknya kehaluan dalam hidupmu. Cerita-cerita tentang kesuksesan dan  kemakmuran itu hanya karangan semata. Entah apa yang ada di pikiranmu sampai menjadi pembuat skenario terpanjang dan berhasil membuatku berantakan.

    Aku tidak tergiur dengan harta yang engkau telah janjikan meskipun pada akhirnya itu hanya kepalsuan. Aku menerimamu sebagai sosok yang perhatian yang mencoba meratukan pasangan. Namun sayangnya, semua itu hanya bagian dari skenario-mu untuk menyandarkan hidupmu padaku. 

    Aku wanita yang bermimpi menjadikan pernikahan yang terakhir dan melangkah bersama-sama menikmati sisa usia. Seperti impianku yang pernah kuceritakan padamu. Namun, aku harus ikhlas menerima takdir yang tidak sesuai dengan harapanku.

    Tinggal di sebuah desa dan menjauh dari hiruk pikuk kota. Menjalani kehidupan yang dekat dengan alam seperti bercocok tanam dan berternak adalah impianku di saat dipertemukan kembali dengan seseorang untuk menjadi imamku. Namun semuanya hanyut oleh semua kehaluannya. Aku tidak menyalahkan dia sepenuhnya. Mungkin ini cara Tuhan mencintaiku, agar aku tidak pernah menduakan cinta-Nya.

    Duduk berdua di suatu warung kecil di Ketep Pass, Magelang. Menikmati sepiring pisang goreng dan es teh manis menjadi kenangan terakhir sekaligus waktuku untuk memantapkan diri meninggalkanmu. Pemandangan jajaran pegunungan dan lahan pertanian bisa kulihat dari segala arah begitu indah namun tak seindah jalan kita. 

    Semua rasa ku pertaruhkan antara rasa malu, kesedihan, harga diri untuk kembali ke rumahku meninggalkanmu sendiri di kota itu. Sudah beberapa hari aku memantapkan langkah dan keputusanku. Mentalku sudah kamu hajar habis-habisan tapi aku tidak ingin mengadukanmu kepada Tuhanku. Tugasku hanya menumpahkan kesedihan dan rasa sakitku. Tak tega rasanya jika kamu mendapatkan balasan akibat ulahmu yang sudah menghancurkanku, orang yang telah mati-matian berjuang, mempertahankan dan membelamu.

    Kini sudah delapan bulan lebih, cukuplah sudah cerita kita berakhir dan jangan pernah kamu kembali menyapaku yang malah menjadi rasa perih pada lukaku ini. Berdoalah untuk dirimu sendiri karena aku sudah tidak bisa mendoakanmu lagi agar masih diberikan kebaikan. Teramat sakit diri ini. Di saat aku terpuruk, di saat aku sedang berjuang menyembuhkan lukaku, di saat aku sedang berjuang menyelesaikan hutang akibat dari ulahmu bukan simpati yang kudapat malah kamu membuat luka-luka yang baru.

    Ketep Pass, menjadi kenangan indah yang terdalam dan terakhir. Disitulah aku pertaruhkan semua perasaanku. Namun tak perlu lagi kuingat karena semua sudah berlalu. Keindahan matahari di tengah jajaran pegunungan itu perlahan juga memulai tenggelam bersama tenggelamnya keinginan untuk terus bersama sampai ajal menjemput.

    Aku tahu kamu pasti tidak menyiapkan mental untuk kepergianku. Mungkin tidak adil dimana aku telah menyiapkan mentalku untuk pergi dan pertarungan rasa ini di dalam hati. Namun itu tak sebanding dengan rasa sakit yang kamu perbuat padaku. Semua baktiku berhenti di kota itu termasuk semua perhatian dan hormatku padamu.

    Bukan kamu saja yang bergelut dengan kerasnya takdir, aku pun demikian. Mati-matian berdiri dari keterpurukan setelah kamu hajar habis-habisan mentalku dan ekonomiku. Jangan, jangan pernah kamu bilang lagi ini kesalahanku yang tidak keras padamu. Itu bukan tugas makmum untuk keras. Tugasku hanya mengingatkan, jika peringatan tak dihiraukan artinya kamu harus siap atas semuanya. 

    Aku bukan ibumu yang setiap kesalahan akan ada maaf. Baik buruk anaknya akan selalu ada maaf. Aku wanita biasa yang mempunyai ambang batas dan aku tidak ingin mempertaruhkan kehidupanku, dua anakku dan ibuku untuk terus bersamamu. Semakin aku bersamamu, semakin hancur segalanya.

    Derasnya air mata di atas sajadahku bukan berarti aku menginginkan hal buruk terjadi padamu. Namun itu semua keluh kesahku padaNya untuk meringankan beban hatiku. Aku tidak ingin ada sumpah serapah untukmu yang keluar dari mulutku. Tapi aku juga sudah tidak ingin mendoakanmu. Berdoa dan berdirilah sendiri, wujudkan keinginanku untuk bisa melihatmu menjadi orang yang baik sebelum berakhirnya umurku.

     

     

    Kreator : Utari Ningsih

    Bagikan ke

    Comment Closed: Swastamita

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021