KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » TERPURUK

    TERPURUK

    BY 07 Agu 2025 Dilihat: 7 kali
    TERPURUK_alineaku

    Hidup seringkali tidak sesuai dengan harapan kita. Dan, siapapun pasti pernah mengalami hal ini . Meskipun itu kamu anak kecil, remaja, dewasa, orang tua sekalipun pernah mengalami ini. Bukan cuma sekali, bisa berkali-kali. 

    Aku, hal seperti ini seolah bisa jadi rentetan kejadian yang justru jadi warna kehidupanku. Dulu, aku selalu menangis, ketika harapanku tidak sesuai dengan apa yang kuinginkan. Kupikir, hidup ini begitu kejam, selalu kudapatkan apa yang tidak aku suka. Bahkan aku sempat marah sama Tuhan juga. Aku protes kepada-Nya, sudah kulakukan yang terbaik, mengapa yang kudapatkan seperti ini? Sekeras apa pun aku berdoa, dan doa itu selalu lenyap di langit tanpa gaung. Akhirnya aku bosan sendiri. Marah pun tak ada guna. Tak ada yang dengar. Energiku habis, dadaku sesak, tubuhku jadi ringkih, gampang masuk angin, mudah flu dan aneka penyakit psikosomatis lainnya. 

    Dulu, ketika nenekku masih ada, aku biasa mengadu kepadanya, setiap kali aku mengalami depresi. Dan nenek cuma bilang, “berhenti menangis, makan ini,” kata beliau sambal menyodorkan sepiring penganan manis  atau buah-buahan yang segar. Dan sungguh ajaib, sepiring kue ‘ongol-ongol” atau makan jeruk yang segar, bisa melupakan sejenak rasa sakit karena terpuruk itu. Kemarahan atau kekecewaan itu seolah menguap entah kemana karena aku mengunyah penganan manis atau buah segar tadi. Jadi, nenek selalu membekali aku, setoples manisan buah, atau asinan segar. “Cobalah kunyah ini, kalau kamu sedang tidak enak hati, ya. Jangan menangis , apalagi menangis lama-lama. Kamu akan rugi dua kali nanti. Pertama, wajahmu jadi jelek karena menangis, ke dua, kamu akan susah menemukan solusi.” Begitu pesan nenekku dulu. 

    Dan pesan itu tetap terpateri sampai kini. Sekesal apapun kejadian yang kualami, tak kubiarkan hatiku berlama-lama memendamnya. Aku jadi terbiasa memilah kekesalan atau kemarahan. Kalau itu bukan benda hidup penyebabnya, lebih gampang membuangnya ke tong sampah. Tapi kalau benda hidup penyebabnya, aku coba memaafkan sikap atau kelakuan yang ‘kurang kesadaran’ itu. Jadi aku tak membenci orangnya, sehingga aku cepat bisa melupakan kekesalan atau kemarahanku. Namun, itu akan membuatku lebih hati-hati di kemudian hari. 

    Tentu saja, aku tidak pernah lupa camilan manisku setiap marah. Mengunyah itu membuatku menjadi ‘malaikat pemaaf’ yang disukai orang. Karena orang tahu, aku tidak bisa marah berlama-lama, nanti juga ‘dia’ ketawa lagi, begitu kata teman-teman yang mengenalku. Padahal tidak begitu juga. Mereka tidak tahu, kalau aku selalu mengingat penyebab kemarahanku dan lebih berhati-hati agar tidak ketipu lagi dikemudian hari.

    Siapa saja pasti pernah mengalami keterpurukan. Kalau kamu saat ini sedang mengalaminya, ingatlah kamu tidak sendiri. Jadi tidak perlu merasa jadi orang yang paling menderita sedunia, seolah dunia kiamat besok. Entah terpuruk karena masalah kehidupan atau masalah percintaan. Dua hal ini biasanya sangat menjatuhkan semangat hidup.

    Situasi pada masa-masa kelam begini seringkali membuatku jadi mudah membenci diri sendiri, alih-alih berpikir bahwa belum tentu itu kesalahanku sepenuhnya. Padahal aku sudah berusaha lari secepat mungkin dari situasi itu, namun rasanya seperti jalan di tempat.

