KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Takut CLBK

    Takut CLBK

    BY 21 Jul 2024 Dilihat: 251 kali
    Takut CLBK_alineaku

    Wibowo baru saja bangun dari tidur siangnya saat ada yang mengucapkan salam di depan pintu rumahnya. Karena masih berat dia kembali memejamkan matanya, seakan-akan tak peduli dengan keadaan sekelilingnya.

    “Assalamu alaikum !” Orang yang berdiri di depan pintu itu, kembali mengulang salamnya. 

    “Wa alaikum salam !” Suara wanita tua menjawab salam, sambil bergegas membukakan pintu. 

    “Ibu…..!” Ucap wanita yang hampir tiga menit berdiri di depan pintu itu menyalami wanita tua yang tiada lain adalah ibunya Wibowo

    “Bukanya ini…., ?”

    “Heni, bu.” 

    “Iya…. Heni…., ibu baru ingat sekarang. Apa kabarnya, nak ?

    “Alhamdulillah, seperti yang ibu lihat. Saya sehat-sehat saja ?”

    “Sendirian ?”

    “Iya, bu….. Bowonya ada, bu ?

    “Adaaa. “ Jawab ibunya Wibowo sambil merapikan taplak meja yang sedikit miring.  “Ayo…., duduk dulu, !” Pintanya.

    “Terima kasih, bu !” 

    “Akhir-akhir ini, Bowo sering malas-malasan. Sebentar ya…., ibu bangunkan  dia dulu !

    “Iya, bu.”

    Ibunya Wibowo meninggalkan Heni di ruang tamu, dia bergegas menuju kamar anaknya.

    “Bowooo…., bangun, nak !” Ucapnya setelah berada di dalam kamar, sambil menepuk-nepuk kaki anaknya.

    Wibowo membukakan kedua matanya. “Jam berapa, bu !” Tanyanya 

    “Jam dua, kamu sudah shalat Dzuhur belum ?” 

    “Sudah bu.”

    “Ayo, bangun ! Ada tamu tuh, di depan.”

    “Siapa…. ?”

    “Heni… “

    “Heni….. ?” Wibowo tersentak mendengar ibunya menyebutkan nama itu

    “Iyaaa….”

    “Dengan siapa ?” Tanyanya

    “Sendiri.”

    “Dia sendirian ?” Kembali lagi Wibowo tersentak. “Bukanya …..?”

    “Sudah…..!” Potong sag ibu. “Samperin aja dulu, kasihan dia sudah terlalu lama menunggu” Pintanya

    Wibowo langsung bangun. Dia kebelakang sebentar, setelah itu langsung menuju ruang tamu. “Assalamu alaikum…. !” Ucapnya setelah berada di belakang Heni, wanita yang dulu sempat singgah di hatinya itu.

    “Wa alaikum salam…. !” Jawab Heni sambil membalikan badanya, menghadap sumber suara. 

    “Bowo….., apa kabar ?” 

    “Alhamdulillah, baik.” Jawabnya pendek. “Kamu bagaimana ?” Tanyanya

    “Seperti yang kamu lihat.”

    “Yang aku lihat sih, kamu tambah kurus.”

     Heni sedikit tersentak mendengar ucapan Wibowo seperti itu. “Sok tahu kamu…” Ucapnya dengan raut muka sedikit memerah

    “Ya sudah…., ga usah dipikirin.” Kata Wibowo sambil mengambil posisi tempat duduk, tepat berhadap-hadapan dengan Heni. 

    “Kata ibumu, sekarang ini kamu suka bermalas-malasan ?”

    “Yaah, lagi suntuk aja.” Jawabnya pendek. “Oh iya…, sudah berapa bulan kamu menikah ?” 

    “Enam bulan.”

    “Maafkan aku, ya ! Aku tidak bisa datang di hari pernikahanmu. Aku sakit, sampai aku dirawat di rumah sakit.

    “Sakit apa ?

    “Demam Berdarah.”

    “Iya sudah….., aku ga marah. Cuma sedikit kecewa, dan sempat suudzon pada kamu. Maafkan aku juga ya !”

