Prinsip kesembilan kami, jangan pernah menuntut pasangan kita untuk sempurna sesuai selera kita. Kusadari penuh, jika aku menuntut Abi anak-anakku untuk menjadi suami yang sempurna, maka terlebih dulu … aku harus menjadi istri yang sempurna bagi Abi. Jika tidak, berarti aku yang egois, hanya bisa menuntut tetapi tidak mau memenuhi harapan suami. Aku yakin banget, aku nggak akan bisa menjadikan diriku sempurna dulu bagi Abi karena memang itu tidaklah mungkin. Tidak ada manusia yang sempurna. Pasti punya kekurangan atau kelemahan diri.
Bagi kami, pasangan sudah sempurna dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Kami yakin, Allah jadikan kami sebagai pasangan hidup, agar kami dapat saling melengkapi dan menutupi kekurangan yang ada. Juga, agar kami dapat saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Itu hikmah yang kami sadari dan rasakan hingga saat ini.
Abi sangat mengerti bahwa aku taklah ahli memasak seperti mamak. Kebiasaanku lho ya hanya masak menu yang bening-bening aja seperti sop, sayur bening (bayam), sayur asem, tUmis kangkung, dan tUmis sawi putih. Bukan lodeh, opor, kare, krengsengan, dan yang lainnya yang agak ribet bumbunya. Kalau masakan telur, paling ya ku dadar, ku orak-arik, atau ku ceplok. Namun, aku juga punya kelebihan sederhana. Sambal tomat mentah buatanku … selalu sukses membuat Abi makan sampai nambah-nambah. Kata orang Jawa … njomplangno wakul. Menu kesenangan Abi adalah telur dadar dengan sambal tomat mentah ini.
Pernah, suatu kali … saat sedang bercengkrama dengan anak-anak, Abi berkata.
“Umi kalian memang nggak bisa masak masakan yang ribet-ribet. Tapi, sambal tomatnya Umi itu yang paling sedap menurut Abi. Belum lagi, teh hangat buatan Umimu itu yang paling pas manis dan hangatnya. Dua itu … hanya Umimu yang bisa bikin. Sambal dan teh bikinan orang lain nggak ada yang enak di lidah Abi.”
Waduhhh! Langsung melambung deh rasanya … dipuji Abi di depan anak-anak. Anak-anak pun kontan menjawab.
“Ce illeeee … Abi romantis banget.”
“Tapi … memang bener kok bi … bagi kami … sambal tomat mentah dan teh hangat buatan Umi yang paling sedap dan pas nikmatnya.”
Kekuranganku dan Abi yang lainnya, jelasnya masih banyaklah. Namun, kami tak mempermasalahkan itu. Tidak fokus pada kekurangan karena pastinya ya adalah kekurangan itu. Harus selalu berupaya bisa fokus pada kebaikan atau kelebihan yang dipunyai pasangan kita. Insyaa Allah masih akan ada banyak hal yang dapat kita syukuri sepenuh hati.
Di mataku, Abi adalah suami yang berhasil mendidikku dan anak-anak untuk bersemangat mencari akhirat … dengan teladan dan nasihat serta doa-doanya. Aku bisa sampai sejauh ini … selain karunia Allah dan didikan almarhum papa dan almarhumah mama … juga adalah sebagai buah didikan Abi … selama 30 tahun hidup bersama. Syukur yang tiada putus atas karunia ini … Allah pasangkan dengan suami yang solih … yang juga punya kekurangan … tetapi berhasil membuatku bisa ‘memandang’ kekurangan itu sebagai hal yang mendatangkan kebahagiaan lain dalam hati kecilku. Juga … yang tidak sempurna … namun ia menyempurnakan diriku. Masyaa Allah!
Kreator : Maryam Damayanti Payapo
Comment Closed: Tak Pernah Menuntut Pasangan untuk Sempurna
Sorry, comment are closed for this post.