KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Terjerumus ke Lembah Hitam (BAB 2)

    Terjerumus ke Lembah Hitam (BAB 2)

    BY 27 Jun 2024 Dilihat: 229 kali
    Terjerumus ke Lembah Hitam (BAB 2)_alineaku

    Tekad Jacky Menjadi Orang Sukses

    Sudah seminggu Jacky mendampingi majikannya yang sedang berada di Jakarta untuk mengurus bisnisnya. Di sana pak Wawan juga memiliki sebuah rumah yang cukup besar dan sesekali ditempati ketika beliau sedang di Jakarta. Rumah ini dijaga oleh para asisten rumah tangga yang terdiri dari pembantu rumah, satpam, dan tukang kebun. Setiap hari mereka melaksanakan tugasnya tanpa diperintah. Selama di sana, Jacky tidak melakukan pekerjaan lainnya, hanya mengantar jemput majikannya. Dia pun berpikir bagaimana caranya menghasilkan duit banyak secepatnya. Sementara ijazah SMA nya belum tentu bisa diterima di Perusahaan besar, paling hanya sebagai cleaning service saja atau hanya sebagai buruh pabrik yang dengan segala aturan, malahan bisa saja gaji yang didapat sering dipotong. Dia pernah mengetahui cerita ini dari teman-temannya yang sudah merantau ke kota lebih dulu. Untuk biaya kuliah, kedua orang tuanya tidak mampu untuk membiayainya, karena dia sendiri masih memiliki dua adik yang masih sekolah. Dirinya bertekad untuk membantu meringankan beban orang tuanya dengan mencari pekerjaan yang dapat menghasilkan uang lebih banyak. Keinginan terbesarnya adalah mengangkat derajat dan membahagiakan kedua orang tuanya, meskipun dengan segala cara. Terbesit dalam pikirannya untuk menanyakan ke majikannya tentang bisnis yang sedang dijalankan. Dia ingin belajar dari majikannya yang baik hati, karena menurutnya bisnis yang digeluti lancar bahkan lebih cepat menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang berlimpah. Makanya, dia tertarik untuk mempelajarinya, jika diperbolehkan.

     

    Suatu hari di waktu senggang, Jacky bertanya kepada majikannya yang sedang duduk santai sambil membaca koran dan minum segelas kopi di teras depan rumah. 

     

    “Maaf, Pak. Boleh saya bertanya kepada Bapak tentang bisnis yang dikerjakan sekarang?” tanyanya dengan penasaran. Sejujurnya dia takut bertanya, namun keingintahuannya mendorong dirinya untuk berani bertanya.

     

    “Sruuup…. “ Pak Wawan menyeruput kopinya, beliau pun bertanya balik padanya. 

     

    “Memangnya, kenapa kamu tanya?”

     

    Dengan gugup Jacky menjawabnya, “A…nu… maaf Pak, jika saya lancang. Kalau diperbolehkan, saya mau belajar dari Bapak.”

     

    “Benar kamu mau belajar? Begini. Perlu  diingat, jika kamu sudah terlanjur terjun ke dunia pekerjaan yang nanti digeluti olehmu, kamu tidak akan bisa lepas ataupun berlari. Artinya, kamu harus konsisten dengan pekerjaanmu, tidak boleh jalan ditempat, tapi harus selalu berjalan maju untuk meraih masa depanmu. Jika kamu bisa melaksanakannya dengan baik, tentu apa yang kamu cita-citakan akan segera terwujud.” Ucap pak Wawan sambil menyalakan korek api untuk menyulut sebatang rokok yang bermerek mahal. “Bagaimana, menurutmu, Jacky?”

     

    Jacky yang mendengarnya semakin bersemangat dan ingin mencobanya, karena dalam angan-angannya ingin menjadi orang sukses. Sekilas ingatannya tertuju pada warga kampung bila melihat keluarganya seolah-olah memandang rendah dirinya yang menjadi anak dari orang tidak mampu. Dia tidak mau menjadi orang miskin yang dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Dengan sekali tarikan nafasnya, tanpa pikir panjang dia langsung menerima ajakan dari majikannya. Tekadnya sudah kuat, meskipun bertentangan dengan hati nuraninya, untuk tidak melanjutkan keinginannya itu. Namun, ditepisnya rasa keraguan yang ada pada dirinya, yang akan menghalangi langkahnya menuju kesuksesan besar, yaitu impiannya yang selama ini dinantikan akan segera terwujud. Inilah saatnya dia membuktikan kemampuannya bertarung di dunia bisnis yang akan dihadapinya, dan kedepannya akan menjadikan dirinya mencapai puncaknya.

