KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Terjerumus ke Lembah Hitam (Bab 10)

    Terjerumus ke Lembah Hitam (Bab 10)

    BY 03 Agu 2024 Dilihat: 54 kali
    Terjerumus ke Lembah Hitam (BAB 9)_alineaku

    Suci yang mengetahui kabar berita ini langsung menuju lokasi bekas rumah Chiko yang terbakar habis. Hatinya terasa hancur melihat dengan mata kepala sendiri keadaan sahabatnya beserta istrinya yang sedang hamil meninggal di tempat kejadian perkara. Suci menangis berteriak tidak pernah menyangka akan terjadi seperti ini, suaranya bergetar tatkala memanggil nama sahabatnya yang telah tiada. Kepedihan hatinya tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, sungguh pemandangan yang menyedihkan dan menyakitkan hatinya. Tangis pilu menggetarkan hati orang-orang yang berada di dekatnya. Tubuhnya terasa lemas tak punya daya untuk berdiri, seolah kedua kakinya tak punya tenaga untuk menopang beban tubuhnya yang tak kuat untuk berdiri. Badannya sempoyongan, mata berkunang-kunang, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya, seketika badannya ambruk ke tanah, air mata membanjiri pipinya yang kemerahan. Kini hanya kesedihan yang mendalam dirasakan, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya yang membuat menyesakkan dadanya. Ada beberapa anggotanya yang ikut mendampingi melihat lokasi tersebut dan ketika dia terduduk lemas mereka segera membantunya untuk berdiri dan mencoba menenangkannya.

     

    Beberapa anggotanya kemudian melakukan tugasnya mengidentifikasi korban, mencari sumber kebakaran yang terjadi, serta memasang garis pagar yang bertuliskan dilarang melintasi, hal ini dilakukan guna penyelidikan lebih lanjut. Sementara itu, Suci yang masih menangis sambil menghela nafas panjang mencoba menghubungi Jacky yang dicurigai mendalangi melakukan pembakaran rumah sahabatnya.

     

    “Halo, Jack, kamu di mana sekarang?”

     

    “Memangnya ada apa kamu menghubungiku?”

     

    “Kamu sudah dengar kabar pembakaran rumah jurnalis yang bernama Chiko? Apa kamu tidak menyelidiki terlebih dulu Chiko siapa, bahkan istrinya yang sedang mengandung buah cinta mereka ikut terbakar di dalamnya? Mereka tidak sempat menyelamatkan dirinya. Kamu tahu tidak, jurnalis yang terbakar itu bernama Chiko Ferdian nama sahabatmu dari kampung, dia temanmu bermain dan sekolah. Kamu ingat itu kan?!” Teriak Suci yang menangis sesenggukan.  Dia sendiri sudah tidak bisa menahan emosinya yang memuncak. Hatinya hancur mendapati lelaki yang dulu pernah ada di dalam hatinya kini berubah monster yang tak kenal dengan belas kasih. Dia sendiri tidak menyangka hubungan yang dulu terasa indah dan saling dekat, kini persahabatan mereka telah renggang mungkin malah putus akibat keegoisan sahabatnya yang lebih mementingkan harta dan kekayaannya. Barang haram ini bukti nyata hancurnya sebuah hubungan yang telah lama dibangun kini sudah tidak ada ikatan lagi di antara mereka. Hanya kebencian yang merasuki jiwanya yang haus akan kekuasaan, apapun yang menjadi penghalangnya akan ditebas tanpa ampun.

     

    Jacky yang mendengarnya kaget dan terdiam tertunduk lemas, tangannya bergetar memegang ponselnya, mulutnya terkatup rapat tak bisa digerakkan. Jantungnya berdetak sangat kencang dan nafasnya yang tersengal-sengal, membuatnya seperti orang yang punya sakit jantung. Rasa bersalahnya menghinggapi dirinya, dia tidak pernah tahu jika Chiko sahabatnya telah menjadi seorang jurnalis. Impiannya telah menjadi kenyataan, keberhasilannya menyusun sebuah berita aktual yang sedang terjadi dapat memberikan penjelasan bagi para pembacanya, sehingga mengantarkannya menjadi jurnalis yang dicari oleh dirinya dan komplotannya. Ini menyebabkan keberadaan dirinya menjadi lebih terancam, makan tidak enak, tidur pun tidak nyenyak. Bahkan satu hari sebelum mengeksekusi sahabatnya ini, dia teringat dalam mimpinya sempat bertemu dengan Chiko, rasa bersalahnya membuat bayangan sahabatnya selalu menari-nari dalam benaknya, bahkan menertawakan dirinya yang mulai tidak tenang. Dia tidak menyangka jurnalis yang dibakar hidup-hidup bersama dengan istrinya adalah sahabatnya sendiri.  

