KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Terbuai Di Zona Nyaman (bab 4)

    Terbuai Di Zona Nyaman (bab 4)

    BY 18 Jun 2025 Dilihat: 32 kali
    Terbuai Di Zona Nyaman_alineaku

    Hidup manusia sebenarnya laksana mimpi, Sebab kita sering kali menghadapi halangan dan tantangan yang kadang membuat kita merasa tidak bisa melompat tinggi, selain itu kenyamanan yang kita terima setiap hari, malah sering menjebak kita dalam zona nyaman yang sulit kita tinggalkan.

    Padahal, sejatinya jika menilik masa kecil dahulu, saat kita mulai belajar berjalan, tak ada rasa takut yang menghalangi. Ketika jatuh, meski menangis, kita segera bangkit dan mencoba lagi—hingga akhirnya mampu berdiri, melangkah, bahkan berlari.

    Namun sayangnya, seiring bertumbuhnya manusia, lingkungan mulai mempengaruhi cara kita melihat tantangan. Rasa takut dan cemas perlahan menyusup, membuat kita ragu untuk melangkah, seakan lupa bahwa dahulu kita pernah begitu berani dalam ketidaktahuan.

    Begitu pula saat kita “jatuh”, sering kali terasa sulit untuk bangkit dan melangkah lagi. Ketakutan yang tumbuh dalam pikiran—“Aku tidak bisa,” “Aku tidak mampu,” dan sejenisnya—membentuk tembok mental yang membatasi diri. Keyakinan keliru itu perlahan menjadikan kita benar-benar tak mampu, hingga akhirnya menyerah dan menganggapnya sebagai “nasib” yang tak bisa diubah.

    Demikian juga saat kita merasa nyaman dalam posisi atau kedudukan tertentu. Jika hanya puas dengan “menikmati” keadaan tanpa mau belajar atau berkembang, maka jangan heran jika keberhasilan kita terhenti di situ saja.

    Padahal, tentu kita tak ingin menjadi manusia yang tak mampu “melompat lebih tinggi.” Sebab sejatinya, manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan dibanding makhluk lain—dan potensi itu hanya akan tampak jika kita terus bergerak, belajar, dan mencoba.

     

    Keistimewaan itulah yang perlu kita pelihara, gali, dan kembangkan. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan berani terus mencoba mendobrak segala rintangan yang menghalang. Jangan terjebak dalam zona nyaman yang melenakan.

    Mari, kita terus menggali potensi, mengembangkan semangat juang untuk menang, maka, kita akan terus bisa melompat tinggi menggapai cita -cita.

    Perhatikanlah kehidupan yang kita jalani—perjalanan ini tak selalu mudah. Ada masa ketika keuangan goyah, harapan melemah, dan langkah terasa berat. Namun, jalan yang lebih baik selalu ada bagi mereka yang bersedia mencarinya dan percaya bahwa perubahan mungkin terjadi.

    Ada sebuah pepatah yang patut kita renungkan: Nikmatilah pengalaman baru, meskipun kita belum tahu apa yang akan dihadapi, daripada terus berpegang pada rutinitas yang membosankan dan berakhir pada hasil yang sama. Karena sering kali, keberanian untuk keluar dari zona nyaman adalah awal dari kehidupan yang lebih bermakna.

    Mungkin di awal kita mencoba untuk bangkit dari kebiasaan lama kita atau bangkit dari hal yang menurut kita adalah zona nyaman, akan terasa berat dan penuh rintangan, namun yang paling penting adalah percaya kalau dibalik kesulitan tersebut pasti ada kemajuan dan mau berproses.

    Semua itu butuh proses dan proses itu dimulai ketika kita berani untuk bangkit dari zona nyaman kita. Yakinlah kita pasti bisa menjadi yang lebih baik.

     

    Renungan

    Ini motivasi diri bagi penulis sekaligus memotivasi bagi Kawan-kawan pembaca adalah, jangan takut berproses dan mulailah bangkit, jangan salahkan alat, fasilitas, dan keadaan karena itu semua hanya sarana pendukung.

     

     

    Kreator : Kusniwati S.Pd

    Bagikan ke

    Comment Closed: Terbuai Di Zona Nyaman (bab 4)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021