     

    Perkataan Pak Wawan membuyarkan lamunannya, “Jack, jika kamu memang bersungguh-sungguh ingin belajar tentang bisnis yang saya tekuni, baiklah. Nanti malam akan saya ajarkan padamu, dan saya ingin kamu membuktikan kesungguhanmu dan kemampuanmu dalam melaksanakan tugas dari saya. Kamu sudah yakin kah?”

     

    “Oh, iya, Pak. Saya sudah siap kapan saja Bapak memerintahkan kepada saya,” ujar Jacky berucap.

     

    Pak Wawan manggut-manggut memuji kesungguhan Jacky dengan ekspresi wajahnya yang menunjukkan kepuasan. Senyumannya seakan mengajak Jacky berteka-teki untuk tugas yang akan dilaksanakannya.

     

    ******

    Malam yang ditunggu akhirnya tiba juga, setelah Jacky bertanya-tanya dalam hatinya mengenai tugas yang akan diberikannya, hingga membuatnya tidak bisa tidur karena pikirannya tidak tenang, namun hatinya diliputi rasa penasaran yang cukup besar. Kira-kira tugas apa yang akan dilaksanakannya. Pak Wawan memanggil lelaki yang pantang menyerah ini, untuk menghadap langsung kepadanya. 

     

    Di dalam sebuah ruangan pribadinya, Pak Wawan mewanti-wanti sopir kepercayaannya ini dengan sangat  berhati-hati, “Jack… malam ini kamu antarkan barang ini ke alamat yang tertera diatas, ya!” Kata majikannya sambil menunjukkan tulisan alamat yang dipegang oleh sopirnya itu.”

     

    “Baik, Pak. Saya akan antarkan barang ini sampai ke alamat dengan aman.” Jawab jacky mengangguk mengerti.

     

    “O, ya. Kamu harus berhati-hati, jika di jalan ada pemeriksaan polisi, dan harus pintar-pintar mengalihkan perhatian mereka supaya tidak tertangkap.” Ucap majikannya sekali lagi, sambil menepuk bahunya seakan menguatkan dirinya untuk bisa melaksanakannya.

     

    Jacky yang keheranan hanya diam tidak berani menanyakan barang yang akan dibawanya ini, yang dia tahu hanya melaksanakan tugasnya dari majikan yang sangat dihormatinya. Dia pun segera berangkat memacu mobilnya menuju alamat yang dituju.

     

    Di jalan Jacky sangat tenang dan bersemangat menyetir mobil milik majikannya, sesekali dirinya bernyanyi kecil untuk menghibur diri. Ketika dia asik mendendangkan lagu kesukaannya, nampak di ujung jalan ada mobil polisi yang diparkir dan para polisi sedang melakukan operasi pemeriksaan pengguna jalan di malam hari. Satu persatu mobil yang distop oleh petugas, perlahan-lahan maju untuk dilakukan pemeriksaan ketertiban lalu lintas, mulai dari kelengkapan identitas pengguna jalan, seperti SIM, STNK, dan KTP. Selain itu, beberapa petugas juga menggeledah mobil-mobil yang akan melanjutkan perjalanan. Jacky kaget melihat situasi di depan matanya. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya karena rasa khawatir akan terjadi sesuatu pada dirinya. Namun, dia teringat pesan dari majikannya untuk selalu waspada dan berhati-hati bila ada operasi pemeriksaan di jalan. Dia mencoba menguasai dirinya yang setengah panik dengan menarik nafas panjang, supaya bisa meredakan kepanikannya. Sampailah giliran mobilnya yang akan diperiksa oleh beberapa petugas polisi lalu lintas yang sudah menunggunya.

     

    “Selamat malam, Pak. Tolong tunjukkan identitas Bapak.” Ucap polisi yang sudah berdiri dari tadi, sambil tangan kanannya menghormat.

    “Oh ya, Pak. Silakan! Ini identitas saya.” Kata Jacky menunjukkan semua kelengkapan yang dibawanya. Lalu polisi menyatakan lengkap.

     

    Sementara polisi yang lain memintanya membuka pintu mobil dari depan hingga belakang untuk memeriksa bawaannya. Jantung Jacky berdegup kencang rasanya mau copot ketika polisi meneliti satu persatu tempat duduk hingga dibawah jok, hingga akhirnya polisi menyatakan mobilnya aman, tidak ada yang mencurigakan. Hatinya terasa lega setelah melewati pemeriksaan yang membuatnya khawatir. “Huh… syukurlah, selamat… selamat.” Gumamnya. Tidak ada lagi rasa sesak di dadanya yang dari tadi sempat mengganjal nafasnya.

