KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Takdir yang Terbaik

    Takdir yang Terbaik

    BY 23 Jul 2024 Dilihat: 244 kali
    Takdir yang Terbaik_alineaku

    Malam itu, malam yang ke tiga puluh Arif mengurung diri di dalam kamarnya. Tidak pergi ke kampus, tidak bermain ke rumah-teman seusianya, ataupun melakukan aktifitas di luar rumahnya. Dia hanya keluar, waktu mau makan, atau mau melakukan shalat berjamaah di masjid. Ketika ditanya mengapa, dia hanya mengatakan ingin beristirahat setelah menyelesaikan perbaikan skripsinya. 

    Sebenarnya bukan itu masalahnya. Arif lagi dirungrung rasa bingung. Disatu sisi dia harus memenuhi janjinya melamar Resti, wanita yang sangat  dia cintai yang sudah dia janjikan sejak satu tahun yang lalu.  Di sisi lain dia tidak bisa memaksa ibunya agar mau menerima Resti sebagai mantunya. Ibunya tidak mau, karena dia trauma dengan perilaku yang diperlihatkan kakak iparnya yang satu suku dengan Resti.

    “Umi …., Resti tidak sama seperti Kak Nunik.” Arif mencoba meyakinkan saat dia mengutarakan maksudnya kepada ibunya.

    “Apa kamu yakin ?” 

    “Saya yakin, umi.”

    “Arif…., ibu sayang sama kamu. Ibu tidak mau kamu seperti kakakmu, yang seakan-akan tidak harganya di mata istrinya.”

    “Resti orang terpelajar, umi….. Tidak mungkin dia memperlakukan saya seperti Kak Nunik memperlakukan Kak Hamdan.” Kembali Arif meyakinkan

    “Arif…., kalau kamu tetap pada pendirianmu, ibu tidak akan menghalangi kamu. Tapi…, kamu harus tahu…., diantara anak-anak umi, hanya kamu yang bisa umi ikuti. Kalau istrimu nanti seperti kakak iparmu, umi bingung, umi mau ikut siapa …. ?” Ibunya mengutarakan kekhawatirannya, beberapa butir air matanya mulai menetes.

    “Iya…, iya…, umi. Saya akan pertimbangkan lagi.” Arif langsung memeluk ibunya. “Umi jangan menangis, ya …. !” Pintanya

    Arif sangat terpukul dengan penolakan halus dari ibunya itu, karena selama ini apa yang diinginkannya, selalu disetujui sekalipun saudara-saudaranya yang lain menolaknya. Karena itulah dia berani berjanji pada Resti untuk melamarnya di bulan Juli yang sekarang telah memasuki tanggal yang ke tujuh. Terbayang olehnya saat dia berdua berada di ruang baca Perpustakaan UHAMKA Jakarta.

    “Ada salam dari kakaku.”Ucap Resti memulai pembicaraan

    “Wa alaiki wa alaihis salam.” Jawabnya

    “Arif…., tadi malam aku ditanya lagi oleh kakakku. Kata  dia kapan kamu mau ke rumah ?” 

    “Ke rumah ?”

    “Ga usah kaget gitu, kali……! “ 

    “Kalau sudah dengar kata kakak kamu, aku suka miris.”

    “Kenapa… ?

    “Pasti nanya kapan aku ngelamar kamu.”

    “Wajarlah, Arif. Aku kan adik dia satu-satunya. Dan dia merupakan tulang punggung keluargaku saat ini.” Jelas Resti

    “Resti…., aku sangat mencintai kamu, aku ingin menjadikan kamu sebagai isteriku. Tapi…,  terus terang, sekarang-sekarang ini aku belum siap.”

    “Kakakku tidak minta sekarang kok, dia hanya minta kepastian dari kamu. Kalau bulan, bulan apa….? Kalau tahun, tahun berapa …. ?”

    Arif berpikir sejenak, dipandangnya wajah Resti yang tengah mengarah kepada dirinya, diminumnya air mineral yang ada ditepanya, lalu jari jemari tangannya bergerak-gerak di atas meja seakan-akan tengah menghitung-hitung sesuatu.

    “Resti ….!”

