KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Tai di Jalan: Sebuah Kisah Tentang Kepedulian

    Tai di Jalan: Sebuah Kisah Tentang Kepedulian

    BY 06 Jul 2024 Dilihat: 591 kali
    Tai di Jalan_alineaku

    Di sebuah desa kecil yang tenang dan damai, kehidupan berjalan lambat dan teratur. Desa itu dipenuhi oleh orang-orang yang ramah, yang saling mengenal satu sama lain. Namun, suatu hari, sebuah peristiwa kecil mengubah suasana desa yang biasanya damai menjadi sedikit tegang.

     

    Di tengah jalan utama desa, sebuah tai muncul entah dari mana. Mungkin itu berasal dari seekor anjing liar, atau mungkin dari hewan ternak yang lepas dari kandang. Tai itu tergeletak begitu saja di tengah jalan, menebarkan bau yang tak sedap.

     

    Reaksi Para Penduduk

    Setiap pagi, penduduk desa melintasi jalan utama ini untuk pergi ke pasar, bekerja di ladang, atau sekadar berjalan-jalan menikmati udara segar. Namun, pagi itu, sesuatu yang tidak biasa terjadi. Orang-orang mulai mengerutkan hidung mereka, mengeluh, dan mengumpat tentang bau yang menyengat.

     

    Seorang pria bernama Pak Budi, yang biasanya selalu tersenyum ramah kepada semua orang yang ditemuinya, kini tampak kesal. “Siapa yang tidak bertanggung jawab membiarkan kotoran ini di sini?” serunya. “Bau sekali! Ini mengganggu aktivitas kita semua!”

     

    Ibu Siti, yang sedang membawa sayuran untuk dijual di pasar, menutup hidungnya dengan kain selendangnya. “Astaga, bau sekali! Kenapa tidak ada yang membersihkannya?” keluhnya.

     

    Anak-anak yang biasanya bermain riang di sekitar jalan itu sekarang berlari menjauh sambil tertawa geli, menutup hidung mereka dan berteriak, “Jangan ke sana, ada tai di jalan!”

     

    Setiap orang yang lewat mengeluh dan mengumpat, tetapi tak ada satu pun yang bersedia membersihkannya. Semua orang merasa itu adalah tugas orang lain, bukan tugas mereka.

     

    Kemunculan Agus

    Di antara kerumunan penduduk yang mengeluh dan mengumpat, ada seorang pria muda bernama Agus. Agus dikenal sebagai orang yang pendiam, sederhana, dan pekerja keras. Dia bekerja sebagai petani di desa itu dan selalu siap membantu siapa saja yang membutuhkan.

     

    Agus melihat kehebohan yang terjadi dan mendekati sumber masalah. Ketika dia sampai di sana, dia melihat tumpukan tai di tengah jalan dan menyaksikan bagaimana orang-orang bereaksi terhadapnya. Agus tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia hanya mengamati dan berpikir sejenak.

     

    Tanpa banyak bicara, Agus pergi ke rumahnya yang tak jauh dari situ. Dia mengambil sebuah sekop dan sebuah ember. Ketika dia kembali ke jalan, orang-orang masih sibuk mengeluh dan menghindari tumpukan tai itu.

     

    Aksi Tanpa Kata

    Agus mendekati tumpukan tai dengan tenang. Dia menundukkan badannya dan mulai menyekop tai itu ke dalam ember. Orang-orang yang melihatnya terdiam sejenak, terkejut oleh tindakan Agus yang tanpa banyak bicara langsung mengambil inisiatif.

     

    Pak Budi, yang sebelumnya mengeluh, kini berdiri di sana dengan mulut ternganga. “Agus, apa yang kamu lakukan?” tanyanya.

     

    Agus hanya tersenyum dan menjawab dengan sederhana, “Membersihkan tai ini, Pak. Supaya kita semua bisa melewati jalan ini dengan nyaman.”

     

    Ibu Siti yang melihatnya merasa malu. “Agus, kenapa kamu tidak menunggu saja petugas kebersihan desa? Itu kan tugas mereka,” katanya.