     “Kamu sendirian ?” 

    “Iya…”

    “Kenapa ?”

    “Kenapa bagaimana ?”

    “Kamu kan sudah punya suami, kenapa ga dengan suami kamu, sekalian kenalkan aku kepadanya ?”

    “Sudahlah…., ga usah bicara masalah suami. !” 

    “Suamimu itu raja buat kamu, kemanapun kamu pergi harus dengan izin nya.”

    “Dia saja ga pernah izin kepadamu. Pergi pergi saja, tanpa basa basi.” Heni mulai memperlihatkan ketidaksukaanya pada suaminya.

    “Jadi suamimu tidak tahu kalau kamu mau ke rumahku ?” Tanya Wibowo

    “Kamu ga suka kalau aku kesini ?” Heni menatap tajam pada wajah Wibowo

    “Masalahnya bukan suka atau tidak suka Heni, Ini menyangkut hak dan kewajiban seorang istri terhadap suaminya.” Wibowo mencoba menjelaskan.

    “Haruskah aku mentaati suami yang hanya mementingkan dirinya sendiri ? Haruskah aku mentaati orang yang tidak pernah taat kepada tuhan nya ?” Heni kembali mengeluarkan kekecewaanya

    “Kamu kecewa dengan suami kamu ?” Tanya Wibowo lirih

    “Iya….” Spontan Heni mengiyakan 

    “Heni kamu adalah wanita tegar yang pernah aku lihat. Aku yakin kamu bisa meluluhkan hati suami kamu.” Wibowo mencoba meyakinkan Heni, orang yang idamkan itu.

    “Aku tak sanggup, Bowo…., aku tak sanggup …. “ Heni menangis sambil menutupkan kedua tangan ke mukanya. Inginya dia menangis dalam pelukan Wibowo, tapi dia sadar dia bukan siapa-siapanya lagi. Dia sudah milik Joko, laki-laki pilihan orang tuanya.

    “Heni….., kenapa kamu jadi cengeng seperti ini ?” Wiboyo sedikit kalut melihat Heni menangis.

    “Kamu tidak tahu apa yang aku rasakan, Bowo …. “  

    “Mau tahu bagaimana…., orang kamu baru datang hari ini. ?  Kau kira aku punya ilmu telepati apa ?

    “Telepati kali…..” Ucap Heni tersenyum di tengah tangisannya. Kalau tidak malu mungkin udah ngakak tertawa, seperti dulu-dulu mereka lakukan

    “Aku salah, ya ?”

    “Au  ah….,” Jawab Heni sambil menahan tawa

    “Heni…., aku boleh minta sesuatu padamu ?” Tanya Wibowo setelah agak tenang

    “Apa….?” Tanya Heni singkat.

    “Tujuh bulan yang lalu, kita sudah sepakat bahwa kita akan membuang rasa cinta yang pernah ada pada diri kita. Kita akan ubah menjadi persaudaraan. Kamu akan kenalkan aku dengan suamimu, dan aku akan kenalkan isteriku kepadamu.” Wibowo mengenang kembali apa yang pernah terjadi pada mereka.

    “Tapi …..,kamu kan belum punya isteri….”

    “Itu artinya…., kita belum saatnya untuk bertemu.”

    “Maafkan aku, Bowo. Aku lupa akan kesepakatan itu. Aku kesini sebenarnya mau pinjam skripsimu. Bulan depan aku akan ujian.” Heni mencoba menjelaskan perihal kedatanganya di rumah Wibowo

    “Ya sudah…., tapi jangan lama-lama, ya !”

    “Kamu kok kaya ga suka banget aku datang ?” Kembali nada suara Heni meninggi

    “Heni…., aku sangat senang kamu datang. Tapi aku sangat khawatir suamimu tahu kamu kesini. Apalagi kalau sampai dia tahu tentang masa lalu kita.” Wibowo mencoba menjelaskan.

    “Biar saja, biar dia ceraikan aku sekalian.”

    “ E, eh…., jangan ngomong begitu. Ingat…, dulu kamu sudah pasrah untuk mengikuti kemauan kedua orang tuamu.

