Dua mobil sudah siap siaga akan berangkat. Beberapa orang tampak sibuk disekitaran kendaraan itu. Dharma pun kelihatan menungguku. Sambil melambaikan tangannya memanggil. Aku semangkin mempercepat langkah mendekat.” Ayo kita berangkat” ajaknya sambil mempersilahkan aku duduk di kursi tenggah. “ ayo wooi, kita berangkat”,. Aba abanya mengajak yang lain untuk segera masuk ke mobil. Mobil double kabin itu menyelusuri jalanan yang di gambang kayu. Kayu kayu disusun rapi sebagai penahan gambut yang lembut. Di dalam double cabin, kami lebih sering ngelonjotan karena goyangan mobil di atas jalanan. Tak ada yang berbicara, semua seakan menikmati enjut enjutan nya.
View tanaman sawit muda yang berbaris rapi. Hijau dengan warna daun kebiru biruan diterpa sinar matahari. Pemandangannya sejauh mana mata memandang . lurus di sejajar. Tanaman yang masih kecil. Di dalam bondar kelihatan sekali air parit yang berwarna hitam kecoklatan. Sepintas lalu terlihat seperti kopi susu…. airnya tergenang tampak tak ada riak untuk mengalir. Beberapa kali kami melintasi jembatan jembatan kayu memotong Bondar yang lebarnya hampir tigaan meter. Beberapa foto kusempatkan mengambilnya. Disebuah Pondok kayu bertingkat kami berhenti. Sesekali suara bising terdengar. Mengyering melengking untuk satu menit kemudian hilang lalu terdengar lagi . begitu berulang hingga beberapa kali baru hening total hingga setengah jam. Kulihat Dharma berbicara dengan seseorang. Dharma memanggilnya pak Rizal. Dengan setelan seragam perusahaan yang sama dengan Dharma. Menandakan dia salah satu pegawai di Jajaran Staf. Tak lama kemudian mereka diam seakan menunggu sesuatu. Aku tak ada nafsu untuk berkeliling. Malas karena cuacanya panas sekali. Gerahku membuat ingin tahuku mandek. Hanya membuat goretan goretan di buku notes. Menghiasi sampul depan nya dengan strip strip lurus .ilustrasi grafis itu ku buat berlapis dengan berbagai ketebalan. Membujursangkar. Diakhiri dengan senyuman ku yang puas. Tapi itu terhenti ketika sebuah mobil sedan masuk ke halaman. Empat orang keluar dari mobil. Dua wanita dua pria. Salah satunya tampak orang pribumi sisanya Bule.
Busyet , bule, jerit dalam hatiku. Ada selintas pikiranku takjub. Ada apa ? NGO dari Greenpeace would-kah ?
“ Itu mereka datang “ aku pun ikut mendekati Dharma walau dengan sangat berhati hati. Takutnya bukan waktu yang tepat untuk merapat. Dharma menyadari aku ada di dekatnya. Dia hanya tersenyum lalu memberikan mimik mengajak mendekat. “ Well, welcome “ sambut pak Rizal. Sedikit kikuk.
“ oh, iya, selamat siang “balas bule itu. Kami setengah terkejut.
” Iso bahasane awak “ celetuk seorang anggota Dharma. Membuat kami tersenyum dan suasana tambah akrab. Saling bersalaman dan memperkenalkan diri. “ saya Bernard, ini Micheal, Claude “ “ Saya Ramos “ orang Indonesia yang bersuara berat. “ Gantian juga Pak Rizal memperkenalkan Dharma dan teamnya serta tak lupa pak Rizal juga menunjukkan tangannya ke arah ku. “ ya… saya Dee Susilo , temannya Bang Dharma. Baru sampai juga “ Terangku. Sedikit gugup. Apalagi harus bersalaman dengan bule. Wah seperti si Sharon. Claude hanya tersenyum ketika ia menangkap tatapanku. Ge-er juga sih. Kubalas malu malu. “ Ayo “ ajak Ramos untuk naik ke teras. Dari teras itu sangat puas memandang sekitar. Hamparan hutan yang baru tertanam pohon Kelapa sawit. Di ujung lahan terhampar masih terlihat pepohonan hutan yang memagari areal sebelah Selatan. Sementar di sebelah Utara telah luas terhampat tanaman perkebunan. Aku duduk agak sedikit di pojok di sudut pertemuan.