    Rasa terpuruk seperti ini bisa datang bukan hanya dari kegagalan saja. Seingatku, seringkali aku merasa terpuruk karena pencapaian yang terlalu cepat juga. Keberhasilan membuatku jadi was-was. Iya, kalian pasti susah mengerti itu. Aku suka takut juga dengan keberhasilanku. Jika mimpi terlalu cepat terwujud, kadang sulit mencari jawaban apalagi yang harus dilakukan dalam hidup ini. Dan seringkali aku jadi salah langkah, karena begitu banyak mengikuti langkah atau nasehat orang lain. 

    Jika itu akhirnya jadi penyebab kegagalan lagi, maka rasa bersalah terhadap diriku sendiri benar-benar sangat menyiksa. Kenapa aku melakukan itu ya? Kenapa aku tidak berhenti saja waktu itu?  Kenapa kau terlalu percaya? Atau kenapa aku bisa jatuh hati sama orang seperti itu? Kenapa ada manusia yang sekejam itu? Ujung-ujungnya lagi-lagi aku suka marah sama Tuhan, kenapa membiarkan hal itu terjadi padaku? 

    Satu hal dari diriku yang bisa kubilang aneh adalah, aku bisa berhenti marah atau sedih ketika doaku lenyap di langit yang kelam. Aku sadar Tuhan hanya mendengarkan keluh kesahku, tapi ‘Dia’ hanya ‘pendengar’ yang baik. Barangkali kalau ‘Dia’ seperti nenekku, dengan cerewet ‘Dia’ akan memarahiku, karena aku ceroboh, atau itu sudah dosa yang kubuat sendiri. Jadi terima saja!

    Karena begitu aku jadi terbiasa berpikir ulang dan memeriksa hatiku kembali – ‘tidak guna’ meratap dan bersembunyi seperti ini. Masih banyak orang lain yang mungkin lebih menderita dari aku. Tubuhku masih utuh, nafasku masih mengalir. Oke aku salah kali ini, tidak berpikir dengan jernih. Atau terlalu cepat percaya. Lain kali aku akan lebih waspada. Nenekku akan bilang, aku cuma perlu bangun dan berjalan lagi, bernafas lagi. Itu saja!

    Mungkin begitulah manusia, ketika dia mulai menyadari dirinya dan bisa menerima kekalahannya, biasanya mereka mulai mulai bisa melihat sisi lain dari derita yang dialaminya. Aku tidak lagi menjadi terlalu panik dan buru-buru ingin lari dari itu. Aku belajar menerima keadaan, dan melihat lagi kenangan di belakang itu.

    Jangan menaruh harapan pada sesuatu yang tidak pasti. Jangan terbawa optimisme yang berlebihan, dan akhirnya salah langkah. Jangan buta karena cinta, jadi percaya saja, sehingga lupa berpikir jernih. Jangan lagi menghindar dari kenyataan, hadapi dengan berani.

    Lalu, bagaimana kalau mereka menertawakanku? – Ikut saja tertawa bersama mereka. Kamu bisa menertawakan kebodohanmu sendiri. Percayalah, itu sangat melegakan. Jika orang lain melihat kamu bisa tertawa, mereka akan beralih melihat, betapa tidak tahu dirinya orang yang menyakitimu atau yang merugikanmu. Dan betapa pemaafnya kamu, hingga mereka akan merasa malu sendiri karena mengolok-ngolok kebodohanmu. 

    Sadarlah selalu ada kekecualian di dunia ini. Bisa saja segala tampak mudah dan lancar di awalnya, lalu tiba-tiba tergelincir. Siapapun bisa mengalaminya. Jadi, kamu tidak sendiri. Jangan bangga dengan deritamu. Jangan salah paham dan mengira semua harapan akan membawa keuntungan. Ingatlah bahwa semakin besar harapanmu maka akan semakin besar juga kekecewaanmu. Itu yang aku alami. Hiduplah dengan bersemangat, karena tidak ada yang lebih penting daripada hidupmu sendiri. Jadi tidak perlu malu karena kamu salah, atau tertipu. 

