KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Terjerumus ke Lembah Hitam (BAB 3)

    Terjerumus ke Lembah Hitam (BAB 3)

    BY 02 Jul 2024 Dilihat: 249 kali
    Terjerumus ke Lembah Hitam (BAB 3)_alineaku

    Cinta Bersemi di Tengah Peredaran Narkoba

    Karir Jacky mulai menanjak dengan perlahan-lahan namun pasti. Setiap tugas yang diberikannya dia berhasil melaksanakannya dengan baik, meskipun harus mengelabui petugas jaga di perbatasan sekalipun. Dia tidak pernah menolak tugas yang diberikannya meski tidak mengenal waktu, baik itu di malam hari maupun menjelang subuh. Entah apa yang ada pada dirinya itu, keberuntungan atau memang dia terlalu pintar dan cerdik setiap melaksanakan tugasnya. Karena keberhasilannya, sempat membuat teman-teman lainnya iri padanya, hingga suatu ketika dia dijebak oleh salah satu temannya dengan maksud ingin menjatuhkan harga dirinya dengan memfitnahnya di depan Bosnya. Salah satu caranya, paket barang yang akan diantarkan ke Pulau Ujung disembunyikan di bawah bantal tempat dia tidur, tapi asisten rumah tangga Pak Bos mengetahuinya dengan melaporkan langsung kepadanya. Oleh karena itu cara temannya ini tidak berhasil, dikarenakan Jacky sudah mendapat kepercayaan dari Bosnya untuk menangani bisnis besar atau rahasia sekalipun.

     

    Suatu waktu Jacky diberikan tugas dari Pak Bos mengirim pesanan barang ke Negara Seberang dengan jumlah yang lumayan. Tugas ini tentunya cukup membahayakan dirinya, bila dilakukan sendirian. Untungnya dia punya inisiatif membentuk sebuah tim yang diketuainya sendiri, sedangkan anak buahnya yang tersebar di wilayah-wilayah tertentu segera dihubungi untuk segera bersiap-siap menjalankan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing. Jacky mengenal orang-orang ini, saat dia berada di lapangan menjalankan tugasnya. Di sanalah dia berkenalan dan bersahabat dengan orang-orang ini. Mereka bukan hanya teman, tapi sudah dianggap sebagai saudara sendiri, karena kebanyakan dari mereka adalah anak rantau yang mengadu nasib di Kota Besar.  Sebenarnya mereka lebih pintar dan memiliki skill yang terpendam, namun ijazah yang dimiliki tak sebanding dengan kecerdasannya, bahkan selalu ditolak oleh Perusahaan bila melamar pekerjaan dengan dalih belum ada pekerjaan yang cocok untuk mereka. Hingga akhirnya, mereka bekerja seadanya, hanya sebagai pedagang kelontong, tukang kuli bangunan, tukang cukur rambut, tukang kebun, dan lain-lain. Hanya pekerjaan kasar yang didapatnya, rasa kecewa menjalar di hati mereka yang sudah terlanjur berbaur di Kota Besar. Harapan mereka merantau ingin mendapatkan pekerjaan yang bisa membantu menopang perekonomian keluarga, namun yang didapat tidak sesuai dengan ekspektasinya. Hanya kekecewaan yang dirasakannya. Karena di zaman sekarang, orang-orang yang bisa diterima di Perusahaan, hanya diperuntukkan bagi anak-anak yang kenal dengan Bos Perusahaan tersebut. Jika tidak ada rekomendasi dari orang dalam, sudah dijamin tidak akan diterima. Oleh karena itu, dengan kesamaan nasib mereka, Jacky yang menjadi sahabat sekaligus keluarga, merangkul dan mengajak anak-anak rantau ini untuk ikut bergabung di dalam timnya. Jacky yang melihat peluang besar, memanfaatkan situasi ini. 

     

    Dia berkata kepada anggotanya, “Jika tugas ini bisa kita laksanakan dengan baik dan berhasil, nanti hasilnya kita bagi rata, semoga ini bisa untuk menjadi modal usaha dari teman-teman semua. Bagaimana?”

