Dama gadis kecil riang yang merupakan murid pindahan dari luar daerah ketika kelas 3 SD. Aku berteman dengannya sejak saat itu juga. Orangnya asyik, tidak suka pilih-pilih dalam berteman dan ngobrol apapun selalu nyambung. Tidak jarang ketika pulang dari sekolah aku tidak langsung pulang ke rumah, tetapi bermain dulu di rumah Dama yang berlokasi di seberang sekolah.
Setahun kemudian, aku harus pindah sekolah karena aku dan keluarga pindah rumah dan mencari sekolah dasar yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Walaupun berpisah sekolah, sebagai anak kecil aku tetap menjalin komunikasi dengan Dama melalui surat yang kutitipkan melalui ibu yang kebetulan kalau pulang kerja perjalanannya melewati rumah Damai atau melalui adikku yang saat itu masih bersekolah di sekolah dasar yang sama dengan Dama sambil menunggu waktu pindah ke sekolahku yang baru. Surat-menyurat ini selalu dilakukan beberapa tahun selanjutnya. Waktu itu belum ada SMS, email, atau whatsapp seperti sekarang.
Pada tingkat sekolah menengah pertama, dengan nilai kelulusanku yang lumayan bagus, aku berhasil diterima di SMP favorit. Alangkah senangnya hatiku. Selain diterima di SMP impianku, ternyata Dama juga bersekolah di tempat yang sama. Jadi, kami kembali berkumpul dengan tingkah polah kami biasanya. Membahas obrolan khas anak yang baru menginjak remaja. Kadang di tengah pelajaran, kami berdua dihukum oleh guru karena keasyikan mengobrol.
Di bangku SMA pun kami tetap satu sekolah. Memiliki minat yang sama pada pelajaran Bahasa, walaupun nilai kami sebenarnya lebih dari cukup untuk masuk kelas Sains.
Pertemanan dari kecil hingga remaja dan jelang dewasa itu memang beda ya kalau kita menemukan orang yang sefrekuensi. Tidak sekalipun aku dan Dama bertengkar apalagi saling merajuk. Yang ada paling melontarkan candaan konyol bersama teman yang lain.
Pertemanan itu tidak hanya sampai di situ, tetapi terus berlanjut walaupun kami sudah beda kota karena aku melanjutkan ke perguruan tinggi di luar pulau. Jarak dan waktu tidak menghalangi kami untuk selalu menjalin silaturahmi. Bahkan sampai aku menikah, punya beberapa anak dan tinggal menetap di kota tempatku menuntut ilmu.
Ketika dewasa Dama menjadi seorang guru. Dengan profesi tersebut, Dama sering bepergian bersama murid-muridnya baik dalam rangka study tour maupun lomba. Paling tidak dalam setahun, ada sekali waktu kami bertemu di kota tempatku tinggal saat ini. Biasanya aku dan suami yang menghampiri ke hotel tempatnya menginap. Tetapi beberapa tahun kemudian, aku hamil dan harus bedrest. Jadi, ketika Dama berkunjung ke kotaku, dia yang datang ke rumah.
Aku tidak menyadari kalau kunjungannya ke rumahku waktu itu adalah pertemuan kami yang terakhir kalinya sebelum Pandemi Covid-19 melanda dunia. Pada kunjungan terakhir itu kami banyak bercerita sambil mengenang masa-masa sekolah dasar, SMP dan SMA. Anak-anakku pun menyukai Dama. Dama memang orang yang periang dan gampang berbaur dengan siapa saja. Tidak terasa kami mengobrol dari siang sampai malam.
Beberapa bulan kemudian sejak kunjungan itu, aku mendapat kabar kalau Dama sakit dan telah berpulang. Tidak hanya aku yang sedih, anak-anakku juga. Sebuah kabar yang tiba-tiba. Dama yang riang, ternyata diam-diam menahan sakitnya seorang diri. Dama tidak mau merepotkan orang lain dan membuat orang lain sedih. Dama ditemukan di rumahnya seorang diri dengan kondisi kritis di kota tempat dia bertugas menjadi guru. Karena masih dalam suasana Pandemi Covid-19 dan tidak boleh bepergian, aku mengikuti prosesi pemakaman Dama secara daring yang disiarkan secara langsung oleh keluarganya.
Jika kau bertanya apakah aku punya teman yang berteman dari kecil hingga dewasa, maka jawabannya “ya, aku punya”. Banyak orang yang mengatakan bahwa jika kita punya pertemanan yang demikian, berarti kita sangat beruntung. Dan aku juga merasa beruntung memiliki teman seperti Dama. Pertemanan yang sangat panjang yang pada waktu itu hanya dipisahkan oleh ruang dan waktu. Dan sekarang kami dipisahkan oleh alam. Dama dengan usia yang masih muda harus berpulang karena penyakitnya. Selamat jalan, Dama…Istirahat dengan tenang di sana. Aku beruntung mengenal dan berteman denganmu.
Kreator : Fatrisia Yulianie
Comment Closed: Teman
Sorry, comment are closed for this post.