“ Begini pak Dharma, Bang Ramos ini teman saya. Saya sudah ceritakan temuan Pak Dharma tentang lokasi lokasi besi tua tersebut.” Pak Rizal berhenti sejenak ia memberikan mimik agar di permaklumkan. Bang Dharma tak memberikan respon yang reaktif. Dia dingin. Kelihatan ada yang di tunggunya. “ Jadi ternyata Claude ini tertarik. Ia ingin melihat tempat tersebut. Saya sudah memberikan foto foto yang tempo hari itu.”
“Ya, oke. Terus apa hubungannya dengan mereka. Sebenarnya saya tak pasti terhadap keberadaan besi besi tua tersebut. “ Dharma masih kelihatan heran. Ada sedikit khawatiran. “ begini…maaf saya to the point “ sela Claude tiba tiba. “ saya sangat tertarik untuk menemukan tempat tersebut. Saya sudah siapkan biaya nya. Dan Bang Dharma Juga saya Bayar “ Wanita Bule itu dengan sigap mengeluarkan sebuah Amplop. Seperti sudah disiapkan dengan matang. Bang Dharma terkejut, amplop itu terlihat mengelembung. Menandakan berisi padat. Semua anggota team ikut juga terkejut. Beberapa orang terlihat tersenyum senang. “ Wah, bukan seperti ini “ suara Bang Dharma sedikit terbata bata. Matanya melirik Pak Rizal. “ Iya enggak apa apa. Saya juga sudah ngomong soal biaya team tersebut. Its oke “ Pak Rizal menanggapi tatapan Bang Dharma. Ia kelihatan sangat maklum. “ Jadwalnya harus saya sesuaikan “ tegas Dharma. Ada ragu dari getar suaranya.” Oke , itu sudah saya negokan, “ Pak Rizal sedikit merasa puas, seperti yang ia perkirakan. Bang Dharma melihat ke saya, lalu bergantian ia melirik anggotanya. Masing masing memberi tanggapan dengan bahasa tubuh. Mereka dan aku sepenuhnya menyerahkan pada Bang Dharma.
“ Alfa Hotel… monitor. Pangkalan Panggil “ suara panggilan dari radio HT. Panggilan tersebut diulang beberapa kali. Pak Rizal mempersilahkan Bang Dharma menyambutnya. “ Oke Pangkalan disini Alfa Hotel, Bongkar Info ganti “ “ Dengan pak Alfa Sera satunya ganti ?“
“ oke, Alfa Sera Satu di sini “
“ Pak Dharma , Situasi di areal Garapan harus segera di tindak lanjuti. Apa langkah antisipasinya ?”
“ Iya pak, kita sudah dapat info tentang tuduhan mereka. Tapi kita belum dapat info yang lengkap “
“ Jadi apa yang akan dilakukan oleh Alfa Hotel”
“ Kita harus mendata ulang lahan yang terkena dampak nya pak. Kita harus survey data real di lapangan “ ,
“ Oke lakukanlah, berapa hari itu bisa selesai ?”
“ Info jadwal, kita usahakan tiga hari pak.”
“ Oke lakukan lah , saya beri waktu seminggu ya . jangan lebih “
“ Eee…. oke pak saya kerjakan “, “ oke . lanjutkan “ suara itu terdiam tak ada lagi tanda tanda pembicaraan.
“Bagaimana. ?” suara pak Rizal tak mau berlama lama.
“ Tunggu dulu. Mengapa penugasan ini langsung melalui Radio?” Bang Dharma mendekati pak Rizal. Lalu memperhatikan para tamu bule satu persatu. Dalam hatiku bertanya mengapa serumit ini. Tau memang ini dibuat rumit tanyaku dalam hati. Ada sesuatu yang tersembunyi. Lalu apa yang mau mereka cari ?. ketiga pertanyaan ini kutulis dalam notes. Kulingkari dan kuberi tanda tanya hingga dobel tiga.
“ Sudahlah, bersiaplah. Berangkat besok pagi kita kumpul disini jam tujuh. Selamat berkemah” desak pak rizal. Untuk menuntaskan kepastian ekspedisi ini.