    “Terus aku harus bagaimana, Bowo…. ? Aku sudah tidak tahan dengan kelakuan suamiku.” Kembali Heni mengeluhkan suaminya.

    “Heni…., semua orang memiliki sisi baik dan sisi buruk. Lihatlah sisi baik yang ada pada suamimu ! Jangan melihat sisi buruknya ! Mulailah kamu melakukan pendekatan melalui sisi baiknya. Aku yakin, kamu bisa melakukanya.

     “Bowoo….!” ibu Wibowo  memanggil. 

    “Iya, bu….” Jawab Wibowo

    “Tunggu sebentar, ya !” Kata Wibowo, lalu bergegas menemui ibunya di dapur.

    “Ada apa, bu ?” Tanyanya setelah ada di belakang ibunya

    “Tolong bawakan ini, ke depan !” Jawab ibu sambil menyodorkan jus alpukat dan makanan ringan kepada Wibowo

    “Iya, bu.”

    “Hati-hati …. !”

    “Buuu, Bowo bisa minta tolong ga ? Tanya Wibowo sebelum mengangkat baki 

    “Minta tolong apa ?”

    “Tolong nasehati Heni…. ! Kayanya dia lagi punya masalah dengan suaminya.”

    “Kamu saja….” Kata sang ibu

    “Saya takut, bu.”

    “Takut kenapa ?” 

    “Takut CLBK.”

    “Apa itu…. ?

    “Cinta Lama Bersemi Kembali.”

    “Ah…., kamu ada ada aja.” Kata ibu sambil tersenyum. “Ya sudah bawa dulu itu, ke depan !  Pintanya

    Saat Wibowo dan ibunya datang dari dapur, Heni nampak lagi telponan dengan seseorang. “Iya….., sebelum dia sampai dirumah, saya pulang. Assalamu alaikum !” Dia mengakhiri pembicaraanya.

    “Siapa yang nelpon, suamimu ?” Tanya Wibowo 

    “Bukan…., ibuku.” Jawab Henin

    “Nyuruh pulang, kan ?” Tanyanya lagi dengan posisi masih memegang baki

    “Iyaaa…” Jawab Heni setengah kesal

    “Kamu ga boleh pulang sebelum menghabiskan ini semua.” Kata Wibowo sambil meletsakan makanan dan minuman di atas meja

    “Iyaaa, tar kuhabiskan semua.”

    “Ayoo, nak Heni. Silahkan dicicipi !” Ibu Wibowo mempersilahkan

    “Iya, bu…. Terima kasih !

    “Bu…., saya mau mencari coretan-coretan ujian skripsi dulu di kamar, tolong ibu temanin Heni dulu, ya !“ Pinta Wibowo kepada ibunya.

    “Ya sudah….., pergi sana !” Jawab sang ibu

    “Heni…., kamu boleh cerita apa saja sama ibu. Insya Allah ibu akan mendengarkanya dan beliau pasti akan memberikan jalan keluarnya.” Kata Wibowo, lalu  balik kanan menuju kamar pribadinya.

    Sengaja Wibowo berlama-lama di kamarnya, dengan harapan ibunya bisa menasehati Heni yang lagi galau. Setengah jam kemudian dia baru muncul dengan tangan memegang skripsi, yang kemudian diberikan pada Heni

    “Ini…., kamu bawa pulang, dan ga usah dikembalikan. Aku sudah siapkan, karena feelingku menyatakan kalau kamu akan datang untuk meminjam skripsiku.” Katanya sambil menyodorkan skripsinya.

    “Terima kasih, ya. Kamu memang sahabatku yang tiada duanya. Ibu terima kasih atas segala nasehatnya. “Ucap Heni dengan senyum di wajahnya

    “Sama-sama, nak !” Jawab Ibu

    “Kalau begitu saya pamit dulu. Assalamu alaikum

    “Wa alaikum salam warohmatullahi wabarokaatuh.” Jawab Wibowo dan ibunya. Keduanya mengantarkan Heni sampai teras rumahnya.

     

     

    Kreator : Baenuri

    Bagikan ke

    Comment Closed: Takut CLBK

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021