KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Tersesat di Jalan Yang Benar Bab 2

    Tersesat di Jalan Yang Benar Bab 2

    BY 04 Jul 2024 Dilihat: 337 kali
    Tersesat di Jalan Yang Benar_alineaku

    Bab 2.  Masa Sekolah Dasar Yang Indah

     

    Di kantor guru yang kursinya ditata saling berhadapan, tampak Bu Reina ibu guru kelas 1, Bu Indah guru kelas 2, Pak Ali guru kelas 3, Bu Denita guru kelas 4, Pak Danu guru kelas 6  dan Bu Suprapti, ibu kepala sekolah, sedang duduk di meja masing-masing.  Bapak dan ibu guru tampak sedang mempersiapkan materi yang akan diberikan pada para siswa di kelasnya.  Sedangkan Bu Suprapti, sedang membaca sebuah surat.

    “Assalamu’alaikum bapak dan ibu,” sapaku saat memasuki ruang kantor.

    “Waalaikumsalam.  Oh, Bu Nina pasti dari kelas,” ujar Bu Suprapti saat melihatku duduk di kursiku yang ada di depan beliau.

    “Iya, Bu.  Setelah datang saya langsung menuju kelas untuk mengecek anak-anak yang piket,” jawabku.

    “Saya tadi melihat Mamat, yang membawakan tas Bu Nina,” sambung Pak Ali.

    “Ya, Pak Ali.  Mamat memang rajin datang pagi ke sekolah kalau sedang piket,” ujarku lagi.

    “Syukurlah, anak-anak kelas 5 menunjukkan perkembangan yang bagus,” ujar Bu Suprapti. 

    Theng..theng.. theng.. Tak lama kemudian suara bel tanda pelajaran dimulai sudah berbunyi.  Pak Harun membunyikan bel dengan cara memukul  potongan besi yang digantungkan di depan Ruang Guru dengan batu.  Bapak dan ibu guru segera keluar dari kantor dan menuju ke kelas masing-masing.  Di depan kelas anak-anak sudah berbaris  dan tiap ketua kelas sudah berdiri memberi aba-aba di depan barisan di tiap kelas.

    “Siap grak!” terdengar aba-aba dari Wahyu ketua kelas 5. 

    “Lencang depan grak!” 

    Setelah rapi  semua murid masuk ke kelas masing-masing dan bersalaman denganku.

    “Selamat pagi Dino, apakah sudah sarapan?” sapaku pada Dino.

    “Jelas sudah dong Bu,” jawabnya sambil tersenyum.

    “Oke,” sahutku.

    “Selamat pagi Rena, terima kasih sudah datang piket pagi ya,” ujarku.

    “Siap, Bu,” sahutnya ceria.

    Setelah menyapa mereka satu persatu, aku lalu memasuki Ruang Kelas 5. 

    “Berdiri, siap, beri salam pada Bu guru!”

    Suara Wahyu terdengar lantang.

    “Selamat pagi, Buuuuu!”

    “Selamat pagi, anak-anak,” jawabku.

    “Berdoa mulai.” 

    Begitulah rutinitas kegiatan setiap pagi yang kami lakukan.  Pastinya mengucapkan salam dan berdoa sebelum pelajaran dimulai adalah hal wajib yang tidak boleh ketinggalan.  

    “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.  Selamat pagi, anak-anak.  Apakah kalian sehat dan semangat pagi ini?” tanyaku saat memulai kegiatan.

    Seketika kelas menjadi ramai karena semua anak berebut untuk menjawab.

    “Tetap sehat dan semangat, Bu,” sahut Wahyu.

    “Alhamdulillah saya sehat, Bu,” jawab Dini.

    “Mamat selalu ceria dong, Bu Nina,” teriak Mamat  dari bangkunya yang terletak paling belakang.

    “Huuuuu, dasar Mamat.  Siapa yang nanya?” sambung anak-anak.