     

    Agus menggeleng. “Mungkin petugas kebersihan sedang sibuk atau belum tahu tentang ini. Lagipula, kalau kita bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan, kenapa harus menunggu orang lain?” jawabnya.

     

    Dengan gerakan yang cekatan, Agus menyekop seluruh tai ke dalam ember. Setelah itu, dia membawa ember tersebut ke tempat pembuangan sampah yang terletak di luar desa. Ketika dia kembali, jalan itu sudah bersih dari tai dan bau tak sedap mulai menghilang.

     

    Reaksi Setelahnya

    Setelah tai itu dibersihkan, orang-orang desa mulai menyadari betapa mudahnya mengeluh dan mengumpat daripada mengambil tindakan. Pak Budi mendekati Agus dan menepuk pundaknya. “Kamu benar, Gus. Kita terlalu sibuk mengeluh sampai lupa bahwa kita bisa melakukan sesuatu tentang masalah ini. Terima kasih sudah memberi contoh,” katanya dengan tulus.

     

    Ibu Siti juga merasa terinspirasi. “Agus, kamu sungguh luar biasa. Kami semua harus belajar darimu. Mulai sekarang, kita harus lebih peduli dan tidak hanya mengandalkan orang lain,” katanya dengan senyum.

     

    Anak-anak yang tadinya berlari-lari menghindari tai sekarang berkumpul di sekitar Agus. Salah satu dari mereka, Budi kecil, bertanya dengan penasaran, “Kak Agus, kenapa kakak tidak mengeluh seperti yang lain?”

     

    Agus tersenyum dan menjawab, “Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, Budi. Tindakan kita yang bisa membuat perubahan. Kalau ada sesuatu yang bisa kita lakukan, lebih baik kita lakukan daripada hanya mengeluh.”

     

    Pelajaran dari Agus

    Hari itu menjadi pelajaran berharga bagi penduduk desa. Mereka menyadari bahwa tindakan kecil yang dilakukan dengan tulus dan tanpa pamrih bisa membawa perubahan besar. Agus tidak hanya membersihkan jalan dari tai, tetapi juga membersihkan pikiran mereka dari kebiasaan mengeluh dan mengandalkan orang lain.

     

    Desa itu kembali tenang dan damai, tetapi dengan semangat baru. Orang-orang mulai lebih peduli terhadap lingkungan sekitar mereka. Mereka saling membantu dengan lebih antusias dan tidak lagi menganggap remeh hal-hal kecil yang bisa mereka lakukan sendiri.

     

    Agus menjadi sosok yang dihormati di desa itu. Bukan karena dia mencari perhatian atau penghargaan, tetapi karena keteladanan dan kepeduliannya. Dia mengajarkan bahwa tindakan nyata lebih berharga daripada seribu kata-kata, dan bahwa kepedulian tidak membutuhkan panggung besar, melainkan hanya hati yang tulus.

     

    Penutup

    Kisah tentang tai di jalan dan Agus yang membersihkannya menjadi cerita yang selalu diceritakan dari generasi ke generasi di desa itu. Cerita itu mengingatkan semua orang bahwa di balik setiap masalah, selalu ada kesempatan untuk bertindak dan membuat perbedaan. Dan bahwa seringkali, tindakan sederhana dan tanpa banyak bicara bisa menjadi inspirasi besar bagi banyak orang.

     

    Agus mungkin hanyalah seorang petani sederhana, tetapi tindakan kecilnya telah menginspirasi seluruh desa. Dia menunjukkan bahwa setiap orang, sekecil apapun perannya, memiliki kekuatan untuk membuat perubahan positif. Dan dengan demikian, desa kecil itu tidak hanya menjadi lebih bersih, tetapi juga lebih kuat dalam kebersamaan dan kepedulian.

     

     

    Kreator : Wista

    Bagikan ke

    Comment Closed: Tai di Jalan: Sebuah Kisah Tentang Kepedulian

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021