KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Teman Sejati

    Teman Sejati

    BY 14 Jan 2025 Dilihat: 120 kali
    Teman Sejati_alineaku

    Namaku Bayu, anak tunggal yang tinggal dengan Ayah dan Ibu. Aku menghabiskan banyak waktuku hanya di rumah dan di sekolah. Setelah pulang sekolah aku menghabiskan waktuku di rumah, berteman dengan handphone dan televisi. Aku sangat jarang bermain keluar rumah. Kalaupun aku keluar rumah, pasti dengan Ayah dan Ibu. Aku tidak mempunyai banyak teman, orang-orang terdekatku hanya Ayah, Ibu dan beberapa orang temanku di sekolah. Ada beberapa hal baik yang aku dapatkan dengan lingkungan dan kebiasaanku selama ini. Dengan membatasi pergaulan, aku terhindar dari hal hal negatif. Ketika teman teman seusiaku sudah mulai mengenal rokok dan bahkan merokok, aku justru tidak pernah tertarik sedikitpun untuk mencobanya. Ketika teman seusiaku pergi nongkrong dan keluar malam, aku bahkan tidak pernah melakukannya. Namun, ternyata ada juga hal negatif yang kudapatkan dari lingkungan dan kebiasaanku yang jarang berinteraksi dengan banyak orang. Hal tersebut mencetakku menjadi anak yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru dan sulit menemukan teman baru. Cenderung menutup diri dan tidak berani mencoba  hal baru.

    Sekarang aku duduk di bangku SMP kelas 1. Aku baru beberapa minggu menjadi murid baru di SMP. Aku harus banyak beradaptasi dengan lingkungan sekolahku yang baru. Aku masuk SMP bersama dua temanku yaitu Hasan dan Ardi. Kita adalah teman sejak kecil, kita selalu bersama ketika belajar dan bermain, tetapi pertemanan kita yang erat tidak bertahan lama sejak kita menginjak remaja dan masuk ke jenjang SMP. Ketika pertama kali masuk sekolah baru, kita masih selalu bersama. Namun kebersamaan kita akhirnya harus usai. Saat pembagian kelas kita bertiga ternyata tidak mendapat kelas yang sama, kita terpisah satu sama lain. Hasan di kelas A, aku di kelas B, dan Ardi di kelas G. Pertemanan kami pun mulai berubah, kita mulai asik dengan teman baru kita masing masing. Ketika aku bergabung bersama Ardi dan temannya aku diabaikan begitu saja. Ardi asik dengan teman barunya. Aku pun pergi karena aku diabaikan ketika bermain bersama mereka. Sedangkan temanku yang bernama Hasan memiliki sifat yang hampir sama sepertiku, sifat yang sulit beradaptasi dan berteman dengan teman baru. Kami berdua sering  bersama ketika istirahat, kami bertemu di kantin, berbincang, dan menghabiskan waktu bersama. Kadang kami juga membicarakan Ardi dan temannya.

    “Bay, enaknya jadi Ardi gampang berteman dan akrab begitu cepat, sedangkan kita sulit akrab dengan teman baru dan dia juga selalu bersama dengan teman barunya kita pun diabaikan oleh Ardi sedangkan kita yang bersamanya sejak kecil. Sampai sekarang kita selalu menemani saat duka maupun senang, tapi dia malah mengabaikan kita.” Itu yang sering menjadi bahan obrolanku dengan Hasan.

    Waktu pun terus berjalan, kantin mulai banyak didatangi kakak kelas dan kami pun mulai bisa berbaur dan punya beberapa teman. Salah satu teman baru kami bernama Revan, kami bertiga pun cepat akrab. Seiring berjalannya waktu, aku merasa mulai terabaikan. Revan lebih dekat dengan Hasan. Aku tersisih, teman dekatku semakin jauh, teman dekatku hilang lagi. Setelah Ardi yang menjauh, kini Hasan pun mulai pergi. Revan dan Hasan justru semakin kompak membully aku. Aku pun merasa dikucilkan oleh mereka, aku pun menjauhi mereka berdua dan berusaha untuk tidak bertemu mereka berdua. 