     

    “Oke, setuju.” Mereka lalu saling berjabat tangan, siap bergerak di posisinya masing-masing.

     

    Hari itu, Jacky memasuki area bandara yang akan dilaluinya, dengan jantung yang berdebar-debar, namun pasti yakin akan berhasil melewatinya, dia melangkahkan kakinya masuk menuju petugas untuk menyerahkan tiket penerbangannya ke negara yang dituju. Sesekali sambil matanya mengawasi setiap sudut ruangan, dilihatnya semua petugas berada di posisinya masing-masing untuk mengerjakan tugasnya. Dengan teknologi canggih, Jacky mengontak semua temannya yang berada di posisi yang sudah direncanakan untuk membantu melewati petugas, saat ada pemeriksaan penumpang beserta barang bawaannya. Dilihatnya, alat-alat sensor yang dipegang oleh petugas diarahkan ke para penumpang yang masuk satu persatu ke dalam ruang tunggu. Kini, giliran Jacky yang mulai diperiksanya, jantungnya berdegup kencang rasanya mau copot karena baru kali ini dia diberikan tugas lintas negara. “Ini baru di negaraku, belum masuk ke negara orang. Kira-kira nanti di sana nasibku, bagaimana, ya?” pikirnya. Namun dia berusaha untuk berpikir lebih tenang, karena dengan ketenangan bisa merencanakan langkah selanjutnya. 

     

    Terlihat di dekatnya ada petugas kebersihan sedang mengepel lantai, meski tidak kotor, namun harus selalu dibersihkan karena supaya area bandara tetap wangi dan bersih. Dia adalah anggota timnya Jacky yang sudah siap membantu meloloskan dirinya dari pemeriksaan. Dengan samarannya, teman ini memakai topi dan masker yang agak tertutup, di telinganya terpasang alat pendengar yang digunakan saling kontak dengan lainnya. Selain itu, ada temannya yang menyamar menjadi petugas jaga di bagian sensor pemeriksaan barang penumpang. Di sisi lain dua temannya berada di area tegangan listrik untuk mengendalikan arus listrik yang menghubungkan seluruh area di bandara. Dengan keahlian dan kecerdasan masing-masing, Jacky dengan barang bawaannya bisa melewati sensor. Ternyata alat sensornya dikendalikan oleh teman lainnya dari jarak jauh terutama yang berada di area listrik. Bahkan temannya yang mengepel lantai pura-pura terpeleset dan menyenggol petugas itu, saat itulah sensor dimatikan oleh teman lainnya yang menyamar sebagai petugas jaga, diiringi listrik di bandara mati beberapa detik. Sesaat hatinya mulai tenang, namun tak disangkanya petugas menghentikan langkahnya, “Tunggu, Pak. Maaf, saya periksa tas yang dibawa, ya!”

     

    “Oh. Silakan.” Jawab Jacky mantap. Teman-temannya yang melihat kaget dibuatnya, mereka ragu Jacky bisa lolos kali ini.

     

    Nampak petugas memeriksa tas berisi baju secara manual, karena alat sensornya mati mendadak, dan tak lama diperiksa tidak ada barang yang mencurigakan. Lalu petugas mempersilahkannya untuk memasuki ruang tunggu, Rasa lega terpancar di wajahnya yang semula tegang menjadi ceria kembali. “Huh, hampir saja. Terima kasih, Bro. Aku selamat.” Bisiknya melalui sambungan ponselnya. Teman-temannya memberikan kode lanjut. Dan, ternyata barang yang dimaksudnya itu, dia sembunyikan di bawah sepatunya yang dipakai. Kini tinggal perjalanan Jacky ke negara yang dituju. Dia hanya bisa pasrah, apa yang akan terjadi di sana.

