Oleh : Suharna
Saat itu usiaku menginjak 24 tahun, aku belum memiliki pacar yang serius dengan gadis manapun. Pada suatu saat ketika aku sedang duduk di bagian depan rumahku, adik sepupuku lewat di depan rumah bersama seorang temannya. Rupanya ia akan mengantar pulang teman sekolahnya yang telah berkunjung ke rumahnya. Mereka baru duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Ekonomi Atas (*sekarang SMK). Temannya adalah seorang gadis cantik yang sangat menarik perhatianku, berkulit putih, dan berambut panjang. Sesampai di rumah, selepas ia mengantar, aku banyak bertanya tentang temannya itu mulai dari menanyakan identitas dirinya: siapa namanya, siapa ayah ibunya dan dimana alamatnya.
Aku sudah tak sabar serasa ingin cepat-cepat berkenalan. Tak menunggu waktu lama aku langsung berkirim surat kepadanya yang ku titipkan pada adik sepupuku. Namun tak mudah untuk mendapat jawabannya. Beberapa kali ku surati belum juga mendapat jawaban, sampai akhirnya aku memutuskan untuk datang ke rumah orangtuanya. Sesampai di rumah gadis itu, alhamdulillah aku diterima dengan penuh ramah oleh dia dan kedua orangtuanya. Sejak itu aku jadi sering berkunjung ke rumahnya dan akhirnya ia dapat menerima permohonanku dan menjadi kekasihnya. Pada tahun 1988 aku mempersuntingnya, dan saat ini kami telah dikarunia 3 orang anak dan 2 cucu yang lucu-lucu.
Hari itu, Sabtu sekira pukul 16.00 WIB di bulan Juni tahun 1986, saat aku sedang duduk sendirian tiba-tiba saudara sepupu-ku lewat di depan rumahku. Ia tidak sendiri, melainkan berdua dengan teman sekolahnya. Adik sepupuku dan temannya saat itu masih duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Ekonomi Atas, ia baru menginjak usia 17 tahunan, sedangkan Aku saat itu sudah berumur 24 tahun dan telah menjadi PNS sejak umur 20 tahun.
Ia pergi untuk mengantarkan teman sekolah yang akan pulang ke kampung halamannya setelah mampir sebentar ke rumahnya. Ia seorang gadis cantik yang sangat menarik perhatianku, berkulit putih dan berambut panjang sepantat. Maklum saja saat itu gadis-gadis di kampung belum ada yang mengenakan hijab.
Saat adik sepupuku berangkat tidak sempat kutanya, namun setelah pulang mengantarnya, ku hampiri dia sambil melontarkan beberapa pertanyaan, siapa yang dijajap. Mulai dari siapa namanya, siapa ayah ibunya dan dimana alamatnya.
‘’Yan, siapa yang tadi berjalan dengan Yani?’’demikian pertanyaan pertamaku pada nya.
‘’Oh itu tadi teman sekolah dan juga teman sekosan ku A’’, adikku menjawab
’’ Orang mana Yan ?’’ pertanyaanku kemudian
‘’ Orang Darmaraja a sahut nya”.
‘’Sudah punya pacar belum?’’ pertanyaanku langsung nyosor
’’sepertinya belum a, kata adik sepupuku’’.
‘’ Tolong sampaikan salam dari aa yah yan, dengan nada serius’’.
“Siap aa, akan Yani sampaikan, kata YN kepada ku serius pula”.
Bagaikan ada jalan untuk menyebrang, mulailah aku membuat surat lamaran di atas kertas warna-warni yang didominasi warna pink dengan berlambang ‘’LOVE’’ dengan bahasa yang sangat romantis, dan tulisanku dibagus-baguskan, sehingga ditulis berulang-ulang agar tidak ada yang salah dan ia akan merasa tertarik dengan tulisan dan kata-kataku. DI bawah mejaku kertas-kertas bekas menulis surat yang gagal dibiarkan berserakan, nanti setelah selesai menulis surat dan tidak ada lagi kesalahan akan ku bakar, begitulah aku bicara dalam hatiku.
Sudah lama surat lamaranku belum juga ada balasan, bahkan sudah ku susul lagi dengan surat berikutnya. Berkali-kali aku tanyakan balasannya kepada adik sepupuku: “ jawabannya belum sempat dibuat katanya”. Aku merasa cemas jangan-jangan lamaran cintaku ditolak.
Aku masih ingat sebagian kata-kataku yang ditulis sangat puitis, seperti ini:
‘’engkau bagaikan rembulan yang akan menerangi kegelapan hatiku’’
‘’engkau bagaikan embun pagi yang akan memberi kesejukan hatiku’’
‘’engkau adalah harapan hidupku yang akan membawaku kebahagiaan’’
‘’engkau bagaikan mutiara yang tak mungkin ku lupakan’’.
‘’karena itu aku sangat menunggu keikhlasan jawaban dari mu’’.
‘’engkau adalah satu-satunya harapan hidupku yang akan ku bawa hingga ke jenjang pernikahan’’
Tetapi aku tak putus asa, dengan diantar seorang teman pada hari Minggu pagi kami pergi ke rumahnya walaupun sama sekali belum tahu. Kami berjalan menyusuri jalan berbatu,kemudian jalan setapak yang bertanah. Beruntung sedang musim kemarau, kalau musim hujan jalan itu pasti licin dan berlumpur. Di saat sedang terengah-engah merasakan lelahnya perjalanan, kami banyak bertanya kepada orang-orang yang kebetulan lewat. Gayung bersambut, salah satu yang kami tanya masih ada hubungan saudara dengan gadis yang ku tuju, walaupun sudah agak jauh katanya. Kami dijajap sampai ke halaman rumah gadis tersebut.
