Tahun 2011
Beberapa hari menjelang kelahiranmu, rasanya perutku semakin kencang dan tegang, dibawa miring kanan tak enak, dibawa miring kiri juga tak enak, terlentang kan tidak, apalagi tengkurap, ya nggak mungkin lah, kan lagi hamil.
Malam itu sekitar pukul dua pagi, tiba-tiba perut mama mulas. Mulasnya tidak seperti biasa. Karena waktu itu mama takut ini mulas karena mau lahiran, akhirnya Mama bangunin Ayah.
“Yah, bangun… Perut Mama sakit banget nih, mulas.”
“mulasnya gimana? Sering nggak?” Tanya suamiku.
“Nggak tahu nih, mungkin udah mau lahiran.” jawabku.
Si Ayah langsung sigap ke kamar, kemudian mengambil tas dan perlengkapan lahiran yang sudah kusiapkan dua minggu lalu. Lantas, aku ganti baju dan pakai jilbab, langsung pergi ke rumah bidan. Alhamdulillah, di rumah sudah ada Ibu yang sudah datang beberapa hari yang lalu, jadi Ibu bisa nemenin si Kakak.
Sesampainya di rumah Bidan, suami langsung pencet bel yang ada di atas pintu, karena Bu Bidan bilang kalo ada apa-apa datang saja jam berapapun, Insya allah 24 jam siap melayani.
Alhamdulillah, beruntung dapat bidan yang care dan cekatan. Makanya, dari anak pertama aku sudah nyaman dengan pelayanan bidan ini, walaupun di sini bidan yang bertugas bukan yang punya tidak mengapa yang penting aku sudah tahu seluk beluk rumah ini, sudah bisa menyesuaikan dengan ruangan di rumah ini, apalagi ruangan tempat aku di eksekusi.
Dulu, saat melahirkan anak pertama, masuk ke ruang lahiran rasanya seluruh badan gemetar, terutama bagian kaki. Antara kedinginan dan takut, si kaki nggak bisa diajak kerjasama, tetap aja gemetaran walau sudah ditenangkan oleh Ibu Bidan.
Saat melahirkan anak pertama, prosesnya mudah banget nggak nunggu berhari-hari, karena bayinya kecil hanya 2,1 kg. Yang lamanya proses setelah melahirkan, sampai-sampai harus dikuret karena plasentanya sudah hancur dan bau, khawatir ada yang tersisa di perut jaid harus diambil tindakan kuretase.
Bu Bidan membukakan pintu, karena bel berkali-kali dipencet.
“Bu Bidan, tolong istri saya, perutnya mulas hebat katanya.”
“Ayo silahkan masuk, Bu. Langsung ke ruang persalinan ya, biar saya cek.”
Karena aku sudah tahu dimana ruang persalinan, makanya segera aku masuk ke ruangan yang dimaksud bersama suami, sementara Bu Bidan menyiapkan peralatannya.
Tidak butuh waktu lama, Bu Bidan menggunakan sarung tangan kemudian merogoh kemaluanku, yang rasanya Maa Syaa Allah nikmat luar biasa, Bayangin aja gimana rasanya tangan orang dewasa masuk ke alat kemaluan kita.
“Wah, ini baru pembukaan dua Bu. Masih lama. Tadi itu masih mulas palsu, jadi Ibu bisa pulang dulu. Banyakin jalan-jalan atau latihan ngepel pake tangan, ya.”
“Oh, jadi baru pembukaan dua, kirain udah deket.” Suamiku meyakinkan diri.
“Ya udah, gimana Mah? Mau pulang atau di sini dulu? Khawatirnya ada apa-apa nanti bolak balik lagi kan capek.” Suamiku meminta jawaban dariku.
Setelah seharian di rumah Bu Bidan, namun tak kunjung tambah juga pembukaannya, akhirnya kami memutuskan untuk pulang dulu. Sebelumnya, Bu Bidan ngasih tahu, jika di hari keempat nanti belum bertambah juga pembukaan, nanti akan diberikan tindakan induksi untuk merangsang bayi agar cepat keluar.
Dan, di hari keempat setelah ke rumah Bu Bidan waktu itu, kembali aku merasakan mulas yang sangat dahsyat, dan mulas kali ini semakin sering. Makanya kami langsung berangkat lagi ke rumah Bu Bidan.
Saat di rumah Bu Bidan, mulas yang kurasakan lama-lama semakin sering. Waktu itu aku masih bingung antara sholat atau tidak, karena yang aku tahu kalau perempuan hamil sudah mau lahiran kemudian keluar lendir itu berarti udah tanda-tanda lahiran, berarti udah nggak wajib sholat lagi. Akhirnya, suamiku tanya sama temannya yang seorang ustadz tentang hukum sholat bagi perempuan yang mau lahiran.
Kata Beliau selama belum lahir, ibu hamil masih diwajibkan sholat walaupun sudah keluar lendir. Akhirnya aku mengikutinya untuk tetap sholat walau dalam keadaan mulas yang dahsyat. Pas mau sholat, tunggu mulas dulu, baru mulai. Karena mulas yang dirasakan itu bisa 1-3 menit baru enakan, kemudian nanti mulas lagi.
Alhamdulillah, sore hari sekitar pukul 17.00 kalo tidak salah, akhirnya Mama masuk ruang eksekusi, didampingi Ayah. Dari sore hingga waktu sholat isya hampir empat jam Mama terus berjuang, Mama terus berusaha mengikuti instruksi Bu Bidan, walau melahirkan kali ini terasa berbeda karena yang Mama rasakan pinggang seperti terbakar sering terasa panas, sakit, pegal, inginnya diusap-usap terus sama suami.
“Oeee..oee….oeee…”
Tepat pukul 19.42 WIB, pada hari Ahad, 03 April 2011 kamu lahir dengan selamat di kediaman Bidan Nyai Zuriati Ciater Permai, Serpong, Tangerang Selatan.
“Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah, Engkau berikan anugerah yang terindah yaitu seorang putra yang ganteng, sholeh, dengan berat badan 2, 9 Kg. Semoga kelak menjadi anak yang sholeh qurrota ‘ayun, bisa menjadi generasi Qur’ani.”
begitulah ucap seorang Ibu yang baru saja mempertaruhkan nyawanya demi buah hatinya.
Kreator : Nuryani ChotibYassir
Comment Closed: Takdir Terindah (kelahiranmu adalah anugrah)
Sorry, comment are closed for this post.