     

    Suara Suci masih terdengar di jaringan telepon selulernya, suaranya yang mulai parau mengingatkan Jacky, “Jack, akhiri perbuatanmu ini secepatnya, serahkan dirimu baik-baik, kami akan memperlakukanmu dengan sangat baik. Jika kamu mau kooperatif, kami jamin keselamatanmu. Aku janji padamu. Jangan sampai kamu menyesal!”

     

    Tapi, Jacky tak bergeming mendengar tawaran Suci, dia tetap bersikukuh mempertahankan pendiriannya. “Lebih baik aku mati, Ci, daripada menyerahkan diriku!”

     

    Suci yang mendengarnya hanya diam menahan tangis, “Terserah kamu, Jack. Aku sudah berusaha memberikan tawaran yang terbaik, tapi kamu menyia-nyiakannya.”

     

    Tanpa berkata apa-apa, Jacky segera menutup ponselnya, sebab dia tidak mau mendengar Suci yang terus menyalahkan dirinya, yang menyebabkan rasa bersalahnya semakin besar.

     

    ******

    Suci yang diperintahkan oleh komandannya, bergerak bersama timnya mencoba mencari keberadaan Jacky yang masih bersembunyi di suatu tempat. Dengan alat pelacak dan dari komunikasi Suci  dengannya didapatkan lokasi yang dicurigai. Tapi, ternyata rombongan polisi tidak menemukan keberadaan orang yang dicari. Kemarin setelah mendapat telepon dari Suci, Jacky sudah bisa menangkap sinyal bahwa dirinya sudah tidak aman, makanya dia segera kabur meninggalkan tempatnya. Polisi yang menyisir lokasi tempat persembunyiannya tidak mendapat hasil yang memuaskan, bahkan dari orang-orang yang mungkin pernah melihatnya.

     

    Suci bersama beberapa anggotanya, dengan sigap mencari rumah istrinya yang ditempati oleh mereka. Sesampainya di sana telah banyak orang-orang yang berjejer rapi dengan berpakaian serba hitam, dan di tepi jalan terpasang tanda bendera kecil berwarna putih yang menandakan ada orang yang meninggal. Bahkan di depan pagar rumah ada beberapa karangan bunga yang bertuliskan, “Turut berduka cita atas meninggalnya Bp. Hermawan.” Ini artinya mertua sekaligus Big Bos mereka telah tutup usia.

     

    Suci yang diikuti oleh anggotanya masih penasaran dan menuntun kakinya tetap masuk ke rumah mencari keberadaan sahabatnya. Semua orang terkejut melihat kedatangan rombongannya, namun mereka hanya diam. Beberapa anak buah Jacky yang mengetahuinya berusaha menghentikan langkahnya bermaksud untuk tidak mendekati keluarga bosnya. Terlihat di dalam ruangan, seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggil Bu Sekar menangis di dekat jenazah suaminya. Sementara itu di sebelahnya ada seorang wanita muda yang terduduk dan sedang dipeluk dan ditenangkan oleh seorang laki-laki yang dikenalnya, dialah Jacky. Suci bersama anggotanya berusaha menerobos pagar yang dibuat oleh bawahan Jacky, terlihat mereka saling dorong. Jacky yang mengetahuinya langsung naik pitam. “Apa-apaan ini, Ci? Mau apa kamu kemari?”

     

    “Jack, ayo ikut kami!” Perintah Suci.

     

    “Ngapain kalian ke sini! Lihatlah mertuaku meninggal, tolong jangan buat masalah di sini. Pergi!” ucap Jacky yang sudah tak terkendali lagi sambil memukul anggota Suci. Akhirnya terjadilah saling adu pukul di antara mereka. 

     

      Bu Sekar semakin menangis keras melihat kekacauan yang ditimbulkan mereka, Silvi yang dari tadi diam, akhirnya ikut berteriak histeris, “Pergi kalian dari sini!”

     

    Akhirnya Jacky memilih berlari meninggalkan tempat karena tidak mau menambah keributan yang terjadi. Namun, Suci tetap mengejarnya sambil memberi peringatan dengan mengangkat senjatanya yang diarahkan ke atas, “Berhenti, Jacky!” Namun Jacky tak menghiraukannya. 

