Aku awali kisah ini dari suatu desa yang jauh di kaki gunung yang sejuk. Masyarakat madani yang hidup rukun dan damai . Udara pegunungan yang sejuk membuat suasana hidup di desaku rukun,damai dan menentramkan .
Aku terlahir dari anak ke 6 dari 6 bersaudara , Bapak dan umiku seorang petani ,setiap pagi harus berangkat ke sawah atau ke ladang untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluargaku. 4 kakak ku sudah putus sekolah . Usia 6 tahun aku dimasukan umi ke sekolah taman kanak-kanak seperti anak lainnya .Disekolah ini aku belajar banyak hal bahkan di sekolah inilah aku menemui sosok guru yang aku kagumi namanya bu guru Asni.Aku begitu terkesan sampai aku berucap suatu saat nanti aku ingin jadi guru seperti bu guru Asni ,namun sayang bu guru Asni Cuma mengajarku 1 tahun .Sampai kemudian aku melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar.
Di sekolah ini sebenarnya aku tidak bodoh. Bahkan sedikit cemerlang dibanding kawan-kawanku , namun itu tidak pernah diakui guru dan kawanku karena hidup keluargaku yang miskin . Aku masih ingat suatu ketika ditunjuk guru untuk mengikuti lomba mengaji antar sekolah di desaku ,aku sudah berlatih dengan dengan sungguh-sungguh ,namun ketika hari H nya aku digantikan dengan anak guruku hanya karena aku tidak punya baju yang layak untuk tampil.
Bukan itu saja bahkan aku tidak pernah masuk 10 besar pun di sekolah ,karena menurutku guru tidak objektif dalam memberikan nilai . waktu aku kelas 4 SD sekolahku kedatangan guru baru dari desa lain,aku suka dengan cara guru itu mengajar namanya bapak Rusdi. Bliau sering mengajar tambahan di waktu sore dan kami juga bergantian membawakan makan siang untuk bapak Rusdi. Dan untuk kedua kalinya aku berucap aku ingin jadi guru seperti bapak Rusdi guruku. Hingga sampailah aku kelas 6 dan sudah hampir menyelesaikan pendidikanku di Sekolah ini . Qodarullah aku lulus dengan nilai yang sangat memuaskan dibanding teman-temanku.
Tamat Sekolah Dasar aku dihadapkan pada dua pilihan antara melanjutkan sekolah ke sekolah umum atau sekolah agama. Banyak teman-temanku memilih sekolah umum namun aku tau bapak dan umi tidak punya biaya untuk memasukan aku ke sekolah umum ,maka aku memilih sekolah agama seperti kakakku yang ke lima. Awal sekolah aku harus bisa menghadapi tantangan ,ke sekolah jalan kaki kadang tidak ada uang jajan pun aku tetap berangkat karena aku sudah bertekad aku ingin sekolah tinggi dan jadi guru seperti guru-guruku. 6 bulan berlalu aku pun mengikuti ujian semester 1 di sekolahku ,qodarullah ketika pembagian raport diumumkan namaku sebagai juara 1 di kelasku ,aku senang dan bahagia namun teman-temanku tidak terima prestasiku ,akupun dibully dan diejek habis-habisan oleh teman-temanku . Aku sangat terpukul sekali namun aku ingat kata wali kelasku kalau aku harus bisa membuktikan semester berikutnya aku harus juara lagi.
Aku harus belajar lebih sungguh-sungguh lagi , aku ingin membuktikan kepada teman-temanku kalau aku anak miskin juga berhak untuk juara kelas. Al hasil semester 2 pun aku masih bisa bertahan bahkan meraih juara umum disekolahku.