     

     

    ******

     

    Sesampainya di sebuah rumah besar yang dijaga ketat oleh beberapa orang berbadan tegap, Jacky menyampaikan pesan untuk bertemu dengan pemilik rumah, yang bernama Tuan Zen. Begitulah panggilannya. Salah satu penjaga gerbang rumah segera masuk menyampaikan pesannya, dan dia diperbolehkan masuk menemuinya.

     

    “Selamat datang, selamat bergabung dalam lingkungan kami di sini. Apa kabar, siapa namamu, hai anak muda?” tanya orang berbadan besar menyambutnya.

     

    “Selamat malam, Pak. Saya Jacky. Maaf, jika saya terlambat datang kemari. Tadi di perjalanan ada sekelompok petugas dari kepolisian melakukan operasi pemeriksaan kelengkapan surat-surat dan juga penggeledahan kendaraan yang dicurigai membawa barang-barang terlarang.

     

    “Hem…. Lalu, apakah ada masalah tadi?”

     

    “Tidak ada, Pak. Untungnya saya bisa lolos dari pemeriksaan.”

     

    “Caranya bagaimana kamu bisa lolos, bukankah mobil yang kamu setir digeledahnya?”

     

    Lalu Jacky menceritakan caranya sebelum berangkat yang sudah diberikan kode dari majikannya untuk selalu waspada dan berhati-hati di jalan karena barang yang dibawanya tidak boleh diketahui oleh petugas di jalan. 

     

    “Saya kemudian berpikir dan segera mencari cara supaya aman dari pemeriksaan di jalan. Terlintas dalam pikiran saya untuk menaruh barang ini di bawah mobil dan mengikatnya kuat supaya tidak terjatuh di jalan. Sejujurnya saya sempat was-was, jika barang ini bisa ditemukan  oleh petugas. Saya hanya pasrah apa yang akan terjadi pada diri ini. Ternyata keberuntungan berpihak pada saya, dari petugas yang menggeledah tidak menemukannya dan mobil dinyatakan aman dari pemeriksaan hingga saya sampai di sini, Pak.” Paparnya menjelaskan perjalanan tadi yang sempat membuatnya khawatir.

     

    Tuan Zen berdecak kagum dan bertepuk tangan atas keberhasilan Jacky yang sudah dinyatakan lulus ujian atas tugas yang diberikan oleh majikannya. “Wah… wah… hebat kamu. Pintar dan cerdik. Aku suka cara kerjamu dan semangatmu itu. Good job.” 

     

    Tuan Zen mengacungkan jempolnya tanda suka dari hasil kerja anak muda ini. Lalu dia segera menghubungi pak Wawan yang masih khawatir. “Halo, Pak Wawan, saya sudah menerima paket barangnya yang dibawa oleh asisten anda.”

     

    “Oh ya, Tuan Zen, apakah ada kendala di sana?”

     

    “O… tidak. Asisten anda justru berhasil melalui tugas yang anda berikan kepadanya. Dia bisa mengelabui petugas dan lolos dari pemeriksaan di jalan. Saya suka pekerjaannya.” 

     

    “Ya, Tuan Zen, sama-sama.” Ada rasa lega di hati pak Wawan.

     

    Dari pembicaraan mereka berdua didapatkan, bahwa Jacky akan diterima menjadi anggota dari kelompok bisnis ini, sesuai apa yang dicita-citakan olehnya.

     

    “Selamat anak muda, kamu diterima menjadi anggota dari bisnis kami, dan semoga kamu betah berada dalam lingkungan kami. Jika kamu ingin menjadi orang kaya, kamu harus bekerja keras membangun bisnis ini dari bawah, maka, kesuksesan akan menyertaimu.” Kata Tuan Zen menyemangatinya, sama seperti majikannya. “Ini ada cek buat kamu, besok pagi bisa dicairkan di bank.” Katanya sekali lagi sambil menyerahkan cek padanya.

     

    “Baik, Pak. Terima kasih.” Mata Jacky terbelalak melihat angka tulisan di cek sebesar 50 juta untuk barang yang dia bawa, meski dengan taruhan nyawanya. Dia tidak pernah membayangkan bisa mendapatkan sejumlah uang tersebut dalam waktu semalam. Matanya berbinar-binar karena rasa bahagia yang tak terkira.

     

    “Itu uang muka untuk mau. Masih ada lagi uang yang akan kamu dapatkan, jika bisa melewati proses bisnis yang akan kamu jalani ke depan. Bagaimana, apakah kamu masih tertarik?” tanya Tuan Zen yang mengiming-imingi bonus yang akan didapatkan padanya, jika berhasil menjalankannya.