Saat pertamakali aku berkunjung ke rumahnya, diterima langsung oleh gadis idamanku dan kedua orang tuanya yang kebetulan sedang ada di rumah. Walaupun jawaban tertulis lamaranku belum juga dijawab, akan tetapi melihat keramahan dia dan kedua orangtuanya secara non verbal seakan-akan lamaranku diterima. Aku gembira tiada tara, dan aku mendeklarasikan diri dalam hati ku, tidak ada wanita lain selain dia. Dia lah satu-satunya wanita yang akan menemani kesepian dalam hidupku.
Sejak saat itu setiap hari minggu aku sering berkunjung, walaupun jarak dari tempat tinggalku ke rumahnya cukup jauh dan banyak berjalan kaki. Kalau akan berkunjung ke tempatnya dimulai dengan jalan kaki sepanjang 2 km, kemudian naik angkutan umum sepanjang 6 km, dan berjalan kaki lagi sepanjang 2,5km baru sampai ke tujuan, dengan waktu tempuh kira-kira satu jam setengah.
Banyak kisah sedih saat aku berkunjung ke rumahnya, antara lain : pertama saat akan berkunjung tidak janjian, karena belum ada alat komunikasi baik telpon rumah maupun hand pon. Aku berangkat pukul 5 sore dari rumah, tiba di alun-alun pas waktu adzan maghrib berkumandang. Hari semakin gelap karena belum ada penerangan listrik. Setelah sholat maghrib, aku duduk di lapak pedagang gado-gado yang menggunakan penerangan seadanya yakni lampu cempor, aku menunggu sampai pukul 8 malam. Dan ternyata ia tidak pulang, dengan hati yang kecewa aku pulang lagi ke rumah.
Pengalaman sedih ke dua waktu berkunjung di saat musim hujan. Aku berjalan dengan pacarku dan teman-temannya yang baru turun dari angkutan umum, langit sudah gelap pertanda tak lama lagi hujan besar akan turun. Baru berjalan sekitar 200 m hujan turun dengan lebatnya, tetapi dengan terpaksa kami jalan terus karena kalau berhenti takut terlalu malam datang ke rumah pacarku. Jalan berbatu dipenuhi air hujan hingga semata kaki, sepatu yang ku gunakan sampai copot haknya.
Pengalaman ketiga, aku jatuh di sungai saat nyebrang karena jembatan belum dibangun, celana dan baju yang ku kenakan basah kuyup, terpaksa meminjam celana dan baju calon mertua kebetulan seukuran.
Pengalaman ke empat, aku dicegat oleh seorang laki-laki bertubuh tinggi dan naik motor. Rupanya laki-laki tersebut naksir juga kepada pacarku, namun katanya ditolak dan entah apa penyebabnya padahal melihat materi dia anak orang kaya di sana, sehari-hari ia naik motor Kawasaki mersy. Aku tidak melawan, membiarkan dia bicara sendiri dan hubunganku jalan terus tidak terpengaruh dengan ancaman.
Setelah pacarku selesai EBTA dan dinyatakan lulus, aku buru-buru melamarnya dan kurang lebih satu tahun setelah melamar, aku mempersuntingnya tepatnya pada hari Senin tanggal 24 Januari 1988. Bersamaan dengan hari pernikahan kami, jalan dan jembatan penghubung dua dusun yang biasa ku lewati jalan setapak dan nyebrang sungai dibangun oleh ABRI Masuk Desa (AMD). Setelah menikah dengannya ku bawa ke rumah kontrakan yang berdekatan dengan tempat kerjaku. Aku menikah di usia 26 tahun kurang 3 bulan dan istriku usia 19 tahun lebih 6 bulan. Alhamdulillah aku bahagia bersamanya walaupun penghasilan ku hanya cukup untuk makan dan bayar kontrakan rumah.
Saat ini kami telah dikaruniai tiga orang anak dandua cucu. Anak pertama perempuan lahir pada tahun 1990, anak kedua laki-laki lahir pada tahun 1995 dan anak ketiga laki-laki lahir pada tahun2001. Dari ketiga anak kami yang sudah berkeluarga baru satu yang paling sulung. Semua anak, kami kuliahkan dua sudah jadi sarjana dan sudah kerja sedangkan satu lagi masih duduk di semester 7. Kami sudah punya cucu dari anak pertama, kedua cucuku laki-laki. Semoga anak-anak dan cucu-cucu kami menjadi hamba-hamba Allah SWT yang soleh dan solehah yang senantiasa taat beribadah kepada-Nya serta berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Itulah kisah nyata yang dialami penulis, saat pertama kali bertemu dengan pasangan hidup, hingga membangun rumah tangga bersama. Semoga kami selalu istoqomah di jalan-Nya dan dapat membangun keluarga yang sakinah mawwadah warrahmah. Aamiin
File: Suharna/tak mudah mendapatkanmu/9 oktober 2022
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
2 Komentar Pada Tak Mudah Mendapatkan Mu
Aku dapat banyak
Terima kasih
Wahh keren