Siang itu aku dipanggil kepala sekolah ke kantornya . aku masuk dengan penuh tanda Tanya ada apa gerangan kepala sekolah memanggilku. Awalnya kepala sekolah hanya bertanya tentang keadaan bapak dan umiku ,namun berlanjut hingga soal uang sekolah yang sudah 1 tahun belum dibayar orangtuaku. Aku hanya tertunduk tidak tahu harus menjawab apa karena saat itu bapak sedang sakit dan sudah lama tidak bisa bekerja seperti biasanya . Namun aku kaget ketika kepala sekolah menawarkan aku untuk mau tinggal di panti asuhan , aku tertunduk dan pikiranku jadi kacau saat itu ,sedih rasanya kalau ingat harus tinggal di panti asuhan berpisah dengan bapak dan umi apalagi saat itu bapak mulai sakit-sakitan. Namun tawaran kepala sekolah itu ada baiknya menurutku agar aku bisa sekolah dan mewujudkan impianku untuk menjadi seorang guru.
Sore itu aku diantar ummi ke panti Asuhan dengan status anak miskin terlantar ,aku sangat sedih sekali begitu juga dengan umiku,namun aku harus menguatkan tekadku untuk mewujudkan impianku . itulah hari-hari pertama aku di panti Asuhan.Tidak gampang ,penuh tantangan tapi aku harus bisa melewatinya.
2 tahun aku di panti asuhan ,bapak meninggalkan aku untuk selamanya .Hari itu hari jumat sore itu aku dijemput kakak ke 4 ke Panti asuhan. Sesampai di rumah aku lihat orang sudah ramai di rumahku begitu juga semua kakak-kakakku sudah berkumpul di kamar bapak , aku masuk ke kamar ,pelan-pelan aku pegang tangan bapak , dan bapak melihat ke arahku sesaat sebelum ia tutup matanya untuk selamanya. Mulai hari itu statusku jadi berubah di Panti Asuhan sebagai anak yatim.
Sepeninggal bapak aku harus belajar lebih sungguh-sungguh lagi , walau aku tidak tahu apakah suatu hari aku bisa mewujudkan impianku. Namun Allah Maha mendengar doa-doa hambaNya. 5 tahun aku di Panti Asuhan dan aku juga sudah menamatkan SLTA ku ,Aku berada di persimpangan jalan . Aku sudah tamat sekolah dan harus keluar dari Panti .Aku senang bisa menemani umi .Namun kakakku mulai khawatir karena teman-teman seusiaku di desa sudah banyak yang menikah bahkan punya anak.
Sore itu di rumah kedatangan tamu ,tamu itu berbicara serius dengan kakak-kakakku. Ternyata tamu itu adalah keluarga jauh dari desa lain yang bermaksud mau melamar aku untuk dijodohkan dengan keponakannya. Karena kekhawatiran kakakku akhirnya aku terima perjodohan itu. Qodarullah keesokan harinya aku dipanggil kepala sekolah ke kantornya. Kepala Sekolah menyodorkan sebuah amplop di hadapanku dan menyampaikan berita paling indah untukku yaitu aku dapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikanku ke Perguruan Tinggi. Aku senang tapi aku sedih karena aku tidak mungkin ku lah karena aku sudah menerima lamaran dan aku akan segera menikah. Namun ketika aku hendak keluar dari pagar sekolah aku bertemu dengan kakak kelasku yang waktu itu juga sedang kuliah dan dapat beasiswa juga . Ketika dia bertanya aku mau kuliah dimana , aku menangis tersedu-sedu karena aku sudah yakin tidak akan kuliah tapi akan menikah. Namun kata2 kakak kelasku membuat aku tersadar , apa jadinya nanti tahun 2000 klu aku menikah sekarang , bukankah aku punya impian untuk menjadi seorang guru.impian sudah digenggaman, akankah aku akan lepaskan .
Sore itu juga aku ditemani kakakku yang no 5 mendatangi rumah calon suami aku dan memberanikan diri untuk membatalkan pernikahan karena aku ingin kuliah. Alhamdulillah mereka bisa memahami .Sehingga aku bisa bernafas lega dan melanjutkan impianku untuk menjadi seorang guru.
Kreator : Reni Elfira
Comment Closed: Takdir Allah Itu Indah Episode 1
Sorry, comment are closed for this post.