“ Saya sangat berterima kasih bang, jika expedisi ini kita lakukan. Berapapun biayanya saya sanggupi . please “ Claudia sedikit menampakkan rasa mengiba. Lucu juga kelihatannya seorang cewek bule memohon seperti itu. Apalagi sekarang Claudia sudah mendekat ke sisi Bang Dharma. Terdengar samar samar Cewek itu setengah berbisik . tak jelas apa yang diucapkan, namun membuat raut wajah Dharma sedikit tenang.
“ Saya ini sedikit mengganjal. Penugasan Kerja melalui Ajuan RKH dan harus ada di RKB ?” “ sudah lah, ini kan darurat, Urgent jadi tugas itu bisa bersamaan dengan ekspedisi ini. Sekali Jalan Dua gunung di daki. Oke” Rizal terus memberi semangat. “ Dan ingat kau punya dua hari waktu tambahan” sambungnya . Claudia mengegemkan amplopnya. Genggaman itu terlihat erat. Tanggan Dharma tak menepis pegangan gadis itu. Dia memandang dalam wajah cewek bule di depannya. semua seperti tersihir. Kami mematung menunggu kelanjutan ekspresi mereka. Angin terasa berhenti sejenak. Suara pukang yang sedari tadi riuh di tengah hutan. Tiba tiba diam . Senyap tanpa berisik. Untuk beberapa detik berlalu. Baru Dharma tersadar. Terasa tangannya digenggam Claidia. “ Oke kita berangkat, tapi ada Syaratnya “,
“ Apa syaratnya ?“ Michel tiba tiba ikut nyambung. “ Apa pun Syaratnya kami setuju “ Ungkap Ramos dengan suara beratnya.
“ Tidak ada yang memberi perintah kecuali saya, Tidak boleh ada Alkohol, minuman keras, jangan kecing sembarangan “, mendengar surat yang terakhir Ramos tersenyum, sedangkan Bernard tampak tertawa .” is`t Funny “ tapi memang iya juga. Syarat yang ketiga itu membuat aku merasa bego sendiri. Emang di hutan ada tempat toiletnya. Aku pun tertawa tapi yang pasti tidak kedengaran. Takut Bang Dharma tersinggung.” Oke saya rasa kita sudah deal. Selamat jalan. The Adventure team “ Pak Rizal menyalami Keempat tamunya, lalu Dharma dan dia juga menyodorkan tangannya pada ku. Kepada yang lain ia hanya memberikan pandangan yang penuh semangat. “ oke silahkan mengatur rencana petualangan kalian , saya tinggalkan dulu ya “ pak Rizal mengangkat kedua tangannya memberi salam pamit. Langkah kakinya cepat menuruni tangga. Dia benar benar meninggalkan kami.
Dharma melirik jam tangannya. Ia menunjuk dua orang utk membereskan meja, lalu ia menyuruh anggota yang lain mengambil sesuatu. Dharma juga menyuruhku mendekat.
Oke, posisi kita sekarang di sini, Kilo Papa romeo. Akan menuju patok lima ribu. Disini kita bagi dua team. Team kuda besi membawa bekal menuju patok tujuh ribu lalu ke camp Alfa Hotel satu. Untuk ambil perlengkapan komunikasi dan peralatan dokumentasi. Lalu menuju jalur 12. Disana simpan kuda besi ,antar sebahagian bekal di camp centong 3. Setelah makan siang kalian balik menuju centong 2. Titik kumpul kita.” Mata dharma melirik dua anggotanya. Langsung disambut dengan anggukan mengerti “ siap bos “ pekik mereka semangat. “ jadi yang lain , dari patok lima ribu menuju jalur tangkahan sampai disini. Dari sini kita jalan melalui rintisan hingga sampai di camp centong 1 dan centong 2. Bertemu “ paparan Dharma. Di Atas Peta Lapangan A3 , tergambar jelas rute perjalanan. Dharma memastikan semua orang yang hadir mengetahui jalur. Tatapan menyelidik dilakukan dharma. Ketika berpapasan dengan mata Claude, lama mereka saling pandang. Hampir semenit berlalu saling tatap, jika tidak terdengar suara deheman Micheal mungkin akan lama tuh pandangannya. “ terus jalur ke lokasi yang akan kita datangi, bagaimana ?” Micheal ingin tahu. Bahasa Indonesianya masih beraksen eropa. Besok malam kita bermalam di