    “Eh, sudah-sudah.  Alhamdulillah hari ini semua anak semangat dan ceria.  Apakah ada yang tidak masuk sekolah?” tanyaku lagi.

    “Masuk semua, Bu Nina,  semua bangkunya lengkap terisi,” celetuk Mamat.

    Aku tersenyum mendengar jawabannya.

    “Baiklah, anak-anak.  Marilah kita selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hari ini kita masih diberikan kesehatan, sehingga bisa bersekolah dengan sehat dan semangat. Bu Nina juga mengucapkan terima kasih karena regu piket hari ini datang pagi dan sudah menjalankan tugas piket dengan baik,” ujarku lagi.

    “Siapa dulu dong, Bu, ketua regu piketnya. Mamat gitu, lhoo,” ujar Mamat sambil tertawa.

    “Halah, Mat, Mat.  Kamu tadi kan cuma nyapu sebentar saja,” sambung Sahwa.

    “Eh, iya, Bu Nina.  Tadi Mamat nyapunya sebentar, doang, Bu,” sahut Ali.

    Sontak kelas 5 jadi ramai karena semua menyoraki Mamat.

    “Huuuuuu, dasar Mamat!”

    “Sudah, sudah, tenang semua, anak-anak.  Apakah benar begitu, Mat? Mamat tidak boleh begitu, ya.  Dalam satu regu piket, semua anak harus bekerja sama dengan baik.  Pembagiannya kerjanya juga harus adil.  Empat orang anak harus bekerja semua, ya,” sambungku.

    “Iya, tu, Bu Nina.  Mentang-mentang dia yang jadi ketua regu piket.  Nyapunya hanya sebentar saja,” tugas Rena.

    “Hehe, iya, maaf, Bu Nina. Maaf,  teman-teman.  Nanti kan, masih ada jam istirahat dan jam pulang.  Saya pasti nyapu, deh,” katanya sambil tertawa-tawa.

    “Betul ya, Mat?  Jadi untuk semuanya saja, pembagian regu piket, atau kerja kelompok, semuanya harus adil.  Semuanya baik ketua, wakil maupun anggota harus saling bekerja sama.  Coba siapa yang tahu apa manfaat dari kerja sama?” tanyaku pada mereka.

    “Saya, Bu,” jawab Wahyu.

    “Supaya pekerjaan cepat selesai.”

    “Betul sekali, Wahyu.  Kecuali pekerjaan cepat selesai, kemudian apa lagi, ya? Apakah ada yang bisa menjawab lagi?” 

    “Saya Bu,” sahut Vero sambil mengacungkan jari telunjuk kanannya.

    “Iya, Vero?” jawabku.

    “Menciptakan rasa persaudaraan dan kerukunan, kecuali itu pekerjaan yang berat akan terasa lebih ringan, Bu Nina.”

    “Bagus sekali, Vero.  Jadi, anak-anak,  mengingat kerja sama ini sangat banyak manfaatnya, karena itulah kita harus  bekerja sama dalam kehidupan sehari-hari.   Dan yang harus diingat,  pelaksanaan kerja sama juga harus adil, ya.  Artinya pembagian kerjanya harus sesuai dengan yang sudah disepakati.  Jelas anak-anak?”

    “Jelassss, Buuuuu.”

    “Baiklah, sekarang mari kita lanjutkan belajar Matematika tentang Bangun Ruang.”

    Demikianlah aktivitasku sebagai guru.    Membimbing dan mengajar murid-muridku  kelas 5 yang berjumlah 20 orang dengan semua kelucuan dan keseruannya.  Bagiku mereka adalah tunas-tunas muda yang membutuhkan kasih sayang, bimbingan dan ilmu.  Kecuali itu dengan berinteraksi dengan mereka, aku juga bisa belajar bagaimana menjadi guru yang lebih baik seperti yang dibutuhkan oleh mereka.

     

     

    Kreator : Klara Rosita

    Bagikan ke

    Comment Closed: Tersesat di Jalan Yang Benar Bab 2

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021