    Sifat Hasan mulai berubah. Hasan yang dulu sulit berteman dengan orang baru, kini mulai memiliki banyak teman. Teman Hasan sangat banyak, mulai dari teman sekelasnya maupun kakak kelas pun banyak yang akrab dengannya. 

    Sedangkan aku tetap sama, tetap sulit mendapatkan teman, sulit akrab dengan teman baru. Ketika aku pergi ke kantin, Hasan dan sekumpulan teman-temannya sering mengejekku bersama. Aku pun tetap diam, tak menghiraukan ejekan mereka. Aku mulai malas keluar kelas, bahkan ke kantin pun aku malas. Ku habiskan waktuku hanya di dalam kelas.

     Aku pun mulai berusaha merubah sifatku, aku mulai berusaha untuk berteman dengan teman sekelas ku sendiri karena aku sudah kehilangan dua teman baikku sejak kecil. Aku berusaha introspeksi diri, bertanya pada diriku sendiri. 

    “Ada apa denganku?”

    “Apa yang salah dengan diriku?”

    “Mengapa begitu sulit untukku mendapatkan teman baru?”

    Aku mulai mencoba memperbaiki diri dengan mencari jawaban atas banyak pertanyaan yang muncul di benakku. Aku mulai memberanikan diri untuk terbuka dengan lingkungan disekitarku. Akhirnya aku mulai mencoba untuk dekat dengan teman sekelasku yang juga sangat pendiam, dia bernama Rizqi. Aku yakin bisa mudah berteman dengannya karena sifatnya yang mirip denganku. Tapi, ternyata aku salah besar. Rizqi justru menjauhiku. Dia memilih berteman dengan teman yang lain, dan lagi lagi aku selalu terabaikan.

    Aku tidak berputus asa. Aku mencoba untuk dekat dengan temanku yang lain. Kali ini aku coba mendekati temanku yang bernama Adi dan Agung. Aku sering bergabung dengan mereka, berusaha mengobrol dengan mereka agar lebih akrab. Segala macam cara aku lakukan agar bisa dekat dengan mereka. Saat istirahat pun aku tak segan untuk membelikan mereka makanan ringan. Hal itu sengaja aku lakukan agar mereka mau berteman denganku. Setelah beberapa minggu, aku mulai akrab dengan mereka. Tapi tidak dengan Rizqi, dia tetap acuh padaku. Disaat aku menawari Adi dan Agung makanan.

    “Di, Gung. Ayo kalian masih lapar, kan? Ayo tak beliin makanan.”

    Mereka dengan senang hati menerima ajakanku. 

    ”Yang bener? Ya udah makasih ya, Bay.” Kata Agung dan Adi sambil bersemangat.

    Namun berbeda dengan Risqi, saat aku tawari makanan dia selalu menolak. Aku mulai nyaman berteman dengan Adi dan Agung. Mereka pun nampak nyaman berteman denganku meskipun aku sudah jarang membelikan mereka makanan. Hanya sesekali aku membelikan mereka makanan jika uang sakuku lebih.

    Aku bersyukur bisa berteman dengan Adi dan Agung. Sedangkan Rizqi masih belum bisa begitu dekat denganku. Rizqi memang anak yang sangat pendiam, tapi juga anak yang sangat pintar. Aku merasa dia hanya mau berteman dengan anak yang sama pintarnya dengan dia. Rizqi hanya nampak akrab dengan Hakim, yang sama pintar. Sering kali yang mereka obrolkan adalah pelajaran yang kita pelajari dan jarang membicarakan hal lain, tidak seperti teman lainnya. Guru di sekolahku sering membagi tempat duduk siswa secara acak serta memperhatikan tinggi badan siswa. Ketika pembagian tempat duduk, aku dan Rizqi kebetulan menjadi teman sebangku, karena tinggi badan kami pun hampir sama. Dan, masih dengan situasi yang sama, aku masih kesulitan berbicara dengannya. Pelajaran di kelas terus berjalan dengan suasana yang cukup canggung di antara aku dan Rizqi. Aku memberanikan diri bertanya padanya ketika ada pelajaran yang belum aku mengerti, aku lebih nyaman bertanya pada teman daripada bertanya pada guru. Rasa takutku bertanya pada guru lebih besar daripada rasa takutku bertanya pada Risqi. 