    “Iya…, Arif !”

    “Kapan kamu dapat menyelesaikan seluruh mata kuliah ?”

    “Insya Allah, akhir tahun pelajaran tahun ini bisa selesai. Kecuali skripsi.”

    “Ga apa-apa, untuk skripsi nanti aku bantu.”

    “Terus kerumahnya, kapan …. ?”Resti bertanya manja 

    “Insya Allah bulan Juli tahun depan, aku akan datang melamarmu.”

    Itulah janji Arif pada Resti yang kini kena benturan dengan penolakan ibunya. Dia bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Resti dan keluarganya tengah menunggu kedatangan nya, sementara ibunya sekalipun membolehkan tapi ridhonya tidak dia dapatkan. 

    “Huuuuuuh …..” Arif mengeluh sambil menyandarkan tubuhnya di kursi. Matanya terpejam pikiranya melayang-layang tidak karuan.

    “Aku harus ketemu Resti, aku harus katakan apa adanya. Besok aku harus ketemu denganya.” Gumamnya dalam hati, setelah beberapa saat berpikir.

    Pagi harinya, sepulang dari masjid, Arif langsung mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Resti. Saat itu ibunya masuk ke kamarnya membawakan segelas susu dan roti kering kesukaanya.

    “Mau kemana, Arif ?” /Tanya ibunya

    “Mau ke rumah teman, umi….” Jawab Arif, sambil berusaha menenangkan dirinya. 

    “Pagi amat ?

    “Rumahnya agak jauh umi, perjalanannya kurang lebih dua jam. Kalau masih pagi kan tidak terlalu panas.

    “Ini minum dulu susunya….!”

    “Iya, umi. Simpan saja, disitu.” Jawab Arif sambil menyisir rambutnya.

    “Hati-hati di jalan, jangan ngebut.!” Pinta ibu sambil meletakan susu dan roti kering di atas meja. “Umi mau belanja sayuran dulu, ya !”

    “Iya, umi….”

    Sepeninggal ibunya, Arif mengeluarkan sepeda motor. Dengan hati yang cukup penat, dia meninggalkan rumahnya. Sambil mengendarai sepeda motor dia berpikir keras apa yang harus disampaikan pada Resti, bagaimana caranya, dan dari mana memulainya. Saking kalutnya pemikiran dia, hampir-hampir dia menabrak tukang rongsokan yang sedang menyebrang. Sumpah serapah pun dia dapatkan dari tukang rongsokan dan orang-orang yang ada di sekitar itu,

    “Assalamu alaikum !” Ucap Arif setelah berada didepan pintu rumah Resti

    “Wa alaikum salam !” Suara ibu tua, menjawab salam dan membukakan pintu

    “Ibu….” Ucap Arif sambil mencium tangan orang tua itu. “Restinya ada, ibu ?” Tanyanya 

    “Ada…., Ade siapa ?”

    “Saya Arif, bu…”

    “Ooh, ini nak Arif.”

    “Iya, bu.” Jawab Arif sambil menganggukan kepalanya

    “Resti…..,! “ Panggil sang ibu

    “Iya, bu…”

    “Ini…, ada nak Arif…”

    Mendengar ibunya menyebut nama Arif Resti setengah berlari dari kamarnya. Sudah satu minggu dia menunggu kedatangan nya. “Ariiif……” Kok ga bilang-bilang kalau mau datang ?” Tanyanya

    “Ayooo, ngobrolnya di dalam saja !” Pinta ibu

    Ketiganya masuk ke ruang tengah. Raut muka Resti nampak sangat gembira, sementara Arif sebaliknya, dia kelihatan sangat dingin.

    “Ibu ke dalam dulu, ya !”

    “Iya, bu….!” Jawab Resti dan Arif hampir bersamaan

    “Apa kabarnya, Arif ? Kok, HP nya ga bisa dihubungi terus ?”

    Sebelum menjawab berondong pertanyaan dari Resti, Arif menarik napas dalam-dalam, lalu dipandangnya wanita yang sangat dicintainya itu. 

    “Resti…., ada sesuatu yang harus sampaikan pada kamu.”

    “Tentang apa ?”