     

    Dengan anggukan kepala, Jacky menjawab mantap, “Saya siap, Pak. Kapan saja saya diperintahkan akan saya laksanakan dengan baik.”

    “Good… good…” jawab Tuan Zen sambil menepuk bahunya.

     

    ******

    Hari sudah larut, Jacky pamit pulang menemui majikannya yang sudah menunggu di rumahnya. Laki-laki tua itu, tidak sabar memanggil Jacky untuk menemuinya. “Bagaimana, Jacky?”

     

    “Wah, Pak. Saya suka dengan bisnis ini. Tuan Zen memberikan cek ini kepada saya. Saya hampir tidak percaya, tapi beliau menyarankan untuk mencairkannya di bank besok pagi, Pak.”

     

    “Bagus, Jack. Kamu berhasil menyelesaikan tugas dari saya. Itu hadiah buat kamu. Tadi Tuan Zen menghubungiku, bahwa kamu diterima di bisnis ini. Apakah kamu serius mau bergabung?” tanyanya sekali lagi untuk memastikan kesungguhan hatinya.

     

    “Saya sudah siap, Pak. Kapan pun saya diperintahkan, saya siap meski taruhan nyawa saya.” Jawabnya tegas.”

     

    “Baik. Mulai sekarang kamu panggil aku, Pak Bos! Karena kamu sekarang bawahanku. Begitu juga dengan Tuan Zen. Panggil beliau juga Pak Bos.”

     

    “Siap, Pak Bos.” Mereka pun bersalaman tanda setuju. 

     

    Mulai malam itu menjadi titik balik perubahan kehidupan Jacky menjadi seseorang yang akan dihormati oleh banyak orang. Karena jika dia memiliki sekoper uang, pasti banyak yang akan datang, tapi jika dia tidak punya uang sedikit pun sudah pasti tidak akan ada yang mau mendekatinya. Dengan uang dia bisa membeli segala hal yang belum pernah dimilikinya, harta, rumah, mobil, tanah, dan masih banyak lainnya. Itulah impian semua orang yang masih mementingkan urusan duniawinya daripada akhiratnya.

     

    ******

    Keesokan paginya, Jacky sudah tidak sabar lagi mencairkan uangnya di bank dan sekalian membuka rekening. Setelah urusannya selesai, dia buru-baru menghubungi adiknya yang di kampung. Dia anak sulung dari tiga bersaudara. Adik setelah dia, perempuan masih sekolah di SMA dan di bawahnya lagi, laki-laki masih di SMP.

     

    Melalui sambungan ponselnya, dia menitipkan salam untuk kedua orang tuanya lewat adik perempuannya, “Tolong sampaikan kepada Ayah dan Ibu, di sini Kakak baik-baik saja dan sudah menemukan pekerjaan yang cocok. Doakan semoga pekerjaan Kakak lancar, supaya bisa merenovasi rumah di kampung yang lebih layak untuk ditempati. Kalian juga bisa melanjutkan sekolah untuk meraih cita-cita yang diinginkan.” 

     

    “Baik, Kak. Nanti aku sampaikan kepada Ayah dan Ibu.” Jawab adik perempuannya. Dan menutupnya setelah kakaknya memberitahukan akan mentransfer uang untuk keperluan keluarganya di kampung. 

     

    ******

    Kedua orang tuanya yang telah diberitahukan oleh adik perempuan Jacky yang bernama Asih, sangat bersyukur atas keberhasilan anak sulungnya yang membanggakan mereka karena sudah bisa membantu keperluan keluarga dan membantu menyekolahkan kedua adiknya. Mereka tak henti-hentinya mendoakan anak sulungnya ini, supaya selalu dalam perlindungan Allah Swt di manapun ia berada. Tangis bahagia mewarnai lika-liku keluarga ini, perlahan-lahan kehidupan mereka mulai bangkit, setelah sekian lama hidup dalam kemiskinan. 

     

    Bulan berganti bulan tak terasa telah dilalui. Orang-orang di kampung mulai menghormati orang tua Jacky, setelah melihat perubahan perekonomian keluarga ini. Perlahan-lahan rumah mereka direnovasi sedemikian rupa dan nampak cukup bagus untuk ditempati, maka warga kampung berdecak kagum melihatnya. Tidak ada yang sia-sia bila mau berusaha.

     

    Kreator : Sri Setyowati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Terjerumus ke Lembah Hitam (BAB 2)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021