    Entah kenapa setiap kali terpuruk, aku suka memutar lagi lagu “Yesterday Once More” nya dari “Carpenter”. Kadang ini bisa membuatku tersenyum lagi karena menyadari kebodohanku sendiri.

     

    When I was young, I’d listen to the radio

    Waitin’ for my favorite songs

    When they played, I’d sing along

    It made me smile

     

    Those were such happy times

    And not so long ago

    How I wondered where they’d gone

    But they’re back again

    Just like a long-lost friend

    All the songs I loved so well

    Reff:

    Every “sha-la-la-la”

    Every “whoa, whoa-oh” still shines

    Every “shing-a-ling-a-ling”

    That they’re starting to sing so fine

     

    When they get to the part

    Where he’s breaking her heart

    It can really make me cry

    Just like before, it’s yesterday once more

    (Shoobie-doo, lang, lang)

    (Shoobie-doo, lang, lang)

     

    Reff: …….

     

    Lookin’ back on how it was in years gone by

    And the good times that I had

    Makes today seem rather sad

     

    So much has changed

    It was songs of love

    That I would sing to them

    And I’d memorize each word

     

    Those old melodies

    Still sound so good to me

    As they melt the years away

     

    Reff: …

     

    That they’re starting to sing so fine

    All my best memories

    Come back clearly to me

    Some can even make me cry

    Just like before, 

    it’s yesterday once more……

     

    Jadi seperti lirik lagu ‘Carpenter” tadi, setiap kali kamu mengalami keterpurukan, sadarlah itu cuma ‘masa lalu yang berulang’ – artinya  jika kamu  melakukan kesalahan,  kamu masih bisa bangkit dan meneruskan hidupmu. Itu hanya akan jadi bagian masa lalu yang memperkaya hidupmu. Jangan panik dan ingin cepat-cepat keluar dari keterpurukan itu.

     

    Siapapun pasti pernah mengalami penurunan dalam hidupnya, entah itu dalam kehidupan atau percintaan. Setahuku, tidak ada hidup mulus seperti yang diharapkan. Setelah merasa bahagia sekalipun, akhirnya akan tiba pada fase jalan berbatu seolah tanpa akhir.

     

    Terpuruk itu bisa ku gambarkan seperti kita terjatuh di rawa yang berlumpur hisap. Semakin kita berusaha bergerak untuk naik, maka dia akan menghisap kita semakin dalam. Keadaan seringkali bahkan tidak menjadi lebih baik, bila kita tidak memahami sifat alami lumpur hisap. 

     

    Jika itu terjadi, tenangkanlah diri. Carilah sesuatu yang bisa menguatkan semangatmu. Untukku, biasanya penganan manis. Itu akan meredakan ketegangan. Melihat alam pun bisa menjadi pilihan. Kamu bisa pergi ke gunung atau ke pantai, atau  kemana pun yang kamu suka. Mungkin duduk di Taman kota juga bisa jadi pilihan yang baik. Melihat orang-orang yang berlalu-lalang dengan berbagai aktivitas, yang jalan, yang lari. atau canda-tawa anak-anak yang berkejar-kejaran, itu akan mengingatkanmu, bahwa kamu pernah juga sebahagia itu. Lalu, kenapa merasa hilang? Sementara kamu tetap masih bisa ikut tertawa sebenarnya kalau kamu mau.

     

    Atau kamu bisa berbaring di rumput atau di pasir pantai, menatap awan-awan yang berarak mengikuti angin yang bertiup. Mengalirlah bersama hari-harimu, sampai kamu merasa nyaman untuk bangkit dan melangkah lagi. Waktu akan menghapus semua kesedihanmu.

     

    Ingat, karena aku sudah pernah mengalami itu, jadi jangan merasa sendirian. Aku akan selalu mendukungmu. Meskipun itu menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan, bahkan sekalipun itu hidup yang tak sesuai harapan. Semua akan terasa seperti ‘hari kemarin yang berulang’. Jadi kita akan tetap baik-baik saja.

     

    Denpasar, 18 Juni 2025.

     

     

    Kreator : Adiz Firdaus

    Bagikan ke

    Comment Closed: TERPURUK

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021