    “Tentang ibuku…”

    “Ibumu kenapa…. ?”

    Arif mulai menceritakan apa yang pernah dibicarakan dengan ibunya kepada Resti dari awal hingga akhir. Tak ada disembunyikan atau ditutup-tutupi. Hal itu dimaksudkan agar Resti Pun tahu kalau dia pun merasa sangat terpukul dengan keputusan ibunya tersebut.

    Mendengar cerita Arif seperti itu, mendadak raut muka Resti berubah. Rona merah di mukanya nampak sangat jelas. Berkali-kali dia mengarahkan pandangannya ke atas agar air matanya tidak jatuh.

    “Bagaimana pendapatmu, sayang ?” Kata Arif, setelah selesai bercerita. Tak terasa mulutnya mengatakan sayang pada Resti. 

    “Ariiif …. !” Ucap Resti sambil menatap Arif dengan sangat dalam. “Kenapa kamu meminta pendapat ku ?” Tanyanya

    “Karena aku merasa punya janji denganmu, dan  bulan ini aku seharusnya memenuhi janji itu.”

    “Terus…., kamu akan mengatakan bahwa karena ibumu kamu akan membatalkan janjimu itu ?”

    “Justru itu, aku bertanya kepadamu. Apakah setelah kamu tahu masalahnya, kamu akan tetap menuntut aku untuk menikahimu ?” Kali ini Arif yang lebih mengarahkan pandangannya pada Resti. “Aku laki-laki, Resti. Kalau mau menikah tidak perlu wali. Kalau kamu tetap menuntut, tekadku sudah bulat. Aku akan tetap akan memenuhi janjiku untuk menikahimu.” Arif memastikan.

    “Arif…., ! kamu sangat sayang pada ibumu, kan ?”

    “Aku memang sangat sayang pada ibuku, tapi … aku tidak mau berpisah denganmu, Resti ….”

    “Arif…., kalau kamu memaksakan kehendak, aku yang nantinya tidak enak.” Ucap Resti sambil menempelkan tangan di dadanya. “Mungkin Allah tidak mentakdirkan kita untuk berjodoh…”

    “Tapi, Resti …..,’

    “Kamu percaya takdir, kan ?” Tanya Resti sambil berusaha untuk tidak menangis. “Kamu ingat, apa yang dikatakan oleh Umar bin Khathab saat membatalkan rencananya untuk memasuki suatu wilayah, karena wilayah tersebut sedang  terkena wabah. Ketika ditanya tentang sikapnya tersebut dia mengatakan ; Kita…. lari dari satu takdir menuju takdir Allah yang lain.”

    “Kamu rela, berpisah dengan aku ?”

    “Kita berpisah karena takdir, dan kita nantikan takdir terbaik dari Allah untuk kita.”

    Arif tertegun mendengar apa yang dikatakan oleh Resti, Dia tidak menyangka kalau orang yang kelihatan sayu itu, memiliki hati yang sangat tegar. Ada sedikit ketenangan dalam dirinya, ada satu keyakinan dalam hatinya bahwa Resti tidak akan terguncang hatinya saat berpisah dengan nya, dia akan tabah dan pasrah menerima kenyataan.

    Dua puluh tahun telah berlalu, Arif kini sudah menjadi seorang guru di salah satu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di kota Bogor. Dia menikahi seorang gadis yang rumahnya tidak jauh dengan rumah ibunya. Dari pernikanya itu dia dikaruniai dua orang putra dan dua orang putri. Yang tertua sudah menjadi mahasiswa tingkat satu, yang paling kecil baru memasuki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

    Sekalipun sudah berpisah lama, Arif selalu memantau keberadaan Resti lewat Facebook di HP nya. Tapi, dia tidak pernah menyapa atau melakukan kontak dengan nya. Dia bersyukur Resti mendapatkan suami yang kelihatannya cukup mapan, dan Resti Pun nampak berbahagia yang diperlihatkanya lewat unggahan photo-photonya.”Resti…. berkat keikhlasanmu engkau telah menemukan takdir terbaikmu.” Gumanya didalam hati.

     

     

    Kreator : Baenuri

    Bagikan ke

    Comment Closed: Takdir yang Terbaik

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021