KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Cerpen » Tak Ada Yang Hampa Dalam Kehampaan Itu Sendiri

    Tak Ada Yang Hampa Dalam Kehampaan Itu Sendiri

    BY 16 Des 2022 Dilihat: 282 kali

    Penulis : Andan Prayoga (Member KMO Alineaku)

    Suara kipas di ruangan ini begitu berisik. Ini disebabkan dari banyak hal, kutahu semua hal tersebut. Dan apakah aku terganggu dengan keberisikan itu? Justru aku malah bersyukur. Aku masih bisa merasakan apa itu yang namanya berisik, bagaima memekakannya bising knalpot motor, atau mungkin sumbangnya suara pengamen jalan. Aku mensyukuri itu semua. Aku masih diberi indra pendengaran dengan sempurna. Berbeda sekali dengan Mbah Turiyem. Dengan Ketuna-runguannya itu, ia harus melewati berbagai peristiwa kehidupan ini dengan sebatang kara.

    Apakah beliau menderita? Entahlah. Kita tak bisa menilai kehidupan orang lain. Masing-masing orang memiliki definisi kebahagiaan sendiri. Termasuk dengan Mbah Turiyem. 

    Namun hari ini, aku rasanya air mataku tak bisa kubendung ketika kudengar kabar bahwa beliau telah wafat.  Beliau telah mendahuluiku menemui Sang Pencipta. Sungguh, rasanya belum pantas gelar Alm. Itu tersemat di depan namamu yang hanya satu kata itu.

    Aku memang tak tahu pasti makna nama singkatnya itu. Aku pun tak pernah menanyakan hal itu padanya. Entah. Aku lebih asyik menyimak rupa-rupa pengalaman yang ia alami. Bagiku, semua pengalaman yang  ia alami memberikanku sudut pandang tentang perjuangan hidup. Terutama perjuangan hidup dari seorang perempuan yang tunarungu serta tuna-anak seperti beliau. 

    Obrolan-obrolan ketika dirinya membuatkan lotek dan saya menunggu lotek itu jadi. Meskipun singkat, obrolan-obrolan itu mengena sekali bagi diriku. Ya. Beliau adalah seorang penjual lotek di desaku. Meskipun memiliki kekurangan pendengaran, ia tetap mampu melayani kami dengan penuh semangat. Satu hal yang tak pernah kami lupakan adalah senyumannya ketika melayani pembeli. Senyuman ramahnya tak pernah luput dalam melayani para pembeli seperti aku.

    Dulu, ketika aku kecil, menangkap makna ucapanya memanglah sulit. Lambat laun, baru ku mengerti mengapa demikian. Ternyata tunarungu itu sedikit banyak mempengaruhi ucapan yang terlontar dari bibirnya. Aku yang masih kecil saat itu, mau tidak mau harus lebih bersabar ketika berbincang-bincang dengan dirinya.

    Aku masih mengingat jelas peristiwa itu. Entah, apakah kata “Peristiwa” tepat untuk mewakili kejadian itu. Yang jelas, mungkin ketika dirinya membaca tulisan ini, ia  pun akan teringat langsung peristiwa itu. Namun, agar lebih banyak orang yang mendapatkan makna dari peristiwa itu, saya rasa tak jadi soal jika ku ceritakan kembali peristiwa itu di sini.

    Peristiwa itu terjadi kurang lebih sekitar H+2 lebaran. Ketika beberapa toko dan penjual makanan masih tutup, dirinya sudah mulai berjualan lotek seperti biasa. Dan aku salut juga dengan kegigihannya itu.

    Entah apa yang merasuki Bu Parnis waktu itu. Namun, entahlah, mungkin dirinya dengan beliau memiliki permasalahan atau apa, yang jelas, ketika peristiwa itu terjadi, aku berada langsung dan menyimak perdebatan kalian. Dari segala perdebatan itu, yang paling mengena di sanubariku adalah obrolan ini:

    “Oalah, Tur.. cepat sekali sudah mulai berjualan. Ini kan masih suasana lebaran. Kok ya udah jualan lagi. Emang duit banyak-banyak untuk apa sih? Toh dirimu juga tidak ada keturunan. Cuman ada kamu dan Saimun. Buat apa cari duit banyak-banyak? Duit ngga dibawa mati, Tur!” Ucap Bu Parnis, yang aku masih ingat betul ekspresi wajahnya.