     

    Silvi ikut menghentikan Suci yang masih menodongkan senjatanya, saking kuatnya tangan Silvi yang memegang tangan Suci lalu disentakkannya oleh polwan ini, secara tidak sengaja tangannya mendorong Silvi hingga terjatuh yang menyebabkan pendarahan di tempat, karena usia kandungan Silvi masih muda dan rawan. “Jacky….!” Jacky yang melihat teriakan dari istrinya berhenti sesaat dan menolehnya. Dilihatnya istrinya terjatuh dan dirinya tidak terima, dia pun terpaksa menodongkan senjatanya ke arah sahabatnya ini. Suci hanya pasrah melihat sahabatnya yang tetap nekat, Jacky dengan sangat terpaksa menekan pemantik peluru yang diarahkan kepada polwan ini. Dengan mata terpejam, dia menembakkan pelurunya ke kaki kiri Suci, “Door….!” Terdengarlah suara tembakan yang mengakibatkan Suci terjatuh menahan rasa sakit. 

     

    Suci secara spontan memanggilnya, “Jacky…..!” Jacky yang dipanggilnya tidak memperdulikan lagi teriakan sahabatnya, dia tetap melaju kencang mengendarai mobilnya, yang sudah tidak bisa dikejar lagi. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya ada penyesalan yang mendalam terhadap sahabat perempuannya yang dulu pernah dekat dengannya. Tak sengaja air mata menetes di pipinya yang mengiringi kesedihannya karena tindakannya yang mengharuskan dirinya melakukan ini. “Maafkan aku, Ci. Aku terpaksa harus lakukan ini padamu. Semoga kakimu tidak parah.” Ucapnya dalam hati.

     

    ******

    Di rumah sakit kota, Silvi yang sedang dirawat masih dijaga oleh beberapa anggota polisi. Dia mulai sadar dari pingsannya setelah beberapa jam karena pendarahan yang dialaminya. 

     

    “Saya di mana, mana suami saya?” tanyanya kepada polwan yang sedang menjaganya.

     

    “Tenang, Bu. Suami Ibu masih melarikan diri, belum tertangkap.” Kata salah seorang polwan.

     

    “Syukurlah,” jawabnya. Kenapa kalian mau menangkap suami saya, apa salahnya?” tanyanya dengan nada tak suka.

     

    “Maaf, Bu. Suami Ibu salah satu bos terbesar dari jaringan narkoba yang saat ini sedang dicari.” 

     

    “Apa kata kalian? Jangan memfitnahnya! Suamiku orang baik, selama aku mengenalnya hingga sekarang tidak ada masalah dengan pekerjaannya.” Katanya sambil tangannya meraba perutnya yang masih terasa nyeri. “Kenapa perutku sakit, ada apa dengan bayiku, apakah bayiku baik-baik saja?”

     

    “Maaf, Bu. Nanti Dokter yang akan menjelaskannya, Bu.” 

     

    Tak lama dokter yang sedang visite memeriksa Silvi memantau perkembangan dirinya, dia pun segera bertanya tentang bayinya. Setelah dijelaskannya dia menangis meraung-raung, teriaknya dengan suara berontak. “Tidak! Sumpah demi Tuhan aku tidak terima dengan keadaan diriku ini, kalian harus bertanggung jawab!”

     

    ******

    Sementara itu, Suci yang masih mendapatkan perawatan ringan akibat dari tembakan peluru Jacky mengharuskannya beristirahat. Pak Sandi bersama dengan teman-teman seniornya menemuinya di ruangan pemulihan, selain menjenguknya mereka juga ingin mengetahui kejadian yang sebenarnya. 

     

    Sambil tersenyum, Pak Sandi mendekatinya, “Selamat sore, Dek Suci, gimana keadaanmu sekarang?”

     

    “Siap, Ndan. Alhamdulillah pelurunya sudah diambil, sekarang masih agak nyeri tapi sudah mendingan.”

     

    “Bagaimana kronologi ceritanya kok sampai kakimu ditembak?” Tanya salah seorang seniornya yang juga menjadi atasan mereka.

     

    Kemudian Suci menceritakan awal cerita hingga penangkapannya terhadap Jacky.

    “Baiklah, nanti setelah Ipda Suci sembuh, kita bahas lagi mengenai penangkapan komplotan jaringan mereka.

     

    “Siap, Ndan,” jawab mereka bersamaan.

     

     

    Kreator : Sri Setyowati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Terjerumus ke Lembah Hitam (Bab 10)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021