     

    Sesampainya di bandara Negara Seberang, di luar dugaannya, ternyata Bosnya sudah mengaturnya di negara sana, anak buah partnernya sudah menjemputnya dengan pengawalan ketat. Langkah Jacky aman tanpa kendala untuk masuk wilayah ini. Di sana mereka mengadakan pertemuan di ruang tertutup menyampaikan rencana-rencana tertentu untuk perkembangan peredaran barang haram ini di masyarakat. Ya, barang ini biasa disebut, “Narkoba”. Dengan peredaran barang ini, bisa meresahkan masyarakat, namun bagi yang sudah merasakan kecanduan justru barang ini sangat dicari, salah satunya untuk menghilangkan rasa stres yang sedang dihadapi. Begitulah, pekerjaan Jacky bersama anggotanya yang tergabung dalam peredaran barang haram ini, mereka tidak memikirkan bisa merusak nasib anak bangsa, yang terpenting bagi mereka adalah bisa menghasilkan uang banyak.

     

    ******

    Dalam perjalanan kembali ke tanah air, Jacky duduk di ruang tunggu bandara. Penampilannya sekarang sungguh berbeda dari anak kampung menjadi seorang pemuda tampan, keren, macho, dan wangi, siapapun gadis yang melihatnya pasti akan terpana dengan penampilannya yang memikat. Tak jauh dari tempat duduknya, tepatnya di kursi pojok depan terlihat ada seorang gadis berparas cantik dan menawan hati, sedang membaca majalah fashion. Diam-diam matanya melirik ke arah pemuda yang sedang membaca chat di ponselnya. Setelah selesai membalas beberapa chat, dia segera menutupnya dengan tetap memegang ponsel sambil memainkan dengan jemarinya. Tak sengaja matanya pun beradu pandang pada gadis itu juga. Buru-buru gadis itu pun segera mengalihkan perhatiannya dengan membaca majalah kembali, dirinya merasa malu karena diketahui oleh lelaki yang sedari tadi dipandanginya. Ada rasa kagum dan penasaran ingin lebih mengenalnya, siapa lelaki yang memikat hatinya. Sementara itu, Jacky yang mengetahuinya hanya tersenyum kecil karena dia sendiri juga mulai tertarik dengan gadis itu. Jacky memutar otaknya untuk mendekatinya tanpa terlihat disengaja. Dia pura-pura berjalan di hadapannya dengan tujuan menarik gadis ini untuk lebih dekat lagi. Tiba-tiba dia tersandung tali sepatunya yang lepas dari ikatannya. Segera tangan gadis ini reflek menangkap tubuhnya yang hampir terjatuh. Saat itulah, mata mereka saling berpandangan sesaat, hingga akhirnya mereka tersadar akan pola perilaku masing-masing. Jacky berdehem, “Ehem.. maaf, Nona. Saya tidak sengaja memegang anda.” Akhirnya mereka saling membuka pembicaraan juga. Rasa penasaran pun telah terobati dengan mereka mengenal satu sama lain.

     

    “Ah, gak papa kok, Saya juga minta maaf. Saya juga memegang anda, karena tangan saya reflek.” 

    “Justru saya yang harus berterimakasih. Jika tidak dibantu saya pasti jatuh. Oh ya anda sedang menunggu pesawat jurusan mana?” tanya Jacky yang penasaran.

    “ Saya mau ke Indonesia. Ke Jakarta. Anda sendiri mau kemana?” tanya gadis ini.”

    “Wah, kebetulan sekali. Saya juga mau ke Jakarta. Ya sudah kita barengan nanti ke sana.”

    “Oke.” Lalu keduanya mengobrol santai, sambil menunggu pesawat datang. 

    Tak lama, terdengar suara petugas bandara, “Perhatian-perhatian, diberitahukan kepada penumpang pesawat Indonesia Air, untuk mempersiapkan diri dan barang bawaannya. Silakan naik pesawat dengan tertib!”

     

    Di dalam pesawat mereka mencari nomor kursi yang dituju. Dan ternyata, tempat duduk mereka bersebelahan namun terpisah dari jalan. Nampak Pramugari menawarkan makanan dan minuman untuk para penumpang. 