Centong 2, Paginya bergerak ke lokasi hingga siang. Sorenya kita menginap di Alfa Hotel 2. Berarti hari Kamis pagi kita sudah bisa bergerak pulang. Dan Kami akan melaksanakan tugas juga lagi sehari “ papar Dharma sekali lagi. “ oke, Saiya ulang schedule ekspedisinya. Besok pagi kita bergerak dengan dua rombongan. Rombongan Logistic lewat jalur jalan kebun. Dan yang lain berjalan kaki melalui jalur rintisan. Bertemu lagi di Ceintong 2. Pagi Hari rabu bergerak Ke lokasi hingga tengah hari, dan bergerak ke Alfa Hotel 2. Bermalam disana. Baru hari kamis pagi kami sudah bisa kembali pulang menuju patok Tujuh Ribu. “
“ Sepertinya sangan simple, apa nanti rintangannya ?” tanya Micheal. Sedikit keheranan. Mencoba cari tantanggan. “Tak ada, Jalur itu biasa saja, hanya saja jalur memang tak bisa ditempuh oleh kendaraan, kita harus berjalan kaki. Dan it’s Jungle, tentunya binatang buas serta pepohonan pula yang menjadi rintangan alamnya, “ senyum sinis terbit juga di bibir Dharma. Semua terdiam masih dengan pikiran masing masing. Lalu ketiga bule itu berbicara dengan bahasa inggris. Busyet lancar amat, wase wess wosss… aku tak bisa mengikuti apa yang mereka omongin. Dharma hanya memandangku, ia naikan alisnya. Aku balas tersenyum malu, maklum nggak lulus private Bahasa Inggris. “ well, jadi kita bergerak besok pagi , start bertemu disini. “ ucap Bernard. Seakan mereka sudah mendapat keputusan bersama. “ oke Deal, jam tujuh kita kumpul disini. “ mereka bersalaman, tanda sepakat. “Kami langsung ke base camp untuk persiapan perbekalan dan peralatan “ dibalas oleh bule bule itu dengan anggukan “ yeea..”
Kami pun bubar. Aku segera mengikuti Dharma yang langsung menuruni tangga . diikuti semua anggota kerjanya yang lain. Selang lima menit kemudian kami sudah meninggalkan Rumah Kilo Papa Romeo. Bule bule itu masih di teras atas. Berfoto ria dan menikmati nyanyian suara pukang. Serta jeritan burung burung liar. Hembusan angin sudah mulai terasa sedikit kencang. Angin yang berhembus dari balik pepohonan hutan itu terasa berbau aroma laut.
Kami melalui jalan perkebunan itu, menelusuri jalanan tanah yang kulalui tadi pagi. Hampir sejam-an kami sampai di kota kecamatan. Langsung menuju Warung makan, karena jadwal makan siang kami sudah benar benar molor. Selesai makan , kami berbelanja sembako. Mie Instan, beberapa buah lampu teplok gantung serta senter. Segulung plastik terpal dan beberapa tikar plastik. Aku hanya mengekor saja. Dari masuk toko keluar toko. Setelah puas berbelanja kami kembali lagi ke perkebunan. Menjelang Isya kami sampai di sebuah Barak Rumah papan. Mobil terparkir sembarangan di pinggir jalan di luar pagar halaman. Tiga buah Lampu minyak sudah terpasang di teras. Barak itu memiliki enam pintu yang berjarak mungkin empat meteran. Rumah model batre dengan masing masing memiliki ruang tamu, satu kamar dan dapur. Sementara untuk kamar mandinya. “ Bang, kamar mandinya dimana ?” tanyaku pada salah seorang. “ Oh, iya pak. Di sana di depan. “ pria itu menarik tanganku. Diteras ku lihat arah yang ditunjuknya, sebuah tempat yang ditutupi plastik hitam selebar dua meteran. Posisinya tepat di atas sebuah parit yang lebarnya hampir sama. Rasa kecutku muncul. Hari telah gelap mandi di ruang terbuka. Yah…. greeer mending nggak mandi lah, pikirku. “ Enggak apa apa pak, ayo kita temani. Kita semua mau mandi kok” bergegas kami ke sana. .
Kreator : Darmen Eka Susilo
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: TERATAI PUTIH LUBUK BUAYA Senin,-bag2
Sorry, comment are closed for this post.