    “Riz, ini gimana cara mengerjakannya? Gimana rumusnya? Aku ndak ngerti, tolong jelaskan lagi biar aku mengerti.” 

    Dengan entengnya, Rizqi menjawab, “Enak aja. Kan tadi udah dijelasin sama gurunya. Tanya aja langsung sama gurunya, jangan tanya ke aku. Emangnya aku gurumu?!”

    Aku tak putus asa, ku coba bertanya pada teman lain. Kali ini aku bertanya pada Hakim. 

    “Kim, ini gimana cara mengerjakannya?” 

    Dan, tidak kusangka, ternyata Hakim dengan senang hati menjawab pertanyaanku.

    “Oh, ini mah gampang. Sini aku bantu jelasin.”

    Setelah mendengarkan penjelasan Hakim, aku pun mengerti dan dapat memahami materi yang sebelumnya tidak ku mengerti. 

    “Oh, gini ya caranya. OK, makasih ya, Kim.” 

    “Oke, sama sama, Bay.” 

    Hakim anak yang pintar tetapi dia tidak perna pilih-pilih teman. Dia berteman dengan siapapun, baik laki laki maupun perempuan. Jika ada teman yang kesulitan, dia selalu menolongnya dengan senang hati. Kebaikan Hakim menjadikanku ingin duduk satu bangku dengannya. Tapi nyatanya, hal itu pun tidak bisa terwujud karena guru tidak mengizinkanku duduk dengan Hakim yang memang postur tubuhnya tidak tinggi.

    Rizqi masih menjadi teman dekat Hakim, namun kini dia juga nampak dekat dengan seorang teman sekelasku yang bernama Fino. Mereka berdua nampak sangat cocok, sangat akrab, kemana-mana mereka selalu berdua. Rizqi tidak pernah mau membagi pekerjaannya pada teman yang lain. Dia hanya mau membagi pekerjaannya dengan Fino dan Hakim. Fino juga lumayan akrab denganku. Biasanya dia mengajakku ke kantin jika Rizqi tidak masuk sekolah. Bisa dibilang Fino anak yang lumayan friendly, sama seperti Hakim. Dia bisa bergaul dengan semua anak di kelas.

    Waktu terus berjalan, dan aku mulai terbiasa dengan situasi ini, dengan segala tingkah teman teman di sekitarku. Dulu untuk berangkat sekolah pun aku berat, karena aku merasa tersisih. Tapi kini aku semangat berangkat ke sekolah. Aku mulai tertantang untuk lebih giat belajar agar aku pintar dan juga agar aku punya banyak teman. Karena tidak bisa aku pungkiri bahwa ada beberapa anak yang hanya mau berteman dengan anak-anak yang pintar. Rizqi pun sedikit demi sedikit mulai berubah, mulai bisa berteman denganku. Sedangkan Ardi, Hasan dan Revan kini juga tidak pernah membully-ku lagi. Meskipun aku tidak begitu dekat dengan mereka, tetapi kami pun masih berteman baik.

    Aku sudah mulai nyaman dengan orang-orang yang mau berteman denganku dan dengan lingkungan sekolahku saat ini. Temanku tidak hanya anak-anak yang satu kelas denganku, tapi aku juga mempunyai banyak teman dari kelas lain, bahkan aku juga berteman dengan kakak-kakak kelasku. Aku tidak memaksakan diri untuk dekat dan berteman dengan mereka serta akupun tidak memaksa mereka untuk dekat dan berteman denganku. Jika kita tulus berbuat baik dengan mereka, maka mereka pasti akan berbuat baik pula pada kita.

    Ada banyak hal yang dapat ku pelajari dari semua yang telah ku lalui. Akan selalu ada hal baik dan hal buruk dalam hidup kita. Tugas kita adalah mengambil hikmah dari semuanya. Kita harus mengambil hal baik dan harus belajar dari buruk yang telah kita alami. Kita tidak boleh menyerah dan berputus asa untuk mendapatkan yang kita inginkan. 

     

     

    Kreator : Muhammad Ezar Zabdanulah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Teman Sejati

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021