    Aku masih ingat betul reaksi yang ia berikan terhadap pertanyaan itu. Ia diam dan tetap fokus membuatkan lotek untuku saat itu. Aku semakin terkejut ketika Bu Parnis mengulang pertanyaan. Kali ini dengan nada yang lebih keras.

    Dan untuk pertanyaan yang kedua ini, baru ia merespon pertanyaan beliau. Ia merespon dengan hanya satu kata “Madang”, yang dalam bahasa indonesia diartikan sebagai makan.

    Mbah.. 

    Maaf dalam tulisan ini kupanggil dirimu tetap “Mbah” tanpa embel-embel gelar Alm di depannya. Bagiku, dirimu tetap abadi. Dirimu tetap ada dalam hidupku. Aku berhutang budi pada dirimu. Melalui dirimu, aku belajar tentang harapan, tentang perjuangan juga tentang makna “Berserah pada yang Maha Kuasa”.

    Ketika yang lain sibuk menimang anak-cucu, kutahu betul dirimu dan Mbah Saimun justru menyibukan diri menunaikan kewajiban terhadap Allah. Rasanya, kalian berdua tak pernah absen dari mushola untuk menunaikan salat. Aku tahu hal ini karena rumahku persis di samping mushola. Jadi aku tahu betul, siapa yang sering ke mushola dan siapa yang tidak pernah. Pagi, siang, sore, juga malam, sepertinya dirimu tak pernah absen dari mushola. Dari tindakan kalian, aku jadi tersadarkan, bahwa semua yang ada di dunia ini hanyalah pemberianNya. Kita sebagai umatNya, diwajibkan untuk berserah diri. Kita bisa memohon dan berusaha semampu kita, namun jika Yang Maha Kuasa belum berkenaan, maka kita tak boleh kecewa. Kita hanya bisa berserah diri dan tetap berusaha, dibarengi dengan bersabar.

    Mbah..

    Peristiwa saat itu, ketika dirimu ditanyai Bu Parnis dan kau hanya menjawab “Makan”. Aku jadi tersadar, bahwa sejatinya hidup adalah hidup. Pepatah jawa mengatakan, “Urip iku Urup”, yang diartikan dalam bahasa indonesia menjadi “Hidup itu harus bermanfaat”. Waktu itu, memang kau tak menjawab pertanyaan Bu Parnis dengan kata-kata “Untuk memberikan manfaat kepada orang lain”. Kau hanya menjawab pertanyaan itu dengan satu kata “Madang”. Namun, dari situ justru aku menangkap makna. Sebelum kita bermanfaat bagi orang lain, yang lebih dulu kita utamakan adalah diri kita sendiri. Kita tak bisa membantu orang lain jika diri kita sendiri menderita. Diri ini kelaparan dan sebagainya.

    Mbah..

    Meskipun sekarang ragamu sudah tak ada. Namun pesan-pesan moral itu tetap abadi dalam benakku. Aku sungguh berterima kasih kepada dirimu. Aku bahkan merasa berhutang budi pada dirimu. Meskipun di dukuh ini dirimu dipandang rendah, namun bagiku, dirimu adalah guruku tentang kehidupan.

    Mbah..

    Semoga dirimu tenang di sana. Semoga tuhan menempatkan dirimu di tempat yang paling indah. Tempat di mana tidak ditemukan celaan, hinaan, maupun umpatan kasar tentang ketidaksempurnaan. Kuberharap dirimu bahagia di sana. Bersama suamimu, Mbah Saimun, Aku berdoa agar kalian berbahagia selamanya. Amin.

    Tuhan Memberkati.

    Tabik.

    *Tulisan ini ditulis tepat di hari kepergian Mbah Turiyem, 22 Mei 2022.


    “Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”

    Bagikan ke

    Comment Closed: Tak Ada Yang Hampa Dalam Kehampaan Itu Sendiri

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021