     

    Setelah beberapa jam menempuh perjalanan mereka pun telah sampai di Jakarta. Jacky masih penasaran dengan gadis ini, alam pikirannya dia masih mengingat sesuatu yang pernah dilihatnya. “Aku seperti pernah melihat gadis ini, di mana ya?” batinnya bertanya-tanya

    Gadis ini menunggu taxi di luar bandara yang akan mengantarkan tujuan mereka. Segera Jacky, menghampirinya. “Sebentar Nona, saya belum tahu nama anda siapa?. Dan bolehkah saya mengantarkan anda ke rumah? karena saya juga lumayan tahu jalanan di Jakarta.” Katanya menawarkan diri untuk mengantarnya.

     

    “Oh, iya, Mas, kalau tidak keberatan boleh kok. Nama saya Silvi Hermawan.”

    “Kalau boleh tahu. Nama orang tua siapa?

    “Memangnya, ada apa ya?”

    “Ah, tidak apa-apa. Siapa tahu saya mengenal orang tua dari Nona.”

    “Oh, begitu. Nama papa saya, Hermawan, biasanya dipanggil Pak Wawan.”

    “Pak Wawan? salah satu orang terkaya di Jakarta. Yang memiliki bisnis terbesar?”

    “Iya, saya putri sulungnya dari tiga bersaudara.”

    “Punya rumah besar di Semarang juga, kan?”

    “Loh, kok Mas tahu?”

    “Ya, ampun Mbak. Saya anak buah Pak Wawan. Beliau bos saya, dan saya juga ikut tinggal di sana.”

    “Oh… benarkah?”

    “Makanya, Mbak Silvi tidak usah naik taxi, saya akan mengantarkan ke rumah dengan selamat. Bagaimana?”

    “Baik, kalau begitu. Saya justru sangat senang dan berterima kasih atas bantuannya.”

    “Sama-sama, Mbak. Silakan!”

    Mereka pun saling tertawa karena Jacky ternyata bukan orang jauh, hati Silvi semakin berbunga-bunga karena tentunya dia akan selalu dekat dengan lelaki pujaannya ini yang setiap hari bisa bertemu.

     

    ******

    Sesampainya di rumah, Silvi langsung menghambur ke pelukan ayahnya yang sudah menunggunya di depan teras. Pak Wawan sangat bahagia bertemu kembali dengan putri sulungnya yang sudah lama menimba ilmu di negara orang. Tak disangka anak buah yang sudah menjadi orang kepercayaannya, bisa bertemu dengan putri kesayangannya. Lalu, Jacky menceritakan pertemuannya dengan anak gadis bosnya. 

     

    “Saya sendiri tidak pernah menyangka bisa bertemu dengan Mbak Silvi saat sedang menunggu pesawat landing. Saya seperti pernah melihat Mbak ini dimana gitu. Saya ingat-ingat lagi, ternyata  pernah melihat foto Mbak Silvi waktu di rumah Semarang.” 

     

    Pak Wawan hanya tertawa mendengar cerita mereka. “Ya sudah kalau begitu, Silvi kamu masuk kamar, istirahatlah! Papa masih ingin mengobrol dulu dengan asisten kepercayaan Papa ini.” Katanya sambil menepuk bahu Jacky dengan mantap.

     

    Di dalam ruang kerja Pak Wawan setengah berbisik dengan Jacky, “Bagaimana tugasmu, Jack? Apa ada kendala sewaktu petugas memeriksa di bandara? 

     

    “Siap, Pak Bos, dengan kesigapan dan kecerdikan teman-teman saya, akhirnya bisa segera diatasi dengan lancar.”

    “Bagus, Jack. Kamu atur sendiri caramu, ya. Sampaikan terima kasih kepada teman-temanmu. O, ya ini bagianmu atas keberhasilanmu.”

    Terima kasih, Pak Bos. Nanti saya juga akan membagikan hasil ini untuk teman-teman di sana.

    “Bravo, Jack. Ya sudah beristirahatlah dulu, kamu pasti juga lelah setelah perjalanan panjangmu.”

    “Baik, Bos.”

     

     

    Kreator : Sri Setyowati

    Bagikan ke

    Comment Closed: Terjerumus ke Lembah